Atsar.id
Atsar.id oleh Atsar ID

kepada siapa kita mengambil ilmu?

9 tahun yang lalu
baca 3 menit

KEPADA SIAPAKAH KITA MENGAMBIL ILMU, BIMBINGAN & FATWA 

(Disertai peringatan untuk orang-orang yang suka mencari-cari ketergelinciran ulama untuk membenarkan madzhab mereka yang batil)**


Secara syar’i, para ulama Salaf, ulama Dakwah Salafiyah pada tiap generasi adalah tempat rujukan bagi umat.

Allah ‘azza wa jalla berfirman:

“Maka bertanyalah kepada orang yang punya ilmu bila kamu tidak mengetahui.” (an-Nahl: 43 dan al-Anbiya: 7)

Mereka adalah
🔺tempat meminta fatwa,
🔺bimbingan,
🔺dan arahan.
📌Umat mengambil ilmu dan pemahaman agama dari mereka. Di meja merekalah diletakkan semua persoalan dan problem umat.

Inilah pelajaran adab yang Allah ‘azza wa jalla sebutkan dalam firman-Nya

“Dan apabila datang kepada mereka suatu berita tentang keamanan atau ketakutan, mereka lalu menyiarkannya, jika mereka menyerahkannya kepada Rasul dan ulil amri di antara mereka tentulah orang-orang yang ingin mengetahui kebenarannya akan dapat mengetahuinya dari mereka (rasul & ulil amri). Kalau tidaklah karena karunia dan rahmat Allah kepadamu tentulah kamu mengikuti setan kecuali sebagian kecil saja (di antaramu).” (an-Nisa’: 83)

Ibnu Hazm al-Andalusi rahimahullah menasihatkan dalam risalahnya, Mudawatun Nufus, sebagaimana dalam Majmu’ Rasail Ibnu Hazm (hlm. 411):

“Apabila engkau menghadiri majelis ilmu, engkau harus hadir sebagai orang yang ingin menambah ilmu dan pahala, bukan orang yang merasa cukup dengan ilmu yang ada padanya, orang yang mencari ketergelinciran (alim) yang hendak engkau jelekkan atau keganjilan (pendapat alim) yang hendak engkau sebar luaskan. Sebab, ini adalah perbuatan orang-orang rendah, yang selamanya tidak akan beruntung, pada seorang alim.”

Ibrahim bin Abi ‘Ablah rahimahullah menyatakan:

“Barang siapa membawa ilmu-ilmu yang syadz (ganjil), dia telah memikul kejelekan yang sangat banyak.” (Siyar ‘Alamin Nubala, 6/324)

Al-Imam adz-Dzahabi rahimahullah juga menegaskan:

“Barang siapa mencari-cari rukhshah (keringanan) dari beragam mazhab dan ketergelinciran ahli ijtihad, berarti telah tipis/rapuh agamanya.” (as-Siyar 8/90)

Termasuk talbis (upaya pengaburan) yang dilakukan hizbiyin adalah mereka berdalil dengan ucapan para ulama untuk membenarkan kaidah-kaidah mereka yang batil.

Syaikhul Islam rahimahullah tatkala menjelaskan ahlu bid’ah berkata:

“Mereka terkadang mendapati kalimat-kalimat mujmal (yang global/tidak jelas) dari ucapan sebagian ulama, lalu mereka bawa pada makna yang rusak. Ini seperti yang dilakukan oleh Nasrani tentang yang dinukil kepada mereka dari para nabi, akhirnya mereka mengikuti yang samar (mutasyabih).” (Majmu’ Fatawa 2/374)

Di antara trik yang dilakukan hizbiyin dalam melegalkan dan menguatkan penyimpangan mereka adalah menggambarkan kebenaran manhaj mereka yang menyimpang kepada alim yang tidak atau kurang mengetahui keadaan mereka sesungguhnya. Setelah mendapatkan tazkiyah atau ucapan-ucapan yang sekiranya memihak mereka dari alim tersebut, mereka pun menggunakannya untuk menghadapi ulama yang tahu keadaan mereka dan telah membongkar penyimpangan-penyimpangan mereka. Dengan cara seperti ini, banyak kalangan muslimin bahkan salafiyin tertipu oleh mereka.

Wallahul Musta’an wa ’alaihit tiklan.

Al-Ustadz Muhammad Afifuddin As-Sidawy hafizhahullah
Selengkapnya: http://asysyariah.com/mengenal-ulama-dakwah-salafiyah/

WA BMS  Whatsapp Belajar Manhaj Salaf
http://bit.ly/belajarmanhajsalaf
http://wa-bms.blogspot.co.id

**Judul dari Admin**

Edisi: مجموعة الأخوة  السلفية [-MUS-]
Klik "JOIN" http://bit.ly/ukhuwahsalaf

Oleh:
Atsar ID