SANG PEMBELA SUNNAH
|
Biografi Imam Ad Darimi |
Samarqand adalah nama sebuah kota di Uzbekistan dan termasuk jajaran kota-kota tua di dunia. Di kota inilah pernah tinggal seorang penghafal hadis kelas dunia dan ulama hadis penjelajah berbagai negeri. Dua hal ini memang sangat identik dengan beliau.
Ya, sekali lagi penghafal kelas dunia dan penjelajah belahan dunia demi meriwayatkan hadis. Siapa lagi kalau bukan Imam Ad Darimi yang terkenal dengan karya monumentalnya Sunan Ad Darimi.
Nama lengkapnya adalah Abdullah bin Abdirrahman bin Al Fadhl At Tamimi Ad Darimi As Samarqandhi rahimahullah.
At Tamimi adalah nisbah kepada nama sebuah kabilah, yaitu kabilah bani Tamim yang merupakan salah satu kabilah terbesar di kalangan Arab. Adapun Ad Darimi adalah nisbah kepada Darim bin Malik bin Hanzalah bin Zaid Manat bin Tamim. Dengan nisbah yang kedua inilah beliau lebih akrab dikenal oleh kaum muslimin.
PENGHAFAL PILIH TANDING
Saat ini mungkin nama beliau di tengah kaum muslimin tidak setenar Imam Al Bukhari dan Imam Muslim. Pemilik dua kitab hadis yang paling shahih di atas muka bumi ini. Namun ternyata daya hafalan beliau berkapasitas sangat tinggi sehingga disejajarkan dengan kedua imam tersebut.
Lihatlah pernyataan Muhammad bin Basyar berikut ini, “Para hafizh (penghafal) di dunia ini ada empat : Abu Zur’ah di Rai, Muslim di Naisabur, Abdullah bin Abdurrahman di Samarqand, dan Muhammad bin Ismail di Bukhara.”
Ketangguhan hafalan beliau diakui oleh para ulama yang sezaman dengannya. Raja’ bin Murajja berkata, “Aku pernah melihat Sulaiman Asy Syadzukani, Ishaq bin Rahawaih, dan ulama lainnya, namun aku belum pernah bertemu dengan seseorang hafalannya sekuat Abdullah Ad Darimi.”
Imam Darimi rahimahullah dilahirkan pada tahun 181 H sebagaimana beliau jelaskan sendiri dalam penuturannya. Kelahiran beliau pada tahun ini bertepatan dengan meninggalnya Abdullah bin Mubarak rahimahullah.
Semenjak kecil beliau tinggal di lingkungan yang sangat mendukung belajar ilmu agama. Masih begitu banyak para ulama yang hidup, sehingga beliau pun tidak kesulitan untuk mencari berbagai halaqah ilmu agama.
Allah pun menganugerahkan kepada beliau antusias yang tinggi untuk meriwayatkan hadis, dan juga kecerdasan yang sangat brilian. Di usianya yang masih muda pun sudah terlihat potensi besar untuk menjadi pakar hadis, karena begitu kuatnya hafalan beliau.
Meskipun di berbagai literatur memang tidak disebutkan secara pasti kapan beliau mulai menimba ilmu agama dan berkecimpung dalam ilmu hadis, namun yang jelas, melakukan safar ilmiyah untuk meriwayatkan hadis adalah salah satu karakteristik beliau yang cukup menonjol.
Layaknya pakar hadis generasi sebelumnya, beliau berkeliling dan menjelajahi berbagai belahan negeri demi satu tujuan yang mulia, yaitu meriwayatkan hadis. Terekam dalam sejarah bahwa di antara negeri yang pernah beliau jelajahi adalah Baghdad, Kufah, Wasith, Syam, Hijaz, dan lain sebagainya.
Sehingga jumlah guru beliau pun berbanding lurus dengan banyaknya rihlah menuntut ilmu ke berbagai negeri.
Di antara guru-guru Ad Darimi adalah Yazid bin Harun, Ya’la bin Ubaid, Jafar bin ‘Aun, Bisy bin Umar Az Zahrani, Abu Nadhr Hasyim bin Al Qasim, Sa’id bin Amir Adh Dhubai, Abul Mughirah Al Khaulani, Abu Mushir Al Ghassani, Muhammad bin Yusuf Al Firyabi, Abu Nu’aim, Zakariya bin Adi, dan masih banyak yang lainnya.
Waktu pun terus bergulir dan semangat thalabul ilmi (menuntut ilmu) Ad Darimi benar-benar telah mencapai puncaknya. Terus berpindah dari satu negeri ke negeri lain dan satu rihlah demi rihlah, beliau lalui dengan penuh kesabaran. Apalagi anugerah berupa kekuatan hafalan yang sangat luar biasa mampu dimaksimalkan dengan baik.
Telah dimaklumi oleh para ulama di zamannya bahwa beliau sangat menonjol dalam hafalan. Hingga Muhammad bin Abdillah bin Numair berkata, “Abdullah bin Abdurrahman mampu mengalahkan kami dengan hafalan dan sikap wara’nya.”
