Tiba-tiba teringat seorang kawan yang dulu menjadi teman taklim. Aku berteman dengannya tidak lama, mungkin sekitar 2 tahun, kemudian beliau sudah tutup usia.
Waktu yang relatif sebentar itu ternyata sudah membuat kami begitu akrab bercanda. Mungkin karena pembawaan beliau yang ada jiwa humorisnya.
Maut, siapa yang menyangka.
Mendapat kabar duka cita tersebut, sontak kami saling memberikan kabar kepada teman-teman taklim lainnya yang juga kenal dengan beliau.
Ternyata kejadian kecelakaan tunggal di jalan bypass pada saat itu, qoddarallah menjadi sebab wafatnya kawanku itu.
Kami kemudian bergegas janjian untuk segera datang ke rumah sakit. Ternyata sesampainya di sana, sudah banyak teman-teman beliau yang berkumpul di rumah sakit.
Sempat kami menengok sejenak ke ruangan sang jenazah, kemudian duduk di luar ruang jenazah, sembari dalam hati mendoakan beliau.
Sambil duduk dan teringat momen kebersamaan dengannya, sekitar setengah jam kemudian, kami melihat orangtuanya baru sampai ke lokasi rumah sakit dengan respon yang begitu sedih. Aku tidak ingin menjelaskan kejadian itu dengan lebih detail lagi.
Namun yang jelas, jelas tampak terlihat orangtuanya sangat sedih ditinggalkan oleh anaknya yang usianya masih relatif muda, usia anak kuliahan.
Kami ikut ke rumah keluarganya, hingga sempat ikut ke tempat pekuburan. Kami mendapatkan cerita ternyata beliau sebelum wafatnya adalah anak yang sering menemani orangtuanya dan berbakti kepada orangtuanya.
Sangat wajar jika dia sangat disayang oleh orangtuanya. Maa syaa Allah. Ternyata meninggal tak harus tua. Rahimahullah rahmatan wasi’ah.
Allah ta’ala berfirman yang artinya, “Katakanlah: “Sesungguhnya kematian yang kamu lari daripadanya, maka sesungguhnya kematian itu akan menemui kamu, kemudian kamu akan dikembalikan kepada (Allah), yang mengetahui yang ghaib dan yang nyata, lalu Dia beritakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan.”
QS. Al-Jumu’ah: 8.
Wafat di usia muda, siapkah kita?
(Artikel ditulis oleh tim fawaid dan penyebaran sudah di acc ustadz pembimbing)