Atsar.id
Atsar.id oleh Atsar ID

kisah ummu zufar, wanita penyabar penghuni surga

3 tahun yang lalu
baca 9 menit

UMMU ZUFAR, WANITA PENYABAR PENGHUNI ISTANA-ISTANA SURGA

Al-Ustadz Abu Ismail Muhammad Rijal bin Isnaini, Lc حفظه الله تعالى



Biografi shahabat tidak pernah lengang dari peristiwa menakjubkan. Di muka bumi, mereka itulah generasi terbaik yang pernah tercipta, untuk mengiringi manusia termulia, Muhammad bin Abdullah Al-Hasyimi ﷺ.

Melalui didikan Rasulullah ﷺ, shahabat menjadi generasi yang tidak terpedaya dengan perhiasan dunia. Tanpa keraguan, mereka menyadari bahwa dunia hanyalah negeri persinggahan, dunia hanyalah kampung untuk beramal, adapun negeri yang sesungguhnya adalah akhirat, tempat menuai segala buah dari benih yang ditanam di dunia.

Dalam qalbu mereka terpatri firman -firman Allah سبحانه وتعالى tentang hakikat dunia yang fana. 

وَمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلَّا مَتَاعُ الْغُرُورِ (١٨٥)

"Kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan."  (Q.S. Ali Imran: 185). 

Dunia ibarat tanaman yang demikian subur, hijau dan sangat mengagumkan. Namun dengan cepatnya tanaman-tanaman itu musnah seakan tidak pernah tertanam sebelumnya. 

إِنَّمَا مَثَلُ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا كَمَاءٍ أَنْزَلْنَاهُ مِنَ السَّمَاءِ فَاخْتَلَطَ بِهِ نَبَاتُ الْأَرْضِ مِمَّا يَأْكُلُ النَّاسُ وَالْأَنْعَامُ حَتَّىٰ إِذَا أَخَذَتِ الْأَرْضُ زُخْرُفَهَا وَازَّيَّنَتْ وَظَنَّ أَهْلُهَا أَنَّهُمْ قَادِرُونَ عَلَيْهَا أَتَاهَا أَمْرُنَا لَيْلًا أَوْ نَهَارًا فَجَعَلْنَاهَا حَصِيدًا كَأَنْ لَمْ تَغْنَ بِالْأَمْسِ ۚ كَذَٰلِكَ نُفَصِّلُ الْآيَاتِ لِقَوْمٍ يَتَفَكَّرُونَ (٢٤)

"Sesungguhnya perumpamaan kehidupan duniawi itu, adalah seperti air (hujan) yang Kami turunkan dari langit, lalu tumbuhlah dengan suburnya karena air itu tanam-tanaman bumi, di antaranya ada yang dimakan manusia dan binatang ternak. Hingga apabila bumi itu telah sempurna keindahannya, dan memakai (pula) perhiasannya, dan pemilik-pemiliknya mengira bahwa mereka pasti menguasainya, tiba-tiba datanglah kepadanya azab Kami di waktu malam atau siang, lalu Kami jadikan (tanaman-tanamannya) laksana tanam-tanaman yang sudah disabit, seakan-akan belum pernah tumbuh kemarin. Demikianlah Kami menjelaskan tanda-tanda kekuasaan (Kami) kepada orang-orang yang berpikir." (Q.S. Yunus: 24)

Keyakinan yang telah mendarah daging inilah yang menjadikan jasad-jasad mereka berjalan di muka bumi, namun qalbu selalu tertambat di negeri kemuliaan, taman-taman keabadian. Seakan-akan jannah tampak di depan mata. 

Ummu Zufar, kisah wanita ini menjadi salah satu bukti semangat mereka dalam meraih kebahagiaan di negeri akhirat. Ada apa dengan sosok wanita ini? Ummu Zufar, dialah wanita yang mendapatkan jaminan jannah dari Rasulullah ﷺ.

Terlahir dengan nama Su'airah al-Asadiyyah, sebagian menyebutkan bahwa namanya Suqairah. Wanita jangkung berkulit hitam itu terlahir dari keturunan Habasyah (Ethiopia). Ummu Zufar masyhur dengan kunyahnya. Semoga Allah meridhainya. 

Pembaca Qudwah rahimakumullah, ulama ahlul hadits dalam menulis dan mengumpulkan biografi shahabat tidak banyak menyebutkan sepak terjang kehidupan Ummu Zufar secara rinci. Dalam biografinya tertera satu hadits shahih dalam riwayat Al-Bukhari, mengisahkan sebagian kehidupannya di zaman Rasulullah ﷺ dan setelah wafat beliau. 

