Kehidupan seseorang tak senantiasa terus di atas semangat dalam menjalankan kebaikan. Ada kalanya masa di mana jiwa ini condong untuk bermalas-malasan. Masa-masa futur, lemah, ya, seseorang akan menemui saat demikian dalam roda kehidupannya. Bila datang masa ini, maka biasanya seseorang akan cenderung berbuat negatif, atau paling tidak dia enggan melakukan kebaikan.
Demikian pula dalam kehidupan rumah tangga. Hubungan sepasang kekasih ini tak lepas dari masa-masa tersebut. Saat seperti ini maka emosi biasanya sulit terkendali. Melihat pasangan, yang nampak adalah kekurangan. Padahal kekurangan yang sudah sekian lama ia ketahui ada pada pasangannya. Di saat lapang ia pun bisa menerima kekurangan tersebut. Mudah untuk memberi toleransi. Namun saat tiba masa futur, kekurangan tersebut cukup menyesakkan dada.
Sebagai contoh, seseorang yang memiliki pasangan jago makan. Jago makan disini tentunya kita lihat sebagai suatu kekurangan. Di saat kehidupan lapang, perekonomian keluarga lancar, dia akan mudah menerima kekurangan pasangannya ini. Bahkan di saat sulitpun, bila hati tetap terikat dengan Rabbnya, tentu ia akan lapang dada dalam menghadapinya.
Namun sebagaimana telah kita sebutkan, bahwa keadaan manusia terkadang mengalami kelemahan. Bila demikian, maka jago makan, yang bisa dibilang itu adalah kekurangan yang bukan bersifat prinsip, bisa menjadi pemicu masalah antara mereka berdua. Hubungan menjadi renggang. Suasana di rumah tak lagi menyenangkan. Na’udzu billahi min dzalik.
Contoh di atas atau yang semisalnya, tidak mustahil terjadi pada sebuah keluarga. Maka bila hal ini muncul, seorang muslim harus ingat bahwa hal itu muncul dari setan. Musuh terbesar manusia yang tidak rela terhadap kerukunan suami istri. Bila ia sadari hal ini, maka mintalah perlindungan kepada Allah l. Jangan biarkan kita terjerumus ke dalamnya.
Selanjutnya munculkan dan tumbuhkan rasa husnuzhan kita kepada Allah l, dimana Dialah yang mempertemukan kita dengan pasangan kita. Berdasarkan takdir-Nya, terjalinlah ikatan kokoh antara keduanya. Allahlah yang paling tahu keadaan kita, tentunya Dia pula yang paling tahu manakah pasangan yang paling tepat untuk kita.
Kemudian berusahalah untuk jujur dan ingatlah kebaikan pasangan kita. Maka kita akan dapati kebaikan yang banyak padanya. Misalnya, dia pintar membahagiakan kita, senang membantu pekerjaan kita, mengajak kita musyawarah dalam urusannya, rajin ngaji, tekun beribadah dan ternyata dia pun sangat toleran terhadap kekurangan kita. Subhanallah…demikian banyak kebaikan yang ada padanya. maka jangan sampai kita mengkufuri kebaikan ini.
Masa-masa futur ini tidaklah terjadi satu atau dua kali saja, namun itu akan terus berulang. Karena itu kita harus waspada. Mengantisipasi saat datang masa tersebut. Kenali diri sendiri, kira-kira kapan biasanya masa itu muncul atau dengan sebab apa masa itu muncul. Jika kita menginginkan kebaikan dan kebahagiaan, maka berusahalah menepis sebab-sebabnya.
Bersyukurlah kepada Allah l atas nikmat-Nya. Adapun kekurangan yang dia dan kita miliki, maka sadarilah bahwa manusia tidak ada yang sempurna. Berusahalah untuk selalu memperbaiki diri, maka keadaan pasangan kita pun akan semakin baik. Mintalah kepada Allah l agar senantiasa memperbaiki kita, pasangan kita serta anak keturunan kita. Allahu a’lam bish shawab.
[Ustadzah Ummu Umar]