Tashfiyah
Tashfiyah

zodiak dan ramalan bintang mengancam akidah

8 tahun yang lalu
baca 3 menit
Zodiak Dan Ramalan Bintang Mengancam Akidah

Salah satu media ramalan yang masih eksis di tengah-tengah masyarakat hingga saat ini adalah ilmu perbintangan. Media ramalan nasib yang lebih akrab dengan sebutan zodiak ini menawarkan cara yang sederhana dan praktis untuk mengetahui nasib manusia. Hanya dengan mencocokkan tanggal, bulan, dan tahun kelahiran seseorang dengan bintang tertentu maka langsung bisa diketahui hasilnya. Rezeki, jodoh, keberuntungan, kesialan dan lain sebagainya katanya bisa diramal dengan zodiak ini. Benarkah bintang-bintang itu diciptakan untuk tujuan di atas? Lalu bagaimana pandangan Islam mengenai hal ini?

Para pembaca yang budiman, ada satu hal yang harus diketahui sebelum membahas tema ini lebih lanjut. Yaitu, Allahlah Sang Pencipta bintang-bintang tersebut. Sehingga, tentunya Allahlah yang paling mengetahui hikmah dan tujuan penciptaannya. Berbagai ciptaan Allah subhanahu wata’ala di alam semesta ini menjadi tanda-tanda yang menunjukkan kebesaran Penciptanya. Tidak ada satu pun ciptaan Allah di dunia ini yang sia-sia dan tidak ada manfaatnya. Demikian halnya dengan penciptaan bintang-bintang di atas langit yang tidak lepas dari hikmah Allah subhanahu wata’ala yang Mahasempurna. Mengenai hikmah penciptaan bintang ini, Qatadah mengatakan sebagaimana diriwayatkan dalam Shahih Al-Bukhari, “Allah menciptakan bintang di langit untuk tiga perkara, yaitu sebagai hiasan di atas langit, pelempar setan dan sebagai tanda-tanda yang diambil petunjuknya. Sehingga siapa saja yang menafsirkan penciptaan itu untuk selain tujuan di atas, maka ia telah terjatuh dalam kesalahan, menyia-nyiakan nasibnya dan membebani diri dengan sesuatu yang tidak dia ketahui ilmunya.”

Sungguh, apa yang disampaikan oleh Qatadah tersebut sangat selaras dengan penjelasan Al-Quran. Langit akan semakin terlihat indah di malam hari dengan gemerlap bintang-bintangnya yang bersinar dalam kegelapan. Allah menyatakan dalam surat Al-Mulk yang artinya, “Dan sungguh Kami telah menghiasi langit dunia dengan bintang-bintang.”

Masih dalam surat yang sama, Allah tegaskan fungsi kedua, “Dan sebagai pelempar setan.” Salah satu fungsi keberadaan bintang-bintang itu adalah sebagai alat pelempar setan-setan yang hendak mencuri berita langit. Sehingga Allah menjadikan bintang-bintang ini sebagai meteor untuk menggagalkan upaya setan para pencuri berita.

Adapun fungsi bintang yang ketiga Allah tegaskan dalam Surat An-Nahl, “Dan dengan bintang-bintang itu mereka mengambil petunjuk (mengetahui arah).” Manfaat bintang-bintang ini terutama sangat dirasakan oleh umat-umat terdahulu sebagai media penerangan, untuk mengetahui arah tujuan, cuaca, mencari tempat tujuan safar dan lain sebagainya. Inilah sejatinya hikmah penciptaan bintang-bintang di atas langit.

Dengan demikian, barang siapa memanfaatkan keberadaan bintang-bintang itu untuk selain tujuan di atas berarti dia telah terjatuh dalam kesalahan sebagaimana penuturan Qatadah. Termasuk di antara kesalahan itu adalah menjadikannya sebagai sarana untuk meramal nasib masa depan.

Adapun menurut tinjauan syariat, menjadikan bintang sebagai bahan ramalan termasuk perbuatan mempersekutukan Allah, karena tidak ada yang mengetahui perkara gaib kecuali Allah subhanahu wata’ala. Apalagi jika sampai meyakini bahwa bintang-bintang itu mempunyai kemampuan untuk menentukan nasib manusia, maka ini termasuk syirik besar yang bisa mengeluarkan pelakunya dari Islam.

Dalam sebuah hadis shahih, Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Barang siapa mempelajari salah satu cabang ilmu perbintangan (untuk meramal), maka sesungguhnya ia telah mempelajari salah satu cabang ilmu sihir. Semakin bertambah pengetahuannya tentang ilmu perbintangan maka semakin bertambah pula pengetahuannya tentang ilmu sihir.”

Demikian halnya secara logika, ramalan dengan bintang ini tidak bisa sejalan dengan akal sehat. Tidak ada keterkaitan antara bintang-bintang itu dengan nasib manusia. Bagaimana mungkin bintang sebagai makhluk yang diatur dan diciptakan memiliki kemampuan untuk mengatur atau mengetahui nasib manusia. Dengan demikian, setiap muslim harus memperkuat tawakalnya kepada Allah l dalam upayanya untuk mendatangkan kemanfaatan atau menghindarkan diri dari marabahaya. Tentunya dengan diiringi usaha yang baik dan diperbolehkan secara syar’i. Janganlah menyandarkan tawakal dan harapan kepada bintang-bintang tersebut. Namun sandarkanlah tawakal hanya kepada Allah subhanahu wata’ala yang Maha Mampu atas segala sesuatu. Allahu a’lam.

[Ustadz Abu Hafy Abdullah]