Al-Hafizh Ibnu Hajar Al-Asqalani رحمه الله berkata dalam kitabnya Al-Ishabah fi Tamyiz Ash-Shahabah, “Ummu Zufar Al-Habasyiyah, wanita berkulit hitam, jangkung, telah shahih penyebutan namanya dalam Shahih Al-Bukhari dalam hadits melalui jalan Ibnu Juraij...” 

Hadits inilah yang akan kita telaah kisahnya di kesempatan yang baik ini untuk kita ambil ibrah dan beberapa mutiara berharga, semoga Allah merahmati dan meridhai kita sebagaimana Allah telah merahmati dan meridhai para shahabat Rasulullah ﷺ.

Al-Imam al-Bukhari رحمه الله (wafat 256 H) mengisahkan sepenggal kehidupan Ummu Zufar dalam kitab Shahihnya dari 'Atha' bin Abi Rabah رحمه الله, murid shahabat Abdullah bin Abbas رضي الله عنهما. Atha' berkata, "Suatu hari, Abdullah bin Abbas رضي الله عنهما berkata kepadaku, 'Maukah engkau aku tunjuki seorang wanita penghuni jannah?' Aku pun menjawab, 'Tentu saja." Ibnu Abbas رضي الله عنهما segera menunjuk kepada seorang wanita, seraya berkata: 

هَذِهِ الْمَرْأَةُ السَّوْدَاءُ أَتَتْ النَّبِيَّ ﷺَ فَقَالَتْ أَنِّي أصْرَعَ وَإِنِّي أُنْكَشَفُ فَأُدْعُ اللهَ لِيْ

'Wanita berkulit hitam itulah (wanita yang dijamin jannah). Dahulu ia datang menemui Nabi ﷺ lalu berkata, 'Wahai Rasulullah, sesungguhnya aku kejang, bila hal itu datang menimpaku, auratku terbuka. Doakanlah kepada Allah (agar Dia menyembuhkanku).”

Demikian Ummu Zufar mengadukan apa yang menimpanya kepada sang kekasih Allah سبحانه وتعالى. 

Kejang bisa jadi disebabkan karena tertahannya sesuatu di otak, atau bisa jadi berasal dari gangguan jin. Jenis pertama ditetapkan oleh semua dokter dan ilmuwan, adapun kejang dengan sebab gangguan jin banyak di antara manusia mengingkarinya. 

Ibnu Hajar Al-Asqalani رحمه الله dalam Fathul Bari, mengisyaratkan beberapa riwayat yang menunjukkan bahwasanya kejang yang menimpa wanita ini sebabnya adalah gangguan jin. Allahu a'lam.

Al-Quran, hadits-hadits Rasulullah ﷺ, demikian pula kenyataan menunjukkan adanya kesurupan atau kejang akibat gangguan jin. Allah Subhanallahu Wa Ta'ala berfirman tentang besarnya azab para pemakan riba:

الَّذِينَ يَأْكُلُونَ الرِّبَا لَا يَقُومُونَ إِلَّا كَمَا يَقُومُ الَّذِي يَتَخَبَّطُهُ الشَّيْطَانُ مِنَ الْمَسِّ ۚ  (٢٧٥)

"Orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang kerasukan setan lantaran (tekanan) penyakit gila.” (Q.S. Al-Baqarah: 275)

Begitu mendengar pengaduan Ummu Zufar Al-Habasyiyah, Rasulullah ﷺ bersabda: 

إِنْ شِئْتِ صَبَرْتِ وَلَكِ الْجَنَّةُ وَإِنْ شِئْتِ دَعَوْتُ اللَّهَ أَنْ يُعَافِيْكِ 

"Jika engkau mau sabar (atas musibah yang menimpamu), engkau akan memperoleh surga. Dan jika engkau mau aku akan berdoa kepada Allah agar Dia menyembuhkanmu."

Demikian besar perhatian Sang Rasul ﷺ. Tidak pernah tertulis dalam sejarah, beliau menolak permintaan umatnya. Apa yang bisa beliau bantu, beliau curahkan.

Pembaca, sejenak kita bayangkan seandainya sakit keras menimpa kita, seakan dunia sempit dan gelap, lalu datang dua pilihan ini, sabar dengan jaminan surga atau doa kesembuhan. Manakah di antara dua pilihan ini yang kita ambil?

