Selalu ada pelajaran berharga dalam setiap detik kehidupan. Dalam bahagia, ketika berduka, saat sehat, waktu sakit, mendapat rezeki, menanggung gagal. Semua adalah pendidikan bagi jiwa. Setidaknya, akan menyadarkan bahwa manusia hanya bisa menyusun dan merencana, selebihnya mutlak di Tangan Yang Mahakuasa. Lalu hendaknya disadari, betapa lemah upaya manusia. Hanya bisa menerima dan harus ridha dengan ketetapan-Nya.
ā(Kami jelaskan bahwa musibah itu sudah Allah tetapkan sejak dahulu di dalam Kitab Lauhul Mahfuzh), supaya kalian jangan berduka cita terhadap apa yang luput dari kalian, dan supaya kalian jangan terlalu gembira terhadap apa yang diberikan-Nya kepada kalian.ā [Q.S. Al Hadid:23].
Terlalu berduka terhadap sesuatu yang luput dari cita dan usaha hanya akan menambah gundah dan gulana. Kegagalan akan semakin terasa berat dan membuat merana. Ide dan solusi pun semakin buntu. Apalagi untuk tegar dan kembali melangkah. Terlebih untuk bersabar dan merelakan semua harapan. Padahal, boleh jadi kita membenci sesuatu padahal itu baik untuk kita, betapa sering kita cinta sesuatu padahal itu buruk untuk kita. Yang pasti, Allah l selalu memilihkan yang terbaik untuk kita. Baik kita suka atau tidak suka.
Sebaliknya, terlalu gembira saat mendapat nikmat hanya akan membuat lupa diri. Kewajiban syukur pun akan terkesampingkan, kalau tidak lupa sama sekali. Bahkan, tidak jarang akan memunculkan ujub dan bangga diri. Selanjutnya akan lupa terhadap orang-orang di bawahnya. Kepekaan sosial pun tumpul dan jadilah ia orang yang egois. Akhirnya, nikmat pun terancam hilang.
Memang, betapa butuhnya kita terhadap pengendaliaan jiwa dalam seluruh keadaan. Dan itu terwujud dalam sabar dan syukur.
[Ustadz Farhan]