โ๐ป Tim Reportase Majalah Qudwah
Pagi itu di tepi pantai. Di sebuah bungalo (rumah peristirahatan di daerah pegunungan atau pantai) yang sengaja disewa untuk kegiatan dakwah. Seorang pria bertubuh gempal sibuk merapikan ruangan. Pria itu mengembalikan segenap perabot yang ada di bungalo pada tempatnya semula. Sejak sore sebelumnya, ruangan itu telah diubah sedemikian rupa sehingga baik digunakan acara kajian.
Bungalo dengan empat kamar,satu ruang induk, satu ruang parkir dengan halaman luas yang juga bisa dimanfaatkan sebagai lahan parkir kendaraan, adalah tempat alternatif berkumpul bagi salafiyin di Singapura. Bagi mereka, masih cukup sulit untuk secara rutin mengadakan taklim di masjid. Selain urusan birokrasi, juga kondisi masyarakat yang masih asing dengan dakwah salafiyah.
Dengan keadaan yang serba terbatas, toh mereka tak lantas berputus asa. Mereka tetap bersemangat menyemai dakwah, memancangkan tauhid, memberantas kesyirikan, menumbuhkan sunnah, dan mengenyahkan kebid'ahan.
Dengan segala keterbatasan yang ada, mereka terus berusaha meniti jalan dakwah dengan istiqomah. Ketiadaan seorang ustadz yang bisa membimbing secara syar'i, tak menjadikan mereka berhenti menyuarakan dakwah. Secara periodik mereka sengaja mengundang beberapa ustadz dari Indonesia untuk menebar kebajikan di sana.
Dari Abi Hurairah ุฑุถู ุงููู ุนูู, Nabi ๏ทบ pernah bersabda:
ุงุญูุฑูุตู ุนูููู ู ูุง ููููููุนููู ููุงุณูุชูุนููู ุจูุงูููู ููููุง ุชูุนูุฌูุฒู
"Bersemangatlah engkau terhadap sesuatu yang membawa manfaat bagimu, mintalah pertolongan kepada Allah dan janganlah engkau merasa lemah." [H.R. Muslim, no. 2664].
Keinginan untuk menerapkan syariat Islam pada diri mereka sedemikian kuat menggebu. Itu tak hanya untuk mereka sendiri. Keinginan kuat itu pun ditanamkan pula kepada anak-anaknya. Ini terbukti saat mereka harus menentukan pilihan pendidikan bagi anak-anak mereka. "Anak-anak saya dititipkan di lembaga pendidikan di Johor Bahru, Malaysia,โ ungkap salah seorang ikhwan Singapura.
Apa yang diungkap merupakan wujud kekhawatirannya apabila sang anak disekolahkan di sekolah yang dikelola pemerintah. Kekhawatirannya sangat beralasan. Mengapa? Karena mereka hidup bukan di sebuah negeri muslim. Lantaran corak negeri yang demikian itu, maka bisa dibayangkan bagaimana warna yang akan dicelupkan kepada anak didik yang bersekolah di sekolah pemerintah.
โPengawasan pihak pemerintah di sini sangat ketat,โ ujarnya lebih lanjut. โSetiap anak wajib disekolahkan. Apabila diketahui ada anak yang tidak disekolahkan, maka orang tua bisa ditahan,โ paparnya menjelaskan sistem pendidikan yang berlaku di Singapura. Bagaimana dengan homeschooling?
โAnak yang sekolah di rumah akan berada dalam pengawasan petugas pemerintah. Bahkan pihak pemerintah akan mengontrol mata pelajaran yang diberikan serta pengajarnya.โ katanya memerinci.
Menyadari betapa mahal nilai hidayah yang telah mereka rengkuh, maka mereka pun amat selektif untuk menentukan corak pendidikan yang akan diberikan kepada sang anak. Sebagian mereka ada yang telah merencanakan untuk hijrah. Ada yang telah menyiapkan alih kewarganegaraan, menjadi warga Negara Malaysia. Ada pula yang coba pergi ke Yaman. Ada pula yang menginginkan ke Indonesia.
Menyadari betapa sangat berharga hidayah yang telah berlabuh di hati mereka, maka sedemikian kokoh keinginan mereka untuk meraup ilmu dan mengamalkannya. Di tengah kesibukannya sebagai pegawai atau karyawan satu instansi pemerintah atau swasta, mereka masih tetap meluangkan waktu untuk berenang di lautan ilmu nan tiada bertepi.
