Atsar.id
Atsar.id oleh Atsar ID

catatan sembari melintasi masa

8 tahun yang lalu
baca 9 menit

CATATAN SEMBARI MELINTAS MASA 01

Catatan Sembari Melintasi Masa

Sudah terlalu sering, saya berjumpa dan berbicara dengan orang-orang cerdas dan pintar. Saya yakin, tanpa ragu, bahwa mereka jauh lebih pintar dan cerdas dibandingkan saya. Mereka berada di atas saya beberapa tingkat. Wawasan, pengetahuan dan pengalaman mereka, sungguh membuat saya minder.

Kalau boleh saya membilang sebagai contoh, dan tolong ijinkan saya untuk menyebutnya. Mereka berbeda latar belakang dan profesinya. Namun mereka -sekali lagi-, orang-orang cerdas dan pintar.

Saya sudah cukup sering berbincang dengan dokter, perawat, insinyur, pebisnis, mahasiswa, pelajar, kaum sarjana yang telah menyelesaikan strata pendidikan tinggi, kaum guru, para dosen, ahli hukum, juga para petani dan buruh. Masing-masing mempunyai penguasaan mumpuni di bidangnya masing-masing. Bukankah hal ini membuktikan bahwa mereka adalah saudara-saudara saya yang cerdas dan pintar?

Saya iri, dan terus terang, saya memang iri. Kenapa saya tidak mempunyai kepintaran dan kecerdasan seperti mereka? Meskipun akhirnya saya menyadari, bahwa tiap-tiap kita memiliki jalan hidup sendiri-sendiri.

Kenapa saya iri?

Saya sedang berpikir tentang Islam ini. Saya sedang berpikir tentang dakwah Salafiyyah. Betapa kebutuhan da'i sangat tinggi! Orang-orang yang bertugas sebagai pegiat dakwah yang mengajarkan Al Qur'an dan As Sunnah dengan pemahaman Salaf, sangatlah diperlukan! Bahasa kita adalah kekurangan ustadz. Iya, kita memang kekurangan ustadz!

Nah mereka, yaitu saudara-saudara saya di atas, yang mempunyai kecerdasan dan kepintaran, terkadang saya berkhayal, andai saja mereka mengubah jalan hidup dengan terjun di dunia dakwah. Mengarahkan haluan waktu dan usia untuk lebih serius di dalam mempelajari Al Qur'an dan As Sunnah. Saya optimis bahwa dalam hitungan tahun, mereka dapat menjadi solusi untuk menutup celah dan lubang di dalam dakwah yang suci ini.

Walaupun saya juga sadar bahwa untuk menjadi pegiat dakwah yang bersabar di atas jalan dakwah adalan pilihan dari Allah. Saya pun mesti sadar bahwa tidak semua orang dipilih oleh Allah untuk menunaikan tugas suci di dalam berdakwah, sebagai pewaris para Nabi.

Akan tetapi, pernahkah terpikir oleh kita bahwa semua diri kita mempunyai kesempatan yang sama untuk menjadi yang terpilih. Kenapa kita tidak berusaha untuk termasuk dalam golongan hamba-hamba yang terpilih? Kenapa kita sudah merasa puas dengan hidup yang kita jalani selama ini? Marilah mengubah haluan hidup dengan berthalabul ilmi. Sebab, kesempatan untuk dapat berkumpul dan bergabung dengan Rasulullah di surga nanti, bisa dicapai dengan menjadi hamba yang alim. Hamba yang mempelajari dan mengajarkan ilmu syar'i. Allahumma yassir.


Abu Nasim Mukhtar "iben" Rifai La Firlaz
10 Muharam 1438/11 Oktober 2016
Sesaat Sebelum Kajian Shubuh

CATATAN SEMBARI MELINTAS MASA (02)



Mudah-mudahan bukan karena terdorong merasa lebih baik. Mudah-mudahan juga bukan karena merasa telah sedikit berbuat untuk dakwah (apalagi banyak). Saya sendiri masih harus sering-sering dan selalu menata niat, memperbaiki hati. Saya sendiri sadar bahwa : Apa yang telah saya berikan untuk Islam? adalah pertanyaan singkat yang masih belum mampu saya jawab.

Saya berharap bahwa catatan sembari melintas masa, hanyalah satu ajakan dan sebuah seruan untuk direnungkan bersama. Barangkali saja saya yang salah di dalam menilai dan menyimpulkan.

Saudaraku, banyak kesempatan beribadah dan peluang pahala berlipat-ganda yang terlewatkan. Saat kita memberikan jawaban,  "Maaf saya sedang banyak kerjaan!". Sadarkah kita konsekuensi dari jawaban di atas?

Kesempatan pahala di shaf pertama dalam shalat terlewatkan karena alasan pekerjaan? Padahal seandainya kita mengerti tentang pahalanya, harus melalui undian pun kita siap melakukan.

Kesempatan duduk di majlis ilmu untuk meraih ketenangan hati, satu majlis dengan para malaikat, disebut-sebut oleh Allah dan dimudahkan jalan untuk masuk surga, lantas disia-siakan dengan alasan pekerjaan? Akal sehat manakah yang bisa berpikir demikian?

Kesempatan untuk didoakan dan dimohonkan ampun oleh seluruh penduduk langit dan bumi, sampaipun semut-semut dan ikan karena menjalankan tugas dakwah, apakah kita biarkan hilang begitu saja? Lagi-lagi karena alasan pekerjaan?

Kesempatan untuk meraih tiket surga dengan merawat orangtua yang sudah renta dan lanjut usia, apakah kita pura-pura lupa atau tutup mata? Hanya karena alasan pekerjaan?

Subhaanallah! Selagi Anda masih sehat, kuat dan berusia muda, cobalah berpikir dalam renungan jujur, supaya memberikan yang terbaik untuk Islam.

Apakah menunggu masa pensiun, usia purna dan tubuh telah tua serta sakit-sakitan, baru kemudian Anda serahkan diri Anda untuk Islam? Setelah Anda tidak mempunyai apa-apa lagi?

Fa'tabiruu yaa ulil ab-shaar! Jadikanlah sebagai renungan wahai orang-orang yang diberi karunia kecerdasan dan kepintaran.


Abu Nasim Mukhtar "iben" Rifai La Firlaz
13 Oktober 2016/12 Muharam 1437 H
(Sesaat Sebelum Kajian Shubuh Tafsir surat Al 'Ashr)

CATATAN SEMBARI MELINTAS MASA (03) 


Ada beberapa sahabat yang mengirim pesan secara pribadi kepada saya terkait Catatan Sembari Melintas Masa di edisi pertama dan kedua. Substansi nya sama : "Lalu, langkah apa yang harus Ana lakukan, Ustadz? "

Sebenarnya, target pertama yang saya harapkan adalah membangkitkan kesadaran terlebih dahulu. Kesadaran bahwa selama ini kita begitu terlena dengan bayang-bayang duniawi. Kesadaran bahwa sekian banyak waktu yang kita punya tidak dimaksimalkan di dalam thalabul ilmi. Kesadaran semacam itu yang harus kita lahirkan.

Sudah berapa tahun kita hidup bernapas di dunia ini? Belasan bahkan puluhan tahun. Yang belasan atau puluhan tahun ini, berapa prosentase waktu yang kita pergunakan untuk thalabul ilmi? Untuk beribadah? Untuk berdakwah?

Coba direnungkan, saudaraku. Hidup dan matimu untuk siapa? Lillahi rabbil 'aalamiin ataukah untuk angan-angan duniawi kita?

Bagaimana dengan teknisnya? Cara dan langkah yang harus ditempuh seperti apa?

Saudaraku, teknis adalah sesuatu yang mudah. Proses terberat adalah sadar, kesadaran dan menyadarkan diri. Sekali lagi, teknis adalah langkah yang mudah untuk ditempuh. Asalkan Anda telah sadar, selama kesadaran sudah lahir dan Anda telah menyadarkan diri sendiri, sudah 90% perjalanan yang Anda tempuh. Kurang sejengkal lagi, Anda akan mencapai puncak. Baarakallahu fiik.

Maksudnya adalah Anda sadar bahwa selama ini kurang serius dan fokus dalam thalabul ilmi. Anda sadar bahwa kecerdasan dan kepintaran Anda tidak dimanfaatkan secara maksimal untuk kepentingan dakwah. Anda sadar bahwa selama ini telah tertinggal jauh dari garda terdepan di jalan Allah. Anda sadar bahwa musuh-musuh Islam sudah sedemikian dekatnya dengan kita, namun kita masih berleha-leha. Anda sadar bahwa Anda harus bangkit untuk berjuang di jalan dakwah guna meninggikan kalimatullah. Itulah maksud saya.

Adapun teknisnya bagaimana, sangat mudah. Semoga bisa diungkapkan dalam Catatan edisi selanjutnya, sembari menunggu konfirmasi dari Anda semua bahwa kita telah sama-sama sadar. Baarakallahu fiikum.