Mungkin kita akan jawab, “Tentu saja saya akan pilih sabar dan jaminan surga!" Namun, jika itu benar-benar terjadi, benarkah itu pilihan kita? Jujurkah kita dalam memilih kesabaran? Siapkah kita menetapi kesabaran selama sisa hidup kita? Hanya Allah sajalah yang mengetahui kejujuran jawaban kita. 

Kembali kita renungi kisah Ummu Zufar semoga Allah meridhainya. Setelah dia mendengar dua pilihan Rasulullah ﷺ, ia berkata: 

أَصْبِرُ وَإِنِّي أُنْكَشَفُ فَأُدْعُ اللَّهَ أَلَّا أُنْكَشَفُ

"Aku akan bersabar, (namun bila kejang menimpa) terbuka auratku, maka mintakanlah kepada Allah supaya auratku tidak terbuka.” 

Rasulullah ﷺ kemudian mendoakannya, dan doa beliau terkabul. Aurat wanita ini tidak pernah tersingkap di saat musibah tersebut menimpanya.

Sepeninggal Rasulullah ﷺ, Su'airah Al-Habasyiyah hidup dengan penuh kesabaran atas musibah yang menimpanya, memenuhi janjinya untuk bersabar. Kakinya masih melangkah di muka bumi namun qalbunya tertambat di istana-istana surga yang pasti diraihnya. (Lihat kisah ini dan syarahnya dalam kitab Fathul Bari, 10/114-115 hadits no  5652)

FAEDAH-FAEDAH HADITS

1. Ummu Zufar adalah salah seorang yang dijamin masuk jannah. Demikian inilah akidah Ahlus Sunnah wal Jamaah, mereka memastikan surga bagi orang-orang yang telah Rasulullah ﷺ¹ jamin masuk surga.

2. Doa adalah sebab kesembuhan dari segala penyakit. Bahkan, doa adalah sebab segala kebaikan sebagaimana Allah telah janjikan dalam firman-Nya, Dia akan mengabulkan doa-doa hamba-Nya. 

3. Keyakinan para shahabat tentang mustajabnya doa Rasulullah ﷺ, dan ini salah satu mukjizat Rasulullah ﷺ. Betapa banyak doa-doa Rasulullah ﷺ yang langsung dikabulkan dan disaksikan para shahabat.

4. Kesurupan jin adalah perkara yang benar-benar ada sebagaimana ditetapkan Al-Quran, hadits, dan bisa disaksikan pula dalam kehidupan di sekitar kita. 

5. Wali-wali Allah tetap mendapatkan cobaan di dunia.

6. Semangat shahabat menyampaikan ilmu kepada umat sebagaimana Ibnu Abbas رضي الله عنهما bersemangat menyampaikan kisah Ummu Zufar kepada Atha. 

7. Jika kita dihadapkan dengan dua perkara kebaikan, kita pilih perkara yang lebih besar maslahatnya. Sebagaimana ketika Ummu Zufar ditawari kesembuhan atau jaminan surga, maka beliau memilih jaminan surga. 

8. Besarnya pahala sabar. Tidak ada suatu musibah apa pun yang diberikan kepada seorang mukmin jika bersabar, kecuali akan menjadi timbangan kebaikan baginya pada hari kiamat nanti. Allah سبحانه وتعالى berfirman: 

إِنَّمَا يُوَفَّى الصَّابِرُونَ أَجْرَهُمْ بِغَيْرِ حِسَابٍ (١٠)

"Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah yang akan diberi pahala tanpa batas." (Q.S. Az-Zumar: 10)

9. Bolehnya minta kepada orang yang shalih yang masih hidup untuk mendoakan kita. Dan ini termasuk salah satu tawassul yang diperbolehkan. Adapun meminta doa kepada orang yang sudah meninggal, seperti sebagian manusia datang ke makam Rasulullah ﷺ meminta doa dari beliau, hal itu tidak diperbolehkan. Bahkan, termasuk bentuk syirik akbar karena mempersekutukan Allah سبحانه وتعالى dengan beliau ﷺ dalam doa. Dan doa adalah ibadah, tidak boleh diberikan kepada siapa pun.

10. Iman kepada jannah mendorong seorang untuk sabar dalam segala hal sebagaimana Ummu Zufar رضي الله عنها melalui sisa hidupnya dengan harapan surga yang telah dijanjikan. 

