Asysyariah
Asysyariah

khutbah idul fitri 1443 h

3 tahun yang lalu
baca 11 menit
Khutbah Idul Fitri 1443 H

بِسۡمِ ٱللَّهِ ٱلرَّحۡمَٰنِ ٱلرَّحِيمِ

UNDUH PDF 

KHUTBAH IDUL FITRI 1443H/2022M

ISTIQAMAH DALAM KETAATAN

 

إِنَّ الحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ ونَسْتَعِينُهُ ونَسْتَغْفِرُهُ، ونَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُورِ أَنْفُسِنَا ومِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ، ومَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَن لَّا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ، وأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ، اللهم صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِه أَجْمَعِيْنَ.

قَالَ اللهُ تَعَالَى {يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ}. أَمَّا بَعْدُ:

اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ، لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ وَلِلهِ الْحَمْدُ

Kaum muslimin, rahimakumullah ….

Segala puji hanya bagi Allah subhanahu wa ta’ala, yang telah melimpahkan nikmat-nikmat-Nya kepada kita.

Shalawat dan salam, senantiasa tercurah kepada Nabi kita, Nabi Muhammad shallallahu alaihi wa sallam; kepada keluarga beliau, para Sahabatnya, dan seluruh pengikutnya hingga akhir zaman.

Kami berwasiat kepada diri kami pribadi dan seluruh kaum muslimin, untuk bertakwa kepada Allah subhanahu wa ta’ala dengan melaksanakan perintah-perintah Allah dan menjauhi segala larangan-larangan-Nya.

اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ، لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ وَلِلهِ الْحَمْدُ

Kaum muslimin, rahimakumullah ….

Alhamdulillah. Sungguh, sebuah kenikmatan yang sangat besar ketika Allah subhanahu wa ta’ala memberikan taufik dan pertolongan-Nya kepada kita untuk bisa beribadah pada bulan Ramadhan. Allah ‘azza wa jalla memudahkan kita semua untuk menunaikan shiyam (puasa) dan qiyam (shalat malam). Demikian pula Allah subhanahu wa ta’ala memberi karunia kepada kita untuk bisa mengkhatamkan Al-Qur’an, tadarus, menunaikan zakat, bersedekah, memperbayak zikir, dan ibadah-ibadah lainnya. Bahkan, pada tahun ini, sebagian dari kita Allah ‘azza wa jalla mudahkan untuk menunaikan ibadah umrah.

Sungguh, itu semua bukanlah semata-mata karena usaha dan kesungguhan kita, melainkan hanya karena pertolongan Allah subhanahu wa ta’ala semata. Laa haula wa laa quwwata illaa billaah. Tiada daya dan upaya, kecuali dengan pertolongan Allah semata.

اللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ، وَلِلَّهِ الْحَمْدُ، اللهُ أَكْبَُر وَأَجَلُّ، اللهُ أَكْبَرُ عَلَى مَا هَدَانَا

Kaum muslimin, rahimakumullah ….

Sungguh, setiap ibadah yang dilakukan oleh seorang mukmin, tidak akan diterima di sisi Allah ‘azza wa jalla, kecuali jika dilakukan dengan ikhlas dan mutaba’ah (sesuai dengan tuntunan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam). Dalam surah Al-Kahfi ayat 110, Allah subhanahu wa ta’ala berfirman,

فَمَن كَانَ يَرۡجُواْ لِقَآءَ رَبِّهِۦ فَلۡيَعۡمَلۡ عَمَلٗا صَٰلِحًا وَلَا يُشۡرِكۡ بِعِبَادَةِ رَبِّهِۦٓ أَحَدَۢا

Barang siapa yang mengharapkan pertemuan dengan Rabbnya, hendaknya ia melakukan amal saleh dan tidak menyekutukan seorang pun dalam beribadah kepada Rabbnya.”

Disebutkan dalam Tafsir Ibnu Katsir,

فَمَن كَانَ يَرۡجُواْ لِقَآءَ رَبِّهِۦ 

(“Barang siapa yang mengharapkan pertemuan dengan Rabbnya…”), yakni menginginkan pahala dan balasan yang baik dari Rabbnya.

فَلۡيَعۡمَلۡ عَمَلٗا صَٰلِحًا 

(“…hendaknya ia melakukan amal saleh…”), yakni amalan yang mencocoki syariat Allah subhanahu wa ta’ala.