Abu Nasiim Mukhtar "iben" Rifai La Firlaz
Senin malam Selasa
16 Muharrom 1438 H (17 10 16)

CATATAN SEMBARI MELINTAS MASA (04)



Saya agak, bahkan sangat kesal jika membaca stiker bertuliskan "English First". Begitu banyak dan mudahnya kita menemukan stiker-stiker semacam itu. Saya meyakini bahwa stiker-stiker semacam itu menjadi bagian dari skenario dan propaganda besar untuk memerangi umat Islam. Kenapa demikian?

Bahasa Islam dan bahasa umat Islam adalah bahasa Arab. Al Qur'an sebagai petunjuk, pedoman hidup dan kitab suci kita, diturunkan Allah dengan berbahasa Arab. Nabi Muhammad Shallallohu'alaihi wasallam menyampaikan arahan dan tuntunan juga berbahasa Arab. Selain itu -dari banyak aspek-, bahasa Arab memiliki kelebihan dan keistimewaan dibandingkan bahasa lainnya.

Untuk memahami Islam dengan benar, memahami Al Qur'an dan As Sunnah,  kemampuan berbahasa Arab adalah salah satu syarat mutlak. Tidak bisa ditawar! Tidak mungkin dikesampingkan!

Lemah berbahasa Arab, apalagi tidak memahami sama sekali, akan mengakibatkan sulit memahami Islam secara maksimal. Bahkan, para ulama menjelaskan bahwa kesesatan berpikir dan penyimpangan dalam pemahaman Islam, sangat dipengaruhi oleh ketidak-mampuan berbahasa Arab dengan baik.

Kemunduran atau kemajuan kualitas generasi muda Islam cukup ditentukan oleh seberapa besar perhatian kita terhadap bahasa Arab. Generasi muda Islam cenderung berbangga diri dan berlomba-lomba untuk menguasai bahasa asing yang tidak bersentuhan secara langsung dengan praktik ibadah kita.

Ada isu-isu yang diblow-up untuk mengecilkan kedudukan bahasa Arab. Kadang disebut paham arabisme yang tidak mendukung nasionalisme. Kenapa bahasa-bahasa asing lainnya tidak disebut demikian juga? Kadang dikesankan bahasa Arab itu rumit dan sulit. Siapa bilang? Karena kita kurang perhatian dan kurang serius saja.

Lihat saja! Bimbingan belajar, kelas privat, tayangan media massa, tulisan-tulisan di berbagai produk, banyak menggunakan bahasa Inggris, misalnya. Sehingga penyebarannya yang bersifat massif, membuat bahasa Inggris lebih mudah dicerna. Duh, andai bahasa Arab juga dikelola sedemikian juga!!! Apalagi, Allah telah menegaskan bahwa bahasa Arab itu mudah.

Saya sedang tidak ingin menukil ucapan-ucapan ulama tentang keistimewaan dan anjuran untuk belajar bahasa Arab. Di kesempatan dan di media lain, semoga Allah memudahkan untuk menulis sebuah buku berisikan motivasi belajar bahasa Arab. Di sini, saya sebatas ingin membantu menyadarkan kita bahwa selama ini kita terlalu jauh berpaling dan meninggalkan kewajiban untuk mempelajari bahasa Arab.

Coba saudara renungkan! Dulu berapa banyak waktu dihabiskan, biaya dikeluarkan dan semangat dikerahkan untuk belajar bahasa Inggris, bahasa Mandarin, bahasa Jepang, bahasa Perancis, bahasa Jerman atau bahasa-bahasa lainnya. Itu sebuah cacat masa lalu yang harus disembuhkan dan dihilangkan dengan sekarang bersemangat belajar bahasa Arab.

Marilah membuat dan menetapkan target bahwa dalam satu tahun ke depan, pondasi dasar dan pilar-pilar utama bahasa Arab telah kita kuasai. Untuk kemudian di tahun selanjutnya, kita membuat target yang lebih maksimal.

Ingat, seorang hamba akan kesulitan menemukan dan merasakan khusyuk di dalam shalat, jika tidak mengerti bahasa Arab. Barangkali inilah faktor kenapa kita tidak dapat merasakan lezat dan nikmatnya shalat serta ibadah lainnya. Sebab, kita sendiri kurang memahami apa yang kita ucapkan di dalam shalat.

Semangat dan bangkit untuk belajar bahasa Arab!

Allah yu'iinuk, akhi filllah. Semoga Allah senantiasa membantu dan memudahkan jalanmu, wahai saudaraku di jalan Allah.


Abu Nasim Mukhtar "iben" Rifai La Firlaz
21 10 2016
20 Muharram 1438 H

===============================
Channel Telegram @kajianislamlendah
______________________________________

Oleh:
Atsar ID