Warisan Salaf
Warisan Salaf

keterangan hadits “maukah aku beritahu sesuatu yang dapat menghapus kesalahan dan meninggikan derajat?”

10 tahun yang lalu
baca 5 menit
Keterangan Hadits “MAUKAH AKU BERITAHU SESUATU YANG DAPAT MENGHAPUS KESALAHAN DAN MENINGGIKAN DERAJAT?”
image_pdfimage_print

Dari Abu Hurairah Radhiallahu ‘anhu dari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam, beliau bersabda: “Shalat lima waktu, dari jum’at kepada jum’at berikutnya, dan ramadhan menuju ramadhan berikutknya adalah pelebur dosa atas apa yang terjadi di antara keduanya apabila menjauhi dosa-dosa besar.”

Dan dari Abu Hurairah Radhiallahu ‘anhu, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam bersabda, “Maukah aku tunjukkan kepada kalian sesuatu yang dengannya Allah menghapus kesalahan-kesalahan, dan meninggikan derajat?’ Shahabat menjawab, ‘tentu, wahai Rasulullah.’ Beliau berkata,‘Menyempurnakan wudhu’ atas makarih (hal yang tidak disukai), memperbanyak langkah menuju masjid, dan menunggu shalat setelah shalat. Yang demikian itu adalah ribath.” (HR. Muslim no.137)

===============

Berkata Syaikh Shalih Al-‘Utsaimin Rahimahullah:

Dari Abu Hurairah Radhiallahu ‘anhu dari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam, beliau bersabda: “Shalat yang lima waktu, dari jum’at kepada jum’at, dan ramadhan kepada ramadhan menjadi pelebur dosa yang terjadi di antara keduanya apabila menjauhi dosa-dosa besar.”

Yaitu bahwasanya shalat-shalat yang lima waktu akan menjadi pelebur dosa yang terjadi antara shalat subuh dan shalat zhuhur, antara zhuhur dan ashar, antara ashar dan maghrib, antara maghrib dan isya’, dan antara isya’ dan shubuh. Semua ini menjadi pelebuh dosa yang terjadi di antara keduanya. Maka jika seseorang melakukan kejelekan dan selalu menjaga shalat lima waktu ini, maka shalat-shalat tersebut akan menghapus kesalahan yang dilakukannya. Akan tetapi beliau bersabda, “Apabila menjauhi dosa-dosa besar.”

Dosa besar ialah: setiap dosa yang oleh pembuat syari’at (yaitu Allah,pen) diganjar dengan hukuman khusus. Semua dosa yang pelakunya dilaknat oleh Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam maka termasuk dosa besar. Semua dosa yang mendapat hukuman had (qishah) di dunia seperti zina, atau ancaman di akhirat seperti memakan harta riba, atau ada peniadaan keimanan, semisal hadits, “Tidak beriman seorang di antara kalian hingga dia menyukai untuk saudaranya seperti yang dia sukai untuk dirinya sendiri.” Atau ada perlepasan diri semisal hadits, “Barangsiapa berlaku curang maka bukan bagian dari kami.” Atau yang semisalnya maka termasuk dosa besar.

Ulama’ bersilang pendapat tentang sabda beliau Shallallahu ‘alaihi wa Sallam, “apabila menjauhi dosa-dosa besar.” Apakah makna hadits ini bahwasanya dosa-dosa kecil akan dihapus apabila menjauhi dosa-dosa besar dan bahwasanya dosa-dosa kecil tidak akan dihapus kecuali dengan dua syarat yaitu shalat lima waktu dan menjauhi dosa besar? Atau makna hadits ini bahwasanya hal itu akan menghapus dosa yang dilakukan di antara keduanya kecuali dosa besar maka tidak akan dihapus. Atas dasar ini maka agar dosa-dosa kecil dapat dihapuskan hanya ada satu syarat yaitu mengerjakan shalat lima waktu, atau jum’at menuju jum’at berikutnya dan demikian pula ramadhan menuju ramadhan berikutnya. Hal ini disebabkan dosa besar harus dengan cara bertaubat, apabila dia tidak bertaubat secara khusus maka amal-amal shalih tidak dapat menghapusnya. Jadi harus dengan taubat secara khusus.

