Tashfiyah
Tashfiyah

virus pembunuh hati

8 tahun yang lalu
baca 5 menit
Virus Pembunuh Hati

Jangan sekali-kali menyimpan hasad di hatimu. Sungguh merugi lagi melelahkan. Seorang yang terjangkit penyakit hasad, seakan ia terjangkiti penyakit kronis yang menimbulkan efek-efek buruk yang melemahkan, menutup, membuat sakit dan bahkan terkadang mematikan hati pemiliknya.

Jika hati telah mati atau sakit, maka ia tidak bisa menjalankan fungsinya dengan baik. Hati, telah diberi kemampuan bashirah, yakni kemampuan untuk mampu memilah dan memilih hal-hal yang baik dari hal-hal yang jelek. Bila hati telah sakit, perkara pun akan dinilai terbalik. Makanan-makanan yang enak akan terasa hambar dan tidak bernafsu untuk menyantapnya. Justru ia lebih memilih makanan-makanan yang menambah sakitnya.

Adapun bila hati mati, maka ia tidak bisa membedakan mana yang baik dan mana yang buruk. Bashirah yang dimilikinya mati dan semuanya tidak memiliki rasa. Sehingga apapun yang bisa mengenyangkannya, tak segan ia makan tanpa peduli efek negatif yang bisa timbul jika ia mengonsumsinya.

Makanan-makanan hati yang baik itulah amal-amal saleh dan makanan-makanan hati yang jelek itulah amal-amal buruk.

Seorang yang hasad, hatinya tidak akan pernah tenang. Ia risau dan galau kala melihat orang lain meraih apa yang tidak ia raih. Sementara, ia berada di tempatnya, tanpa bisa mengejar keinginannya padahal berbagai usaha telah ditempuh, waktu telah dihabiskan dan keringat telah habis terkuras. Jika yang ia lihat itu saingannya, maka jiwanya berontak dan hatinya menjadi kalut. Parahnya, hasadnya telah menjerumuskannya untuk melakukan kezaliman kepada kawannya itu. Sungguh, hasadnya menghasilkan berbagai kezaliman kepada orang lain.

Lebih dari itu, hasad yang terus mengakar dalam di hatinya, akan membuatnya selalu merasa kurang dan tidak pernah merasa puas dengan apa yang ia dapatkan. Karena ia akan selalu melihat orang yang di atasnya. Maka sikap ambisius, tamak terhadap dunia, rakus mendapatkannya akan senantiasa mengiringinya. Dan jika ambisius terhadap dunia ini sudah menguasai kerajaan hatinya, keburukanlah yang akan selalu dititahkannya.

Seorang yang hasad, sadar atau tidak, telah melakukan penentangan terhadap Allah. Dari sisi karena ia membenci keputusan Allah terhadap orang lain padahal Allah suka untuk memberikannya kepada orang tersebut. Lebih lanjut lagi, seorang yang hasad terkadang timbul di hatinya su’uzhan atau prasangka buruk kepada Allah di mana ia menganggap bahwa orang itu tidak pantas mendapatkan nikmat tersebut dan dirinyalah yang lebih tepat untuk mendapatkannya. Artinya, ia menganggap Allah telah keliru dalam keputusan-Nya.

Seorang yang hasad, ia akan bersemangat melakukan inkarul mungkar “pengingkaran atas kemungkaran” yang dilakukan lawannya, namun ia melupakan inkarul munkar terhadap dirinya sendiri. Ia siap menjatuhkan dan merendahkan lawannya dengan berbagai cara agar lawannya bisa turun derajatnya, sehingga ia dapat mengalahkannya atau menduduki kedudukannya.

Seorang yang hasad akan bahagia jika lawannya terjatuh dalam kesalahan yang merusak citranya. Ia bahagia karena dengan ketergelinciran lawannya itulah berarti ia memiliki modal untuk menjatuhkan dan merendahkan lawannya. Aib yang seharusnya ia tutupi dari orang lain, justru ia besar-besarkan dan ia sebarkan kepada yang lainnya. Ia berbahagia di atas penderitaan lawannya.

Seorang yang hasad, akan suka dengan jatuhnya lawan. Maka, ketika ia melihat lawannya dalam kondisi yang akan membuatnya jatuh, iapun tidak berusaha memberi masukan yang positif dan nasihat kepadanya padahal ia memiliki ilmu yang bisa menyelamatkan lawannya itu dari ambang kehancurannya. Ia pun menyembunyikan ilmu yang ia miliki. Dan bukankah menyembunyikan ilmu pun juga merupakan dosa?!

Sungguh banyak mafsadah yang ditimbulkan dari sifat hasad ini. Tentunya segala bentuk keburukan dan kezaliman itu akan tercatat dan menghapus segala amal saleh yang pernah ia amalkan.

KIAT SELAMAT DARI SIFAT HASAD

Lalu, bagaimanakah agar kita terhindar dari penyakit hasad ini? Seseorang, biasanya timbul hasad dikarenakan selalu melihat dan memandang orang yang di atasnya dalam hal rezeki dan kedudukan. Ketika ia melihat teman selevel atau seprofesi memiliki dunia yang lebih dari apa yang ia punya, maka benih hasad pun mulai muncul di hatinya. Jika dia tidak berusaha mencabutnya, dan terus termangu melihat di atasnya, bibit itu pun semakin mengakar dalam dan menjalar hingga membuat sakit atau mematikan hatinya seperti yang diterangkan di atas.
Oleh karena itulah, di antara cara agar kita selamat dari hasad ini ialah selalu melihat orang-orang yang di bawah kita dalam hal dunia. Dengan kita melihat yang di bawah kita, maka kita akan menyadari bahwa keadaan kita ternyata amat lebih baik dari mereka. Bagaimana tidak, dia berada di bawah kita padahal usaha dan pengorbanan dia melebihi usaha dan pengorbanan kita. Dengan sebab ini, maka rasa bersyukur dan lapang dada atas segala ketetapan-Nya pun akan mudah kita miliki. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam sendiri yang memerintahkan,

انْظُرُوْا إِلَى مَنْ هُوَ أَسْفَلَ مِنْكُمْ وَ لَا تَنْظُرُوْا إِلَى مَنْ هُوَ فَوْقَكُمْ فَهُوَ أَجْدَرُ أَنْ لَا تَزْدرُوْا نِعْمَةَ اللهِ عَلَيْكُمْ

“Lihatlah orang-orang yang di bawahmu (dalam hal dunia) dan janganlah kalian melihat orang-orang yang di atasmu karena sungguh hal ini lebih pantas agar kalian tidak meremehkan nikmat Allah yang Ia karuniakan kepadamu.” [H.R. Muslim dari sahabat Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu]

Ya, dengan kita melihat orang di bawah kita, maka kita akan menyadari betapa berharganya apa yang Allah tentukan kepada kita dengan terus yakin bahwa inilah yang terbaik untuk kita. Selain itu, ber-husnuzhan, berprasangka baik kepada Allah, bahwa Ia sengaja menahan pemberian-Nya tuk suatu waktu dan saat yang lebih tepat dan pas bagi kemaslahatan kita. Baik di dunia ataupun di akhirat kelak. Wallahu a’lam.

[Ustadz Abu Ruhmaa Sufyan Alwi Al Banjary]

Sumber Tulisan:
Virus Pembunuh Hati