11. Kisah ini menunjukkan salah satu hikmah musibah yang menimpa seseorang. Bisa jadi seseorang mendapatkan kedudukan yang tinggi di jannah akibat musibah yang menimpanya. Dalam sebuah hadits, Rasulullah ﷺ pernah bersabda yang artinya, 

“Jika seseorang hamba ditetapkan kedudukan mulia dari Allah, sementara ia belum mencapainya dengan amalannya, maka Allah akan memberinya musibah pada tubuhnya atau hartanya atau anaknya, lalu Allah akan menjadikannya sabar hingga mencapai kedudukan mulia yang  telah ditetapkan untuknya." (H.R. Ahmad dan dishahihkan Al-Albani dalam Silsilah Al-Ahadits Ash-Shahihah no 2599) 

12. Bolehnya seorang wanita bertanya langsung kepada seorang yang alim tentang permasalahan agamanya selama dia menjaga adab-adabnya seperti menutup auratnya (berhijab), tidak memakai parfum demikian pula tidak melembutkan suaranya sehingga menimbulkan fitnah. 

13. Kemuliaan bukan dari nasab, namun berdasarkan ketakwaan. Meskipun seorang termasuk kerabat Nabi dari sisi nasab namun apabila dia jauh dari Islam, dia akan hina seperti apa yang menimpa Abu Jahl dan Abu Lahab. Sebaliknya, seorang ajam (bukan Arab), jauh dari nasab Rasul ﷺ, bahkan berkulit hitam akan memperoleh jannah dengan keimanan. Allah berfirman dalam Al Quran surat Al Hujurat: 

إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ ۚ (١٣)

"Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kalian di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa di antara kalian." (Q.S. Al-Hujurat: 13)

14. Keluhuran akhlak Rasulullah ﷺ, beliau selalu berusaha menunaikan hajat umatnya, beliau doakan Ummu Zufar رضي الله عنها jika hal itu memang yang beliau inginkan. Namun, ketika ada yang lebih baik dari apa yang diminta, beliau pun menawari hal tersebut.

15. Bolehnya tidak berobat bagi seseorang yang sakit terlebih jika dia mampu menjaga kesabaran. 

16. Wahai wanita muslimah yang membuka aurat, menjualnya dengan harga yang demikian hina, menjadikan mata-mata lelaki tergoda, perhatikan kisah agung di hadapan kita, Ummu Zufar رضي الله عنها telah memberikan pelajaran penting bagi para wanita yang membuka auratnya. Di tengah musibah yang menimpanya, seandainya aurat Ummu Zufar terbuka, niscaya Allah mengampuninya. 

Karena itu di luar kesadaran Ummu Zufar رضي الله عنها. Namun perhatikanlah, beliau memohon agar Rasulullah ﷺ mendoakannya supaya auratnya selalu tertutup. Sebuah pelajaran agung yang pantas direnungkan. Wahai muslimah, semoga Allah menjadikan kita pandai bersyukur atas nikmat kesehatan yang telah dilimpahkan. Tidakkah kita malu, di saat Allah memberikan kesehatan, justru kita mengumbar aurat. 

Jagalah aurat dengan berpegang dengan hijab syar'i. Inilah jalan satu-satunya meraih kemuliaan. Janganlah kalian memberikan mahkota dan kecantikan kalian kecuali kepada suami-suami kalian. Wahai Rabb Kami, perbaikilah diri-diri kami dan pemuda pemudi di negeri ini, kumpulkanlah kami bersama Nabi-Mu di Jannah-Mu.

 امين. 

Catatan Kaki:

1) Sebagian peneliti hadits  mengumpulkan riwayat yang menyebutkan jaminan surga yang tersebut dalam sabda Rasulullah ﷺ. Jumlah mereka mencapai lebih dari empat puluh shahabat. Di antara mereka: Abu Bakr Ash-Shiddiq, Umar bin Al-Khaththab, Utsman bin Affan, Ali bin Abi Thalib, Thalhah bin Ubaidillah, Zubair bin Awwam, Abdurrahman bin Auf, Abu Ubaidah Amir bin Jarrah, Abu A'war Sa'id bin Zaid, Sa'd bin Abi Waqqash, Fathimah binti Rasulullah ﷺ, Al-Hasan, Al-Husain, Ukasyah bin Mihshan, Khadijah demikian pula istri-istri Rasulullah ﷺ, Bilal bin Rabah, Ammar bin Yasir beserta kedua orang tuanya, termasuk Ummu Zufar, semoga Allah ridhai mereka. 

Sumber || Majalah Qudwah Edisi 13