Sa'ad dan ayahnya , Khaitsamah , sama-sama gugur dalam pertempuran. Namun berbeda waktu dan tempat.
Sa'ad gugur saat perang Badar.Sementara Khaitsamah gugur di medan Uhud , satu tahun kemudian.
Adz Dzahabi (Siyar A'lam Nubala) menyebutkan kisah Sa'ad dan ayahnya yang sama-sama ingin bergabung dalam pasukan perang Badar.
" Biarkan aku yang berangkat. Kamu tetap tinggal di rumah untuk menjaga kaum wanita " , kata Khaitsamah kepada anaknya.
Sa'ad menolak. Tidak langsung mengiyakan. Bukan segera sepakat. Padahal urusan perang adalah urusan nyawa.
"Bila bukan surga urusannya, aku pasti mengalah", kata Sa'ad kepada ayahnya.
Ayahnya pun tak mau mengalah. Ayahnya tetap bersikukuh berangkat.
Sama-sama semangat. Sama-sama bersikeras untuk berangkat. Sama-sama tak mau ditinggal. Ayah dan anak sama-sama senang beramal.
Ayah dan anak pun mengambil jalan tengah. Caranya? Buat undian.
Rupanya, nama Sa'ad yang keluar. Beliau lalu berangkat kemudian gugur di medang perang Badar.
Satu tahun kemudian ayahnya, Khaitsamah, ikut dalam perang Uhud. Dan beliau termasuk yang gugur.
Radhiyallahu 'anhum.
ooo___ooo
Urusan surga memang prioritas bagi mereka yang beriman. Apapun dikorbankan asalkan dapat surga. Tiada yang dirasa berat dan tidak ada yang dianggap sebagai beban, jika sudah surga urusannya.
Prinsip mereka adalah ; kalau bukan surga urusannya, aku pasti mengalah.
Artinya , kalau hanya persoalan dunia, hitung-hitungan uang, bagi-bagi laba, cari untung, ketersinggungan pribadi, hal itu tidak jadi soal. Bukan satu problem. Berusaha untuk mengalah.
Tapi, kalau sudah surga urusannya, inginnya menjadi yang terdepan. Tak mau ketinggalan. Tak ingin dilewatkan.
Pernah dengar nama sahabat Abu Dahdah?
Beliau punya kebun dengan ratusan batang pohon kurma.
Satu ketika, ada dua orang bersengketa menemui Nabi Muhammad. Mereka berdua hidup bertetangga. Masalah pagar atau pembatas tanah yang dipersoalkan.
Yang satu hendak membangun pagar. Yang lain memiliki satu pohon kurma. Untuk mendirikan pagar, pohon kurma itu mesti dihilangkan. Pohon kurma itu sudah ditawar supaya dijual saja. Ia yang akan membeli. Namun ditolak.
Nabi Muhammad berusaha menengahi dengan menjanjikan, " Sudahlah, jual saja pohon kurma itu untuknya. Sebagai gantinya , engkau akan memiliki satu pohon kurma di surga"
Pemilik pohon kurma tetap enggan.
Mendengar hal itu, sahabat Abu Dahdah justru yang terpanggil.
Kepada pemilik pohon kurma, Abu Dahdah menawarkan, "Jual saja pohon kurma mu itu kepadaku, aku ganti dengan kebun kurma milikku"
Orang itu mau dan menerima tawaran Abu Dahdah.
Disaksikan Nabi Muhammad, pohon kurma yang menghalangi pembangunan pagar itu dibeli oleh Abu Dahdah lantas diberikan kepada orang yang hendak membangun pagar.
Sementara kebun milik Abu Dahdah yang berisi ratusan pohon kurma diberikan kepada si pemilik pohon kurma.
Nabi Muhammad lantas memuji berulang-ulang ;
كَمْ مِنْ /عِذْقٍ رَدَاحٍ لِأَبِي الدَّحْدَاحِ فِي الْجَنَّةِ
"Alangkah banyak tandan penuh kurma milik Abu Dahdah di surga" (HR Ahmad dan dishahihkan oleh Al Albani dalam Ash Shahihah No.2964)
ooo___ooo
Kawan...
Semangatlah untuk thalabul ilmi!
Nabi Muhammad sudah menerangkan,
منْ سَلَكَ طَريقًا يَبْتَغِي فِيهِ علْمًا سهَّل اللَّه لَه طَريقًا إِلَى الجنةِ
"Barangsiapa menempuh satu perjalanan untuk menuntut ilmu, niscaya Allah mudahkan untuknya jalan menuju surga"
Belajar agama itu jalan menuju surga. Belajar di pesantren itu, sedang melangkah menuju pintu surga. Sebab, ilmu yang dimaksud dalam hadits adalah ilmu-ilmu agama.
Tidak usah ragu! Jangan bimbang!
Tinggalkan kehidupan anak muda yang jauh dari agama. Tidak perlu iri kepada yang sekolah umum atau belajar di bangku kuliah.
Jangan tergoda untuk bekerja.Jangan terbuai oleh iming-iming uang. Thalabul ilmi saja lah!
Kalau sudah surga urusannya, tidak perlu banyak pertimbangan. Ayunkan kakimu dalam thalabul ilmi !
Musholla al Ilmu Pusdiklatmu
Sore menyenangkan. Kamis 27 Mei 2021
t.me/anakmudadansalaf