Adapun hadits Abu Hurairah yang kedua, disebutkan disitu bahwasanya NabiShallallahu ‘alaihi wa Sallam menawarkan sesuatu kepada para shahabat dan beliau Shallallahu ‘alaihi wa Sallam sudah tahu jawaban yang akan diucapkan oleh shahabat, akan tetapi ini bagian dari metode pengajaran beliau Shallallahu ‘alaihi wa Sallam. Dimana beliau sering menawarkan beberapa perkara agar manusia perhatian dengan hal itu dan mengetahui apa yang akan disampaikan kepadanya. Beliau bersabda, “Maukah aku tunjukkan kepada kalian sesuatu yang dengannya Allah menghapus kesalahan-kesalahan, dan meninggikan derajat?” beliau menawarkan kepada mereka apakah mau diberi khabar itu. Dan sudah diketahui bahwa mereka akan menjawab tentu, ‘tentu wahai Rasulullah, khabarkan kepada kami’ akan tetapi beliau menjadikan uslub ini agar manusia perhatian atas apa yang akan disampaikan kepada mereka.

Mereka pun menjawab, “Tentu wahai Rasulullah” yakni khabarkan kepada kami, kami berharap anda memberitahu kami sesuatu yang dapat meninggikan derajat dan menghapus dosa-dosa.

Rasulullah berkata, ‘Menyempurnakan wudhu’ atas makarih (hal yang tidak disukai), memperbanyak langkah menuju masjid, dan menunggu shalat setelah shalat. Yang demikian itu adalah ribath.” Di sini ada tiga perkata:

Pertama: Menyempurnakan wudhu’ atas makarih, yakni menyempurnakan wudhu’ pada musim dingin, karena pada musim dingin air akan menjadi dingin. Maka menyempurnakan wudhu’ pada musim tersebut adalah hal yang sulit bagi jiwa. Maka apabila manusia menyempurnakan wudhu’ walaupun dengan adanya kesulitan semacam ini menunjukkan kesempurnaan imannya, sehingga Allah mengangkat derajat seorang hamba dan menghapus dosa-dosanya dengan sebab itu.

Kedua: Memperbanyak langkah menuju masjid, yakni seseorang meniatkan pergi ke masjid untuk menunaikan kewajibannya, yang dimaksud disini adalah untuk shalat lima waktu. Walaupun masjidnya jauh, semakin jauh jarak masjid dari rumahnya maka akan semakin bertambah kebaikannya. “Sesungguhnya manusia apabila telah menyempurnakan wudhu’ di rumahnya kemudian keluar menuju masjid karena hendak shalat, tidaklah dia melangkah dengan sekali langkah melainkan Allah angkat derajatnya dan dihapuskan darinya satu kesalahan.

Ketiga: Menungguh shalat setelah shalat, yakni seseorang dikarenakan rasa rindunya yang sangat tinggi terhadap shalat, setiap kali selesai shalat hatinya terus bergantung kepada shalat berikutnya sehingga dia menunggunya. Hal ini sebagai bukti atas imannya dan kecintannya terhadap shalat lima waktu yang begitu agung, yang Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam bersabda tentangnya, “Dan dijadikan shalat sebagai penyejuk mataku.” Apabila seseorang menunggu shalat setelah shalat maka hal ini termasuk perkara yang Allah angkat derajat dengannya dan menghapuskan dosa-dosa karenanya.

Dan sabda beliau Shallallahu ‘alaihi wa Sallam “Yang demikian itu adalah ribath.” Asal dari makna ribath adalah berdiri berjihad melawan musuh dan mengikat kuda serta mengiapkannya. Ribath termasuk perkara yang paling agung. Oleh karena itu beliau menyamakan dengan ribath tersebut amal-amal shalih yang telah disebutkan dalam hadits ini. Maksudnya adalah bahwa senantiasa menjaga thoharoh dan shalat serta ibadah seperti jihad fisabilillah.

Ada yang mengatakan bahwa ribath di sini adalah sesuatu untuk mengikat benda. Maknanya adalah bahwasanya perbuatan ini akan mengikat pelakunya dari perbuatan maksiat yakni menjaganya.

Diterjemahkan dari: http://www.sahab.net/home/?p=1328