Warisan Salaf
Warisan Salaf

fatawa puasa bin baaz (15): hukum seorang musafir menjimak isterinya di siang ramadhan

11 tahun yang lalu
baca 2 menit
image_pdfimage_print

93464qVyu_w

Pertanyaan: Apa hukum berjimak pada siang hari ramadhan bagi seorang yang berpuasa? Dan apakah boleh bagi seorang musafir yang berbuka menjimak isterinya?

Syaikh Abdul Aziz bin Abdillah bin Baaz menjawab: Wajib bagi orang yang berjimak di siang hari ramadhan dalam keadaan dia berpuasa wajib untuk membayar kaffaroh, yang saya maksudkan adalah kaffaroh zhihar, dan juga menqadha’ hari tersebut, serta bertaubat kepada Allah Subhanahu dari apa yang telah dia perbuat. Adapun seorang musafir atau orang yang sedang sakit dengan bentuk sakit yang membolehkan dia berbuka maka tidak ada kaffaroh dan tidak ada dosa atasnya. Dan wajib atasnya mengqadha’ hari yang dia melakukan jimak padanya. Karena seorang yang sakit dan musafir boleh berbuka dengan jimak atau selainnya, sebagaimana firman Allah Subhanahu,

{فَمَنْ كَانَ مِنْكُمْ مَرِيضًا أَوْ عَلَى سَفَرٍ فَعِدَّةٌ مِنْ أَيَّامٍ أُخَرَ}

“Maka barangsiapa di antara kalian sakit atau dalam perjalanan maka hendaknya mengganti di hari-hari yang lain.”

Dan hukum bagi wanita dalam hal ini sama seperti hukum bagi laki-laki. Jika puasanya adalah puasa wajib, maka wajib membayar kaffaroh dan mengqadha’. Tetapi jika dia sedang safar atau sakit yang sulit baginya berpuasa, maka tidak ada kaffaroh atasnya.