Tashfiyah
Tashfiyah

yang muda yang bertakwa

6 tahun yang lalu
baca 6 menit
Yang Muda Yang Bertakwa

Siapa bilang waktu muda cuma untuk hura-hura? Waktu muda adalah waktu yang prospektif untuk investasi masa datang. Jangan tunggu masa tua kalau bisa dikerjakan di hari ini.

Siapa sih yang tidak mau masuk surga? Tapi, perlu kita ketahui bahwa masuk ke dalam surga itu bukan perkara yang mudah kecuali orang yang dimudahkan oleh Allah. Karena, surga itu dikelilingi dengan sesuatu yang kita benci, sedangkan neraka itu dikelilingi dengan sesuatu yang kita inginkan. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pernah bersabda yang artinya, “Saat Allah menciptakan surga dan neraka, Allah mengutus Malaikat Jibril ke surga. Allah berfirman kepada Jibril, ‘Pergilah, lihat surga dan apa yang Aku persiapkan bagi penghuninya.’ Jibril pun mendatanginya dan melihatnya serta apa yang dipersiapkan bagi penghuninya. Lalu Jibril pun kembali dan mengatakan, ‘Demi Kemuliaan-Mu, tidak ada seseorang yang mendengarnya kecuali ingin memasukinya. Allah pun meliputi surga dengan sesuatu yang dibenci lalu berfirman kepada Jibril, ‘Pergilah, lihat kepadanya dan apa yang Aku persiapkan bagi penghuninya. Jibril pun kembali melihatnya. Ternyata, surga dipenuhi dengan perkara yang dibenci manusia. Jibril pun kembali dan mengatakan, ‘Demi Kemuliaan-Mu, aku takut tidak ada yang memasukinya satu orang pun.’” [H.R. At-Tirmidzi dan An-Nasa`i, Syaikh Al-Albani Rahimahullah mengatakan, “hasan shahih”].

Ajal Yang Hampir Datang

Masihkah berpikir untuk berfoya-foya dan tidak mempersiapkan kehidupan akhirat? Masihkah kita berpikir untuk menunda bertaubat dan memperbaiki diri? Padahal, kita sering mendengar kabar tetangga sebelah mati mendadak tanpa mengidap penyakit. Atau, kita mendengar kabar saudara kita yang kemarin tertawa sekarang berbalut kafan.
Siapa yang tahu kapan datangnya kematian kita. Mungkin dua tahun lagi, mungkin satu tahun, satu bulan, satu minggu, besok, atau mungkin beberapa jam lagi. Siapa yang tahu selain Dzat Yang berada di atas ‘Arsy? Allah Subhanahu wa ta’ala telah berfirman yang artinya,

إِنَّ اللَّهَ عِنْدَهُ عِلْمُ السَّاعَةِ وَيُنَزِّلُ الْغَيْثَ وَيَعْلَمُ مَا فِي الْأَرْحَامِ ۖ وَمَا تَدْرِي نَفْسٌ مَاذَا تَكْسِبُ غَدًا ۖ وَمَا تَدْرِي نَفْسٌ بِأَيِّ أَرْضٍ تَمُوتُ ۚ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ

“Sesungguhnya di sisi-Nya ilmu hari kiamat dan tentang turunnya hujan, dan Allah mengetahui yang di dalam rahim. Dan tidak ada satu jiwa pun yang mengetahui apa yang akan dia perbuat, dan tidak ada satu jiwa pun yang mengetahui di bumi mana ia meninggal. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui dan Maha Meliputi ilmu-Nya.” [Q.S. Luqman:34].

Tidakkah kita merasa rugi bila ruh kita dicabut sedangkan kita belum sempat beramal shalih? Padahal, amalan shalih adalah bekal kita satu-satunya di akhirat kelak. Bukan harta, bukan pangkat, bukan pula keluarga. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda,

“Yang mengiringi jenazah itu ada tiga: keluarganya, hartanya, dan amalannya. Dua darinya akan kembali pulang dan tinggal satu saja (yang menemaninya). Keluarga dan hartanya akan kembali, tinggallah amalannya (yang akan menemaninya).” [H.R. Al-Bukhari dan Muslim].
Dunia hanyalah kesenangan semu yang menipu. Kesenangan di dunia ini bagaikan fatamorgana yang segera pupus. Hendaknya kita berbekal untuk kehidupan sejati kelak. Sungguh, kita di dunia ini hakikatnya hanyalah seperti yang Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam misalkan dalam sabda beliau,

“Apa hubungannya antara aku dengan dunia? Aku di dunia ini hanyalah seperti penunggang yang bernaung di bawah pohon lalu meninggalkannya.” [H.R. At-Tirmidzi dan Ibnu Majah, dishahihkan oleh Syaikh Al-Albani Rahimahullah].
Allah Subhanahu wa ta’ala juga berfirman:

اعْلَمُوا أَنَّمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا لَعِبٌ وَلَهْوٌ وَزِينَةٌ وَتَفَاخُرٌ بَيْنَكُمْ وَتَكَاثُرٌ فِي الْأَمْوَالِ وَالْأَوْلَادِ ۖ كَمَثَلِ غَيْثٍ أَعْجَبَ الْكُفَّارَ نَبَاتُهُ ثُمَّ يَهِيجُ فَتَرَاهُ مُصْفَرًّا ثُمَّ يَكُونُ حُطَامًا ۖ وَفِي الْآخِرَةِ عَذَابٌ شَدِيدٌ وَمَغْفِرَةٌ مِنَ اللَّهِ وَرِضْوَانٌ ۚ وَمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلَّا مَتَاعُ الْغُرُورِ

“Ketahuilah bahwa sesungguhnya kehidupan dunia itu hanyalah permainan, suatu yang melalaikan, perhiasan, bermegah-megah antara kalian serta berbangga-bangga tentang banyaknya harta dan anak. Seperti hujan yang tanam-tanamannya mengagumkan para petani; kemudian tanaman itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning kemudian menjadi hancur. Dan di akhirat (nanti) ada azab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridaan-Nya. Dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu.” [Q.S. Al-Hadid:20].

Berpayung Naungan Allah Subhanahu wa ta’ala
Pada hari kiamat, matahari hanya berjarak satu mil dari atas kepala kita. Saat itu, manusia berkeringat sesuai dengan dosa-dosanya. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda,

“Matahari mendekat kepada makhluk pada hari kiamat hingga berjarak satu mil. Maka, manusia pun tercelup ke dalam keringatnya sesuai dengan amalannya. Di antara mereka ada yang tercelup hingga kedua mata kakinya, di antara mereka ada yang tercelup hingga pinggangnya dan di antara mereka ada yang tercelup hingga mulutnya.” [H.R. Muslim].
Saat itu, beberapa golongan orang akan dipayungi oleh Allah Subhanahu wa ta’ala. Golongan-golongan itu adalah orang yang disebutkan dalam hadits Rasul Shallallahu ‘alaihi wa sallam berikut ini,

“Tujuh golongan yang Allah naungi dengan naungan-Nya, pada hari tiada naungan selain naungan-Nya: seorang imam yang adil; pemuda yang tumbuh dalam peribadahan kepada Allah; laki-laki yang qalbunya senantiasa terkait dengan masjid; dua orang yang saling mencintai, berkumpul karena-Nya dan berpisah karena-Nya; seorang laki-laki digoda oleh perempuan yang memiliki kedudukan dan kecantikan, namun dia justru mengatakan, ‘Aku takut kepada Allah’; seseorang yang bersedekah dengan sembunyi-sembunyi hingga tangan kirinya tidak mengetahui yang diberikan oleh tangan kanannya; dan seseorang yang mengingat Allah sendirian, lalu bercucurlah air matanya.” [H.R. Al-Bukhari dan Muslim]. Engkau bisa menjadi salah satunya. Engkau bisa menjadi seorang pemuda yang senantiasa dalam peribadahan kepada Allah.

Lebih Cepat Lebih Baik
Lantas, apa yang engkau tunggu? Apakah engkau menunggu hilangnya nikmat mudamu ini? Apakah engkau menunggu penyesalan di hari tua kelak? Ingatlah, masa mudamu ini tak akan kembali. Maka, pergunakanlah waktu-waktumu di masa muda sebelum masa tuamu menghampiri, merenggut kekuatan dan kemampuanmu. Rasulullah ` pernah mewasiatkan:
اغْتَنِمْ خَمْسًا قَبْلَ خَمْسٍ: شَبَابَكَ قَبْلَ هَرَمِكَ، وَصِحَّتَكَ قَبْلَ سَقَمِكَ، وَغِنَاكَ قَبْلَ فَقْرِكَ، وَفَرَاغَكَ قَبْلَ شُغْلِكَ، وَحَيَاتَكَ قَبْلَ مَوْتِكَ
“Manfaatkanlah sebaik-baiknya lima perkara sebelum lima perkara: masa mudamu sebelum pikunmu, sehatmu sebelum sakitmu, kayamu sebelum miskinmu, masa luangmu sebelum masa sibukmu, dan hidupmu sebelum matimu.” [H.R. Al-Hakim, dishahihkan oleh Syaikh Al-AlbaniRahimahullah]. Lima nikmat ini adalah nikmat yang baru terasa nilainya ketika kehilangan salah satu darinya. Maka dari itu, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan kita untuk mensyukurinya dengan mempergunakan nikmat-nikmat tersebut untuk beramal.
Nah, demikianlah Islam mewasiatkan kepada kita tentang nikmat yang besar ini. Sebagai akhir dari tulisan ini, marilah kita ingat wasiat dari Ibnu Umar Radhiyallahu ‘anhu, “Jika engkau berada pada sore hari maka jangan menunggu paginya dan jika berada pada pagi hari maka jangan menunggu sorenya.” [diriwayatkan oleh Al-Bukhari di dalam kitab Shahih beliau]. Allahu a’lam bish shawab. (Ustadz Abdurrahman)