وَلَا يُشۡرِكۡ بِعِبَادَةِ رَبِّهِۦٓ أَحَدَۢا

(“dan tidak menyekutukan seorang pun dalam beribadah kepada Rabbnya.”), yakni amalan tersebut hanya mengharapkan wajah Allah semata.

Kemudian, Imam Ibnu Katsir rahimahullah menjelaskan,

وَهَذَانِ رُكْنَا الْعَمَلِ الْمُتَقَبَّلِ لَا بُدَّ أَنْ يَكُونَ خَالِصًا لِلهِ صَوَابًا عَلَى شَرِيعَةِ رَسُولِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ

“Inilah dua rukun amalan yang diterima (oleh Allah). Amalan tersebut haruslah dilakukan dengan ikhlas hanya untuk Allah dan dilakukan dengan benar di atas syariat yang dituntunkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.”

Oleh karena itu, di antara sifat orang yang beriman ialah mereka mempersembahkan amal-amal saleh dan bersungguh-sungguh menunaikannya dengan sebaik-baiknya. Bersamaan dengan itu, mereka takut dan khawatir bahwa amalan yang mereka persembahkan tersebut, masih kurang dalam menunaikan hak Allah subhanahu wa ta’ala.

Dalam surah Al-Mukminun ayat 60—61 Allah ‘azza wa jalla berfirman,

وَٱلَّذِينَ يُؤۡتُونَ مَآ ءَاتَواْ وَّقُلُوبُهُمۡ وَجِلَةٌ أَنَّهُمۡ إِلَىٰ رَبِّهِمۡ رَٰجِعُونَ ٦٠ أُوْلَٰٓئِكَ يُسَٰرِعُونَ فِي ٱلۡخَيۡرَٰتِ وَهُمۡ لَهَا سَٰبِقُونَ ٦١

“Dan orang-orang yang mempersembahkan (amal kebaikan) yang telah mereka kerjakan, dalam keadaan hati mereka penuh rasa takut, (karena mereka tahu bahwa) sesungguhnya mereka akan kembali kepada Rabb mereka. Mereka itu bersegera dalam (melakukan) kebaikan-kebaikan dan merekalah orang-orang yang lebih dahulu memperolehnya.

Ketika menafsirkan ayat atas, Imam Ibnu Katsir rahimahullah membawakan hadits riwayat Imam At-Tirmidzi yang menyebutkan bahwa Aisyah radhiallahu ‘anha bertanya kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tentang ayat tersebut,

وَٱلَّذِينَ يُؤۡتُونَ مَآ ءَاتَواْ وَّقُلُوبُهُمۡ وَجِلَةٌ

“Dan orang-orang yang mempersembahkan (amal kebaikan) yang telah mereka kerjakan, dalam keadaan hati mereka penuh rasa takut…”

قَالَتْ عَائِشَةُ: أَهُمُ الَّذِينَ يَشْرَبُونَ الْخَمْرَ وَيَسْرِقُونَ؟

Aisyah radhiallahu ‘anha bertanya, “Apakah mereka (yang disebutkan dalam ayat tersebut bahwa mereka telah mempersembahkan apa yang telah mereka persembahkan sedangkan hati mereka dalam keadaan takut), adalah mereka yang meminum khamar dan mencuri?”

قَالَ: لَا يَا بِنْتَ الصِّدِّيقِ، وَلَكِنَّهُمُ الَّذِينَ يَصُومُونَ وَيُصَلُّونَ وَيَتَصَدَّقُونَ وَهُمْ يَخَافُونَ أَنْ لَا يُقْبَلَ مِنْهُمْ، أُولَئِكَ الَّذِينَ يُسَارِعُونَ فِي الْخَيْرَاتِ

“Bukan (itu yang dimaksud), wahai putri Ash-Shiddiq. Namun, mereka adalah orang-orang yang menunaikan puasa, menegakkan shalat, dan bersedekah; dalam keadaan mereka takut kalau amalan mereka tidak diterima. Mereka itulah orang-orang yang bersegera dalam kebaikan.”

اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ، لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ وَلِلَّهِ الْحَمْدُ

Kaum muslimin, rahimakumullah ….

Demikianlah sifat seorang mukmin. Dia tidak berbangga diri, merasa berjasa, atau sombong; atas amalan yang telah dikerjakannya. Sebaliknya, dia merasa takut dan khawatir apakah amalannya tersebut akan diterima di sisi Allah subhanahu wa ta’ala atau tidak. Rasa takut dan khawatir tersebut bukanlah karena dia tidak yakin bahwa Allah ‘azza wa jalla akan memberinya pahala dan balasan yang lebih baik atas apa yang telah dikerjakan.

