Al-Ustadz Abu Muhammad Rijal, Lc حفظه الله تعالى
"Sesungguhnya pada kisah-kisah mereka itu terdapat pengajaran bagi orang-orang yang mempunyai akal." terjemah Q.S. Yusuf: 111
Duduk santai ditemani secangkir kopi panas dan potongan-potongan singkong goreng tentulah sebuah kenikmatan. Apalagi sambil kedua mata menatap gunung yang gagah dan kokoh menampakkan keelokannya diiringi hembusan angin gunung yang demikian segar. Subhanallah.
Cobalah sesekali kita tanyakan, apa yang akan kita lakukan jika tiba-tiba sang gunung terangkat ke atas langit, tepat di atas kepala kita. Apa yang akan kita lakukan? Lari? Teriak? Atau apa yang kita perbuat?
Jangan ada yang berkata, "Mustahil"
Sungguh bukan hal yang susah bagi Allah untuk mengangkat gunung dan menjatuhkannya pada suatu kaum, seandainya Allah menghendaki. Sebagaimana hal ini pernah terjadi pada umat-umat sebelum kita.
Bukan pula hal yang mustahil bagi Allah untuk menenggelamkan seseorang atau suatu kaum ke dalam bumi, dengan sebab dosa mereka. Sebagaimana pernah terjadi pula di masa lalu, seperti yang menimpa Qarun beserta harta dan keluarganya.
Gunung diangkat? Di masa Rasulullah ﷺ hampir-hampir sebuah gunung diangkat untuk mengazab penentang Rasulullah ﷺ.
Ketika itu beliau disakiti kaumnya, diusir, dan dilempari batu. Allah utus malaikat penjaga gunung untuk mengangkat dan menjatuhkannya pada kaum yang durjana. Suatu hari, ketika Rasulullah ﷺ bercengkerama dengan Ummul Mukminin Aisyah Radiallahu'anha, beliau bersabda yang artinya,
”Wahai Aisyah, sungguh aku telah mendapatkan gangguan dari kaummu. Dan peristiwa yang sungguh menyakitkanku adalah peristiwa hari Aqabah, ketika aku menyeru Ibnu Abdi Yalil bin Abdu Kulal masuk Islam, namun ia tidak menyambut apa yang kuhendaki.” Aku pun beranjak pergi dengan hati yang sedih, dan tidaklah aku tersadar kecuali setelah tiba di Qornu Tsa‘alib¹.
Aku tengadahkan kepalaku ke langit, tiba-tiba tampak segumpal awan menaungiku. Aku angkat kepalaku, ternyata Jibril berada di sana dan berseru kepadaku,
’Sesungguhnya Allah telah mendengar ucapan kaummu dan jawaban mereka terhadapmu. Dan Allah telah mengutus malaikat penjaga gunung kepadamu untuk engkau perintahkan apa yang menjadi kehendakmu atas mereka (orang-orang kafir)'. Kemudian malaikat gunung berseru kepadaku serta mengucapkan salam, lalu berkata, ’Wahai Muhammad, sesungguhnya Allah telah mendengar ucapan kaummu kepadamu dan aku adalah malaikat gunung yang telah diutus Rabbmu agar engkau memerintahkan kepadaku sesuai dengan perintahmu. (Wahai Muhammad) apa yang kamu inginkan? Jika kamu menginginkan, aku akan menimpakan kepada mereka dua gunung itu².’
Rasulullah ﷺ menjawab, ’Tidak, bahkan aku berharap semoga Allah melahirkan dari keturunan mereka orang-orang yang akan menyembah Allah semata, serta tidak menyekutukan-Nya dengan suatu apa pun.
Kisah malaikat penjaga gunung ini diriwayatkan Al-lmam Al-Bukhari dalam Shahihnya.
Diangkatnya Gunung Kepada Bani Israil
Diangkatnya gunung pernah terjadi di waktu silam, tepatnya di zaman Nabi Musa عليه السلام. Kisah menakjubkan tersebut Allah sebutkan di beberapa tempat dalam Al-Qur'an. Gunung Thursina³ diangkat di atas kepala-kepala Bani Israil sebagai ancaman atas kedurhakaan mereka, karena tidak mau menerima Taurat.
Kisah ini disebutkan di beberapa tempat dalam Al-Qur’an. Dalam Surat Al-Baqarah Allah berfirman yang artinya,
”Dan (ingatlah), ketika Kami mengambil janji dari kalian dan Kami angkatkan gunung (Thursina) di atas kalian (seraya Kami berfirman), ”Peganglah dengan kuat apa yang Kami berikan kepada kalian dan ingatlah selalu apa yang ada di dalamnya, agar kalian bertakwa.” Kemudian kalian berpaling setelah (adanya perjanjian) itu, maka kalau tidak ada karunia Allah dan rahmat-Nya atas kalian, niscaya kalian tergolong orang-orang yang rugi." [Q.S. Al-Baqarah: 63-64].