Beliau pun menjadi imam dan ulamanya penduduk wilayahnya saat itu. Berbagai pujian dan sanjungan mengalir kepada beliau bak air bah, dan sekarang kondisinya berbalik 180 derajat.
Jikalau dulu beliau yang berthawaf, mengelilingi belahan dunia. Sekarang beliau yang dicari para ulama untuk meriwayatkan hadis. Para penuntut ilmu berbondong-bondong untuk menimba ilmu secara langsung dari beliau.
Coba pembaca perhatikan nama-nama besar berikut ini yang pernah menjadi murid beliau seperti Imam Muslim, Abu Dawud, At Tirmidzi, Abd bin Humaid, Raja’ bin Murajja, Al Hasan bin Ash Shabbah, Muhammad bin Basyar Bundar. Yang istimewa ada sebagian di antaranya adalah ulama yang lebih senior dan lebih berumur daripada beliau.
REKOMENDASI DAN PUJIAN ULAMA
Muhammad bin Abdullah Al Makhzumi berpesan, “Wahai penduduk Khurasan, selama Abdullah bin Abdurrahman masih berada di tengah kalian, maka janganlah kalian menyibukkan diri dengan selainnya.”
Ad Darimi rahimahullah adalah imam para ulama di zamannya sebagaimana persaksian ulama. Bahkan ulama sekelas Abu Hatim pernah menyatakan, “Abdullah bin Abdurrahman adalah imam di zamannya.”
Penilaian Ad Darimi tentang status seorang perawi dalam meriwayatkan hadis juga sangat diperhitungkan para ulama. Pernah suatu ketika Imam Ahmad ditanya tentang Yahya Al Himmani, maka Imam menjawab, “Kami meninggalkan orang itu berdasarkan pendapatnya Abdullah bin Abdurrahman karena beliau adalah seorang imam.”
Ulama kita kali ini juga dikenal mempunyai ibadah yang kuat dan akhlak yang baik. Sungguh ketenaran serta pujian ulama tidaklah membuat beliau sombong. Beliau disebut-sebut sebagai suri teladan yang baik perihal kelemah-lembutan, budi pekerti yang luhur, antusias ibadah, kekuatan hafalan, sikap zuhud terhadap dunia, dan kejujuran.
Subhanallah, begitu banyak sifat mulia yang beliau miliki, dan ini pun yang mempersaksikan adalah para ulama. Penyebar dan penolong ilmu hadis di Samarqand adalah pujian yang melekat pada diri beliau, sekaligus pembela sunnah dari kedustaan. Beliau aktif membantah siapa pun yang menentang sunnah Nabi dan hadis yang shahih.
Pernah suatu saat Ad Darimi menolak permintaan penguasa setempat agar menjadi Qadhi di Samarqand. Namun penguasa tersebut mendesaknya bahkan memenjarakannya. Akhirnya Imam Ad Darimi mengalah dan bersedia memberikan sebuah keputusan dalam suatu persidangan. Kemudian setelah itu beliau mengajukan pengunduran diri dan permohonan beliau dikabulkan.
Diriwayatkan dari Imam Ahmad bahwa beliau mengatakan, “Dunia datang menawarkan dirinya kepada Ad Darimi namun beliau pergi dan menolaknya.”
Satu hal yang mudah bagi seorang imam sekaliber Ad Darimi untuk hidup dalam kemewahan dunia. Namun semua itu beliau tinggalkan dan lebih memilih hidup dalam kesederhanaan dan zuhud terhadap gemerlapnya kehidupan dunia.
Ad Darimi rahimahullah meninggal dunia pada tahun 255 H bertepatan dengan hari Tarwiyah setelah salat Ashr. Beliau wafat pada usia 74 tahun dan dimakamkan pada hari Arafah keesokan harinya. Berita wafatnya beliau ini membuat kaum muslimin dan para ulama berduka cita. Mereka kehilangan figur seorang ulama ahli hadis yang berakhlak mulia.
Tak terkecuali Imam Bukhari rahimahullah yang sempat sedih dan menangis setelah mendengar berita kematiannya. Ishaq bin Ahmad berkisah, “Saat itu kami berada di hadapan Muhammad bin Ismail Al Bukhari hingga datangnya berita wafatnya Ad Darimi kepada beliau. Maka Imam Bukhari menundukkan kepalanya lantas mengangkat kepalanya seraya mengucapkan kalimat istirja’ (innaa lillaahi wa innaa ilaihi raaji’un) dan meneteslah air mata beliau hingga membasahi kedua pipinya.”
Meskipun jasad beliau telah tiada, namun beliau mewariskan karya tulis yang bermanfaat untuk generasi setelahnya. Beliau meninggalkan beberapa karya tulis di antaranya adalah Sunan Ad Darimi, Al Jami’, Tafsir dan Tsulutsiyat. Demikianlah sekilas biografi Imam Ad Darimi semoga Allah melimpahkan rahmat-Nya dan membalas beliau dengan balasan yang terbaik. Allahu A’lam.
Sumber: Majalah Qudwah edisi 51 vol.05 1438 H rubrik Biografi. Pemateri: Al Ustadz Abu Hafiy Abdullah.| http://ismailibnuisa.blogspot.com/2017/08/sang-pembela-sunnah.html