Akan tetapi, yang membuat seorang mukmin khawatir dan takut adalah bahwasanya diterima atau tidaknya sebuah amalan itu bergantung pada bagusnya pelaksanaan ibadah sesuai dengan yang Allah subhanahu wa ta’ala perintahkan. Jika demikian, kita tidak bisa memastikan apakah semua ibadah yang kita persembahkan kepada Allah, sudah menepati dua syarat diterimanya amalan atau belum. Bahkan, seorang mukmin akan merasa bahwa jangan-jangan dia masih memiliki banyak kekurangan dalam menunaikan hak Allah dalam hal keikhlasan serta mutaba’ah (keselarasan dengan tuntunan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam).

Oleh karena itu, hendaknya masing-masing kita senantiasa bersemangat memperbaiki amal dan ibadah kita, dengan terus mengoreksi dan memperbagus keikhlasan niat kita dalam beribadah. Demikian pula, hendaknya setiap kita senantiasa mencerminkan setiap amal dan ibadah kita dengan tuntunan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.

اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ، لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ وَلِلَّهِ الْحَمْدُ

Kaum muslimin, rahimakumullah ….

Ketahuilah, semangat dan bersungguh-sungguh beribadah kepada Allah ‘azza wa jalla bukanlah hanya pada Ramadhan. Namun, beribadah kepada Allah subhanahu wa ta’ala dilakukan di seluruh bulan selama hayat masih dikandung badan. Sebagian ulama memberikan nasihat,

عِبَادَ اللهِ، لَئِنِ انْتَهَى شَهْرُ رَمَضَانَ فَإِنَّ حَقَّ اللهِ لَا يَنْتَهِي إلَّا بِالْمَوْتِ.

“Wahai sekalian hamba-hamba Allah. Apabila bulan Ramadhan telah usai, sesungguhnya hak-hak Allah tak akan pernah usai, kecuali dengan kematian.”

Allah Ta’ala berfirman,

وَٱعۡبُدۡ رَبَّكَ حَتَّىٰ يَأۡتِيَكَ ٱلۡيَقِينُ

“Dan sembahlah Rabbmu sampai datang kepadamu al-yaqin (yakni kematian).” (QS. Al-Hijr: 99)

اللهُ هُوَ رَبُّ رَمَضَانَ وَهُوَ رَبُّ شَوَّالٍ وَهُوَ رَبُّ جَمِيعِ شُهُوْرِ السَّنَةِ ، فَاتَّقُوا اللهَ فِي كُلِّ الشُّهُوْرِ

“Dialah Allah, Rabbnya bulan Ramadhan. Dialah Rabbnya bulan Syawal, dan Dialah Rabb seluruh bulan-bulan sepanjang tahun. Oleh karena itu, hendaknya kalian bertakwa kepada Allah dalam seluruh bulan-bulan yang ada.”

فَحَافِظُوا عَلَى دِينِكُمْ وَتَمَسَّكُوا بِهِ فِي كُلِّ الشُّهُورِ وَفِي كُلِّ الْأَوْقَاتِ

“Jagalah diri-diri kalian dalam beragama, peganglah dengan erat-erat agama kalian pada setiap bulan dan pada setiap waktu.”

اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ، لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ وَلِلَّهِ الْحَمْدُ

Kaum muslimin, rahimakumullah ….

Di akhir khutbah ini, kami wasiatkan secara khusus kepada kaum wanita, sebagaimana Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam telah menasihatkannya pada khutbah Id. Dalam riwayat al-Bukhari dan Muslim, Sahabat Abu Said al-Khudri radhiallahu ‘anhu mengisahkan bahwa di akhir khutbah shalat Id, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda,

يَا مَعْشَرَ النِّسَاءِ، تَصَدَّقْنَ فَإِنِّي أُرِيتُكُنَّ أَكْثَرَ أَهْلِ النَّارِ. فَقُلْنَ: وَبِمَ، يَا رَسُولَ اللهِ؟ قَالَ: تُكْثِرْنَ اللَّعْنَ وَتَكْفُرْنَ الْعَشِيرَ

“Wahai sekalian wanita, bersedekahlah! Sungguh, aku diperlihatkan bahwa kalian adalah mayoritas penghuni neraka.”

Mereka bertanya, “Apa sebabnya, wahai Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam?”