Dalam Ayat ke-92 dan 93, masih dalam surat Al-Baqarah. Allah سبحانه وتعالى berfirman yang artinya, ”Sesungguhnya Musa telah datang kepada kalian membawa bukti-bukti kebenaran (mukjizat), kemudian kalian jadikan anak sapi (sebagai sembahan) sesudah (kepergian)nya, dan sebenarnya kalian adalah orang-orang yang lalim. Dan (ingatlah), ketika Kami mengambil janji dari kalian dan Kami angkat bukit (Thursina) di atas kalian (seraya Kami berfirman), “Peganglah teguh-teguh apa yang Kami berikan kepada kalian dan dengarkanlah!” Mereka menjawab, "Kami mendengarkan tetapi tidak menaati“.
Dan telah diresapkan ke dalam hati mereka itu (kecintaan menyembah) anak sapi karena kekafirannya. Katakanlah, "Amat jahat perbuatan yang diperintahkan oleh iman kalian kepada kalian jika betul kalian beriman (kepada Taurat).”
Kisah diangkatnya gunung di atas kepala-kepala Bani Israil juga Allah sebutkan pula dalam Surat Al-A'raf:
۞ وَإِذْ نَتَقْنَا ٱلْجَبَلَ فَوْقَهُمْ كَأَنَّهُۥ ظُلَّةٌ وَظَنُّوٓا۟ أَنَّهُۥ وَاقِعٌۢ بِهِمْ خُذُوا۟ مَآ ءَاتَيْنَٰكُم بِقُوَّةٍ وَٱذْكُرُوا۟ مَا فِيهِ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ
Dan (ingatlah), ketika Kami mengangkat bukit ke atas mereka, seakan-akan bukit itu naungan awan dan mereka yakin bahwa bukit itu akan jatuh menimpa mereka. (Dan Kami katakan kepada mereka), "Peganglah dengan teguh apa yang telah Kami berikan kepada kalian, serta ingatlah selalu (amalkanlah) apa yang tersebut di dalamnya supaya kalian menjadi orang-orang yang bertakwa." (Q.S. Al-A’raf: 171)
Inilah ayat-ayat Al-Quran yang mengisahkan berita-berita Bani Israil di zaman Musa عليه السلام.
Mengapa Allah Angkat Gunung Kepada Mereka?
Al-lmam Al-Baghawi dalam kitab Tafsirnya mengisahkan sebab diangkatnya gunung kepada Bani Israil dari riwayat shahabat Abdullah bin Abbas رضي الله عنهما. Disebutkan dalam sebuah riwayat bahwa Allah memerintahkan salah satu gunung di Palestina. Maka terangkatlah gunung tersebut seakar-akarnya, diangkat hingga berada di atas kepala Bani Israil.
Allah angkat gunung karena kedurhakaan Bani Israil. Ketika Allah turunkan Taurat kepada Nabi Musa عليه السلام, beliau memerintahkan kaumnya untuk segera menerima dan mengamalkan hukum-hukum Taurat. Namun mereka enggan dan menolaknya. Mereka enggan karena beratnya hukum yang ada di dalamnya, dan syariat Musa memang syariat yang berat.
Karena penolakan itulah, Allah memerintahkan Jibril عليه السلام mengangkat gunung, menaungi seluruh Bani Israil, berjarak setinggi manusia. Lalu Musa berkata, "Jika kalian tidak mau menerima Taurat, gunung ini akan dijatuhkan kepada kalian."
Gunung apa yang diangkat di atas kepala Bani Israil? Imam Ahli Tafsir, Abu Ja’far Ath-Thabari رحمه الله menyebutkan beberapa perkataan ahli tafsir mengenai gunung yang dimaksud dalam firman Allah:
وَرَفَعْنَافَوْقَكُمُ الطُّورَ
”..dan Kami angkatkan Ath-Thur di atas kalian.”
Di antara ahli tafsir ada yang mengatakan Ath-Thur maknanya gunung. Yakni, tidak ditentukan gunung apa yang dimaksud, yang jelas salah satu dari gunung-gunung yang ada.
Ibnu Abbas رضي الله عنهما menjelaskan bahwa Ath-Thur adalah gunung tempat Musa عليه السلام diajak bicara oleh Allah. Allahu a’lam.
Hikmah-Hikmah
Kisah-kisah Qurani adalah wahyu Allah yang penuh keindahan.