Mereka berupaya untuk senantiasa melakukan pencerahan, membasuh hati dengan tetesan ilmu yang diwariskan para ulama salaf. Mereka adalah manusia-manusia yang senantiasa membumbungkan harapan menggapai surga nan penuh kenikmatan dan keabadian.
Dari Abi Hurairah ุฑุถู ุงููู ุนูู, sesungguhnya Rasulullah ๏ทบ bersabda:
ู ููู ุณููููู ุทูุฑููููุง ููููุชูู ูุณู ููููู ุนูููู ูุง ุณูููููู ุงูููููู ูููู ุทูุฑููููุง ุฅูููู ุงููุฌููููุฉู
"Barang siapa menempuh satu jalan dalam rangka mencari ilmu, kelak Allah akan memudahkan baginya (saat meniti) jalan menuju surga." (H.R. Muslim).
Kesungguhannya merengkuh ilmu bakal memasukkannya ke dalam barisan para mujahidin yang berjuang di jalan Allah ุณุจุญุงูู ูุชุนุงูู. Sungguh, yang demikian ini telah dinyatakan dari lisan nan mulia, Rasulullah ๏ทบ. Sebagaimana disebutkan dalam hadits dari Anas bin Malik ุฑุถู ุงููู ุนูู, Rasulullah ๏ทบ bersabda:
ู ููู ุฎูุฑูุฌู ููู ุทูููุจู ุงููุนูููู ู ููุงูู ููู ุณูุจูููู ุงูููู ุญูุชููู ููุฑูุฌูุนู
โBarangsiapa ke luar dalam rangka menuntut ilmu, maka ia di jalan Allah hingga ia kembali".(H.R. At-Tirmidzi).
Kecintaan mereka terhadap ilmu dan para penyampai ilmu terpantul dari goresan tinta yang dituangkan sebagai pesan. Katanya, โHarap ustadz tidak serik (kapok, red.) untuk datang ke sini (Singapura, red.) lagi buat mengisi pengajian di lain kesempatan." โJika ada ilmu yang dapat kami manfaatkan di sini, mohon untuk dikongsikan (dibagi, red.) bersama di Whatsapp,โ demikian pintanya lebih lanjut. Sebuah ungkapan nan penuh cinta dan rindu pada ilmu.
Singapura sebuah negara kecil, bekas jajahan Inggris, lalu dimerdekakannya. Terletak di ujung semenanjung Negara Malaysia, berdekatan dengan wilayah Indonesia, Batam. Nyaris seluruh lini kehidupan dikuasai komunitas keturunan Cina. Birokrasi kekuasaan, perekonomian, pendidikan, dan lainnya dikuasai komunitas Cina. Adapun penduduk pribumi Melayu terpinggirkan.
Ketika isu terorisme melanda dunia, Singapura termasuk negara yang paling ketat menerapkan aturan keamanan. Tak sedikit dari kalangan muslim yang harus berurusan dengan pihak imigrasi hanya lantaran masalah sepele. Urusan pun menjadi ribet. Berlarut-larut, menghabiskan waktu, tenaga, dan materi percuma. Dampak semua ini masih terasa hingga sekarang.
Namun begitu, dakwah salafiyah masih terus bisa berkibar di Singapura. Alhamdulillah. Ini merupakan nikmat teramat besar yang senantiasa harus disyukuri. Walau sarat tantangan,keinginan kaum muslimin Singapura untuk mengaji Islam sesuai pemahaman yang benar tetap menyala. Semangat itu senantiasa berpijar. Mereka haus kajian nan lurus sebagaimana diajarkan salafunash shalih, para pendahulu kita yang shalih.
Dakwah selalu penuh ujian. Kegetiran demi kegetiran pasti datang menghadang. Demikianlah tabiat dakwah itu sendiri. Para nabi dan rasul pun mengalami ujian. Begitu pula para ulama, tak sedikit yang harus menahan kegetiran hidup. Terkait ujian ini, Allah ุณุจุญุงูู ูุชุนุงูู telah memaktubkan dalam firman-Nya yang artinya, โAtaukah kamu mengira bahwa kalian akan masuk surga, padahal belum datang kepada kalian (cobaan) seperti (yang dialami) orang-orang terdahulu sebelum kalian?
Mereka ditimpa kemelaratan, penderitaan dan diguncang (dengan berbagai cobaan), sehingga orang-orang yang beriman bersamanya berkata, 'Kapan pertolongan Allah tiba?' Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah itu dekat."[Q.S. Al-Baqarah: 214]
Itulah hakikat ujian dalam dakwah.
ุงููู ุฃุนูู .