Beliau shallallahu alaihi wa sallam menjawab, “Karena kalian suka mencela (tidak bisa menjaga lisan) dan mengingkari kebaikan suami.”

Oleh karena itu, hendaknya para wanita memperhatikan nasihat Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam ini. Hendaknya para wanita selalu meningkatkan ketakwaan kepada Allah ‘azza wa jalla, menjaga hak suaminya, dan menjaga lisannya. Sungguh, apabila seorang wanita bertakwa, menjaga hak suaminya, dan menjaga lisannya; Allah subhanahu wa ta’ala akan memasukkannya ke dalam surga-Nya.

Dalam hadits yang diriwayatkan oleh Imam At-Tirmidzi, Sahabat Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu menuturkan,

سُئِلَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنْ أَكْثَرِ مَا يُدْخِلُ النَّاسَ الْجَنَّةَ، فَقَالَ: تَقْوَى اللهِ وَحُسْنُ الْخُلُقِ

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam ditanya tentang amalan yang terbanyak menyebabkan manusia masuk surga. Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Takwa kepada Allah dan akhlak yang baik.”

وَسُئِلَ عَنْ أَكْثَرِ مَا يُدْخِلُ النَّاسَ النَّارَ فَقَالَ: الْفَمُ وَالْفَرْجُ

Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam juga ditanya tentang perkara yang terbanyak menyebabkan manusia masuk neraka. Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Mulut dan kemaluan.”

Dalam hadits yang diriwayatkan oleh Imam Ath-Thabarani, dari Sahabat Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

إِذَا صَلَّتِ الْمَرْأَةُ خَمْسَهَا، وَصَامَتْ شَهْرَهَا، وَحَصَّنَتْ فَرْجَهَا، وَأَطَاعَتْ زَوْجَهَا، قِيلَ لَهَا: اُدْخُلِي الْجَنَّةَ مِنْ أَيِّ أَبْوَابِ الْجَنَّةِ شِئْتِ

“Apabila seorang wanita menjaga shalat lima waktunya, melaksanakan puasa Ramadhannya, menjaga kemaluannya, dan menaati suaminya; maka dikatakan kepadanya, ‘Masuklah ke dalam surga melalui pintu surga mana pun yang engkau senangi.’”

Dalam hadits yang diriwayatkan oleh Imam Al-Bukhari dari Sahabat Sahl bin Sa’d radhiallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

مَنْ يَضْمَنْ لِي مَا بَيْنَ لَحْيَيْهِ وَمَا بَيْنَ رِجْلَيْهِ أَضْمَنْ لَهُ الْجَنَّةَ

Barang siapa dapat menjamin bagiku sesuatu yang berada di antara dua rahangnya (yaitu mulutnya) dan di antara kedua kakinya (yaitu kemaluannya), maka aku akan menjamin baginya surga.

Semoga Allah subhanahu wa ta’ala melimpahkan taufik-Nya kepada kita semua untuk senantiasa memperbaiki keikhlasan dan ibadah kita. Amin. Wallahu A’lam.

قَالَ اللهُ تَعَالَى فِي كِتَابِهِ الْكَرِيمِ: إِنَّ ٱللَّهَ وَمَلَٰٓئِكَتَهُۥ يُصَلُّونَ عَلَى ٱلنَّبِيِّۚ يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ صَلُّواْ عَلَيۡهِ وَسَلِّمُواْ تَسۡلِيمًا .

اللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلىٰ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلٰى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَجْمَعِيْنَ.

اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ والْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالْأَمْوَات، إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعَوَاتِ.

اللَّهُمَّ تَقَبَّلْ صِيَامَنَا وَقِيَامَنَا.

اللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ الْهُدَى وَالتُّقَى وَالْعَفَافَ وَالْغِنَى.

رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا

اللهم أَصْلِحْ وُلَاةَ أُمُوْرِنَا … اللهم أَصْلِحْ وُلَاةَ أُمُوْرِنَا … اللهم أَصْلِحْ وُلَاةَ أُمُوْرِنَا…

Ya Allah, berkahilah negeri kami dan pemerintah negeri kami. Mudahkanlah urusan-urusan negeri kami dan pemerintah negeri kami. Liputilah negeri kami dengan segenap rahmat-Mu, Ya Allah…

رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ

وَصَلَّى اللهُ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى أَلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَسَلَّمَ. وَالْحَمْدُ لِلهِ رَبِّ اْلعَالَمِيْنَ

(Ustadz Abu Ismail Arif)