Sangat dalam samudra faedah yang bisa diambiI seorang mukmin. Tidak seperti kisah-kisah dusta yang merebak di zaman ini, yang justru banyak digandrungi. Allah berfirman:
۞ لَقَدْ كَانَ فِى قَصَصِهِمْ عِبْرَةٌ لِّأُو۟لِى ٱلْأَلْبَٰبِ ۗ مَا كَانَ حَدِيثًا يُفْتَرَىٰ وَلَٰكِن تَصْدِيقَ ٱلَّذِى بَيْنَ يَدَيْهِ وَتَفْصِيلَ كُلِّ شَىْءٍ وَهُدًى وَرَحْمَةً لِّقَوْمٍ يُؤْمِنُونَ
"Sesungguhnya pada kisah-kisah mereka itu terdapat pengajaran bagi orang-orang yang mempunyai akal. Al Quran itu bukanlah cerita yang dibuat-buat, akan tetapi membenarkan (kitab-kitab) yang sebelumnya dan menjelaskan segala sesuatu, dan sebagai petunjuk dan rahmat bagi kaum yang beriman." (Q.S. Yusuf: 111)
Berita Allah dalam ayat-ayat yang agung di atas banyak hikmah yang bisa kita ambil. Di antara hikmah-hikmah tersebut:
1. Pentingnya mengingat kejadian umat terdahulu untuk diambil pelajaran. Allah berfirman:
وَ إِذْأَخَذْنَامِيثَاقَكُمْ
"Dan (ingatlah), ketika Kami mengambil janji dari kalian....”
2. Kisah yang agung ini mengingatkan Yahudi tentang apa yang terjadi pada nenek moyang mereka, agar mereka mau mengambil ibrah (peIajaran). Ketika Allah turunkan Al-Quran kepada nabi yang terakhir, wajib bagi mereka untuk bersegera mengimaninya.
Jangan seperti kaum Musa yang enggan mengambll Taurat setelah diturunkan. Selain itu, walaupun kisah ini terkait dengan Bani lsrail di zaman Musa, nasihat ini tentunya juga berlaku bagi kaum mukminin, bukan nasihat khusus untuk Yahudi.
3. Kisah ini menunjukkan betapa besar kekuatan dan kekuasaan Allah سبحانه وتعالى. Allah Maha Kuasa untuk mengangkat gunung dan menjatuhkannya kepada orang- orang yang ingkar kepada-Nya. Dan sungguh, alam semesta yang kita saksikan adalah sebagian kecil dari bukti kekuasaan AIlah. Allah berfirman:
۞ إِنَّ اللَّهَ يُمْسِكُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ أَن تَزُولَا وَلَئِن زَالَتَا إِنْ أَمْسَكَهُمَا مِنْ أَحَدٍ مِّن بَعْدِهِ إِنَّهُ كَانَ حَلِيمًا غَفُورًا
"Sesungguhnya Allah menahan langit dan bumi supaya jangan lenyap; dan sungguh jika keduanya akan lenyap tidak ada seorang pun yang dapat menahan keduanya selain Allah. Sesungguhnya Dia adalah Maha Penyantun lagi Maha Pengampun."[Q.S. Fathir: 41].
4. Dalam kisah ini ada ancaman azab dari Allah bagi mereka yang berpaling dari Al-Qur’an, berpaling dari syariat Allah. Jika Allah berkehendak, Allah perintahkan bumi untuk menenggelamkan kaum yang ingkar, atau Allah angkat gunung dan ditimpakan kepada kaum yang enggan berpegang dengan syariat Allah.
Allah Ta’ala berfirman,
۞ أَأَمِنْتُمْ مَنْ فِي السَّمَاءِ أَنْ يَخْسِفَ بِكُمُ الْأَرْضَ فَإِذَا هِيَ تَمُورُ (16) أَمْ أَمِنْتُمْ مَنْ فِي السَّمَاءِ أَنْ يُرْسِلَ عَلَيْكُمْ حَاصِبًا فَسَتَعْلَمُونَ كَيْفَ نَذِيرِ (17)
“Apakah kalian merasa aman terhadap Allah yang di langit, bahwa Dia akan menjungkirbalikkan bumi bersama kalian, sehingga dengan tiba-tiba bumi itu berguncang❓Atau apakah kalian merasa aman terhadap Allah yang di langit, bahwa Dia akan mengirimkan badai yang berbatu. Maka kelak kalian akan mengetahui bagaimana (akibat mendustakan) peringatan-Ku.” (QS. Al Mulk: 16-17)
Banyak dari kisah-kisah Al-Quran yang juga Allah sebutkan mengenai kesudahan buruk yang dialami kaum yang durhaka. Seperti kaum Nabi Luth, kaum Nabi Shalih, dan kaum Nabi Nuh عليه السلام.
