Ringkasan Hukum Menggambar Makhluk Bernyawa (Bahagian 8 – Akhir)
Dalil Yang Mengharamkan Gambar Bernyawa
Aisyah berkata, “Rasulullah datang dari safar, dan aku menutupi sahwah (ruangan kecil) dengan kain tipis yang ada gambar-gambarnya, ketika Rasulullah melihatnya baginda merobeknya dan bersabda, ‘Manusia yang paling pedih azabnya pada hari kiamat adalah orang-orang yang menyerupakan dengan ciptaan Allah’. Aisyah berkata, ‘Maka aku pun menjadikannya wisadah atau wisadatain (satu atau dua bantal)’.” (HR Bukhari)
Aisyah berkata, “Ketika Nabi pulang dari safar, aku menggantungkan durnuk (permaidani/tabir) yang bergambar, Rasulullah memerintahkan untuk melepaskannya, maka aku pun melepas durnuk tersebut.” (HR Bukhari)
Asy Syaikh Muqbil menjelaskan, “Bentuk pergabungan para ulama antara dua hadits Aisyah:
i) Hadits: Mengoyak kain tabir yang ada gambarnya dan menjadikannya bantal.
ii) Hadits: Nabi pernah melihat numruqah (bantal kecil) yang bergambar di dalam kamar, baginda pun enggan untuk masuk ke dalamnya, Aisyah berkata, “Aku bertaubat kepada Allah, apa yang salah pada diriku? Rasulullah menjawab, “Apa ini?” Ia menjawab, “Agar engkau duduk dan bersandar dengannya… (al-Hadits) (Hadits pertama menunjukkan bahawa Nabi memberikan keringanan untuk memanfaatkan tirai yang bergambar setelah dirobek untuk dijadikan bantal. Hadits kedua, seakan-akan Nabi tidak memanfaatkannya sama sekali, -pent.)
Al-Hafizh dalam Fathul Bari (juz 10, halaman 390) berkata, “Al-Bukhari mengisyaratkan untuk memadukan antara kedua hadits di atas, kerana tidak mengharuskan bolehnya membuat sesuatu yang dihinakan dari gambar, (dengan) bolehnya duduk di atas gambar. Maka dimungkinkan menggunakan bantal yang tidak ada gambarnya, atau dimungkinkan adanya perbezaan antara duduk dan bersandar, namun ini sangat jauh kemungkinannya, dimungkinkan pula menjamak antara dua hadits tersebut bahawa Aisyah memotong tabir itu pada pertengahan gambar -misalnya- sehingga telah keluar dari bentuk asal, oleh kerana itu dapat dimanfaatkan, yang menguatkan ini adalah hadits pada bab sebelumnya tentang menghapus gambar, dan akan datang pula hadits Abu Hurairah yang diriwayatkan dalam kitab-kitab As-Sunan yang akan aku sebutkan pada bab setelahnya”.”
Asy-Syaikh Muqbil berkata, “Dalil-dalil ini menunjukkan haramnya keumuman gambar-gambar yang bernyawa, sama saja apakah memiliki bayangan atau tidak, hadits qiram (kain tipis yang digunakan untuk tirai) menunjukkan haramnya gambar tanpa bayangan, begitu pula perintah Rasulullah untuk menghapuskan gambar yang menempel pada dinding Ka’bah, maka dihapus dengan kain perca dan air.
Sehingga tidak ada hujjah bagi mereka yang berdalil dengan sabda Rasulullah, “Kecuali raqm (gambar/lukisan) pada pakaian.” Kerana raqm di sini mengandung kemungkinan adalah gambar yang tidak bernyawa, atau gambar bernyawa yang telah terpotong hingga seperti bentuk pohon.
Adapun gambar-gambar yang sudah usang, maka lebih baik membersihkan rumah dari gambar-gambar tersebut, kerana akan mencegah masuknya malaikat ke dalam rumah.”
Asy-Syaikh Muqbil berkata, “Dengan ini, diketahui bahawa gambar-gambar bernyawa yang tersebar di surat khabar, majalah, TV, video, dan alat-alat moden lainnya adalah haram, hati-hatilah dengan tipu daya ahlul ahwa’ (pengikut hawa nafsu), telah kita lalui (hadits) bahawa setiap penggambar tempatnya di an-Nar (neraka), kata kullu (setiap) bermakna umum. Dan hadits “Tidaklah ada tamatsil (gambar-gambar) kecuali dihapus. Lafaz umum dalam konteks larangan bermakna larangan semua gambar yang bernyawa, dikecualikan boneka (anak patung) untuk permainan Aisyah berupa kuda yang bersayap, adapun mainan boneka yang dibeli dari plastik, maka tidak boleh.”
📂 (Faedah dari Kitab Hukmu Tashwir Dzawatil Arwah karya Al-Imam al-Muhaddits asy-Syaikh Muqbil bin Hadi al-Wadi’i, terjemahan Pustaka Al-Haura’)
📚 WhatsApp طريق السلف 📚