Tashfiyah
Tashfiyah

neraka, penjara para durjana

8 tahun yang lalu
baca 7 menit

Setelah maut dijadikan oleh Allah subhanahu wa ta’ala dalam wujud kambing gibas, kemudian disembelih antara surga dan neraka. Setelah itu, kekal tidak ada kematian selama-lamanya. Penduduk surga semakin berbahagia dengan berbagai nikmat mereka, penduduk neraka bertambah putus asa untuk bisa lepas dari kesengsaraan azabnya. Penyesalan mendalam terhadap nasib mereka, kesedihan yang menyayat hati semakin menambah sakit beban fisik mereka dalam menanggung azab.

 

Penduduk neraka mengharap mati, meminta agar Allah subhanahu wa ta’ala mencabut nyawa mereka, namun hal itu tidak akan terjadi. Karena, kematian telah disembelih, tidak ada kematian setelahnya. Kekal abadi tidak akan fana.

Di antara pokok akidah Ahlu sunnah adalah mengimani surga sebagai kebenaran, dan neraka adalah benar adanya. Keduanya telah tercipta sekarang. Allah subhanahu wa ta’ala mengetahui jumlah masing-masing penghuninya. Mereka kekal, sebagaimana dikekalkannya surga dan neraka. Hal ini termaktub dalam kitab-kitab akidah, seperti Syarhus Sunnah karya Al Imam Abu Muhammad Al Hasan bin Ali bin Khalaf Al Barbahari t, dan yang lainnya. Ayat dan hadis sangatlah banyak hitungannya, menunjukkan tentang pokok keimanan ini. Termasuk iman kepada hari akhir adalah mengimani adanya keduanya. Dalil dalam Al Quran seperti penyebutan surga telah disiapkan untuk orang yang bertakwa, adapun neraka untuk orang kafir dan ahli maksiat, menunjukkan bahwa keduanya telah tercipta. Karena kata ‘telah disiapkan’ berarti telah ada. Penyebutan penduduknya, azab secara rinci, bahkan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam telah melihatnya dalam peristiwa Mi’raj menunjukkan hal itu. Termasuk pula yang wajib diimani adalah disembelihnya kematian.

Ya, Allah subhanahu wa ta’ala Mahamampu untuk menjadikan kematian yang bersifat abstrak, menjadi sebuah materi. Allah subhanahu wa ta’ala Mahamampu atas segalanya. Tidak ada yang mustahil bagi-Nya. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda yang artinya, “Apabila