5. Azab yang menimpa seseorang atau suatu kaum sebabnya adalah perbuatan tangan manusia itu sendiri.
6. Wajibnya menunaikan perjanjian (mitsaq), terlebih perjanjian dengan Allah سبحانه وتعالى.
7. Kewajiban mengambil dan mengamalkan hukum-hukum syariat dengan sungguh-sungguh (kuat), Allah berfirman:
خُذُوا۟ مَآ ءَاتَيْنَٰكُم بِقُوَّةٍ
"Peganglah dengan kuat (teguh-teguh) apa yang Kami berikan kepada kalian..."
8. Wajibnya mengingat apa yang Allah turunkan, yaitu Al-Quran dan hadits Nabi ﷺ. Tidak boleh melupakan atau menyia-nyiakannya. Dalam kisah ini Allah berfirman:
وَٱذْكُرُوا۟ مَا فِيهِ
“Serta ingatlah selalu (amalkanlah) apa yang tersebut di dalamnya...”
9. Ketakwaan tidak akan sempurna bagi seorang hamba kecuali jika dia mau mengambil hukum-hukum syariat dengan kuat. Allah berfirman:
خُذُوا۟ مَآ ءَاتَيْنَٰكُم بِقُوَّةٍ وَٱذْكُرُوا۟ مَا فِيهِ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ
"... peganglah dengan kuat (teguh-teguh) apa yang Kami berikan kepada kalian serta ingatlah selalu (amalkanlah) apa yang tersebut di dalamnya supaya kalian menjadi orang-orang yang bertakwa.”
10. Kisah ini memberikan pelajaran kepada kita untuk bersegera mengamalkan Al-Quran, bersegera bertaubat, dan tidak seperti Bani lsrail yang enggan untuk melaksanakan apa yang Allah turunkan kepada Musa, hingga datang ancaman atau azab Allah.
11. Kisah di atas menjelaskan beberapa sifat Bani lsrail. Mereka adalah kaum yang tidak bersegera mengambil kebenaran. Mereka justru lebih memilih untuk berpaling. Ketika mereka diperintah untuk mengikuti Al-Kitab mereka justru mengatakan: Kami dengar namun kami tidak taat. Allah berfirman:
خُذُوْا مَا آتَيْنَاكُمْ بِقُوَّةٍ وَ اسْمَعُوْا قَالُوْا سَمِعْنَا وَعَصَيْنَا
"Peganglah teguh-teguh apa yang Kami berikan kepada kalian dan dengarkanlah!” Mereka menjawab, 'Kami mendengarkan tetapi tidak menaati.”
Yahudi bukan hanya mengucapkan kalimat ini di zaman Nabi Musa. Namun terus berlangsung hingga zaman Rasulullah ﷺ sebagaimana Allah firmankan:
مِّنَ ٱلَّذِينَ هَادُوا۟ يُحَرِّفُونَ ٱلْكَلِمَ عَن مَّوَاضِعِهِۦ وَيَقُولُونَ سَمِعْنَا وَعَصَيْنَا وَٱسْمَعْ غَيْرَ مُسْمَعٍ وَرَٰعِنَا لَيًّا بِأَلْسِنَتِهِمْ وَطَعْنًا فِى ٱلدِّينِ
”Di antara orang-orang Yahudi, mereka mengubah perkataan dari tempat-tempatnya. Mereka berkata, "Kami mendengar", tetapi kami tidak mau menurutinya. Dan (mereka mengatakan pula), ”Dengarlah" sedang kamu sebenarnya tidak mendengar apa-apa. Dan (mereka mengatakan), ”Raa'ina", dengan memutar-mutar lidahnya dan mencela agama." [Q.S. An-Nisa: 46].
Pembaca, demikian sepenggal kejadian sejarah umat terdahulu, semoga Allah bimbing kita merenungkan dan mentadabburi ayat-ayat-Nya. Amin.
Catatan Kaki:
1) Qarnu Ats-Tsa’alib adalah Qarnu Al-Manazil, miqat bagi penduduk Nejed untuk melakukan ibadah haji atau umrah. Berjarak sekitar 94 km dari Makkah, saat ini bernama As-Sailul Kabir.
2) Dua gunung yang dimaksud adalah gunung Abu Qubais dan gunung yang di hadapannya.
3) Ada beberapa pendapat ulama tentang gunung-gunung yang diangkat di atas kaum nabi Musa.
Sumber || Majalah Qudwah Edisi 01
t.me/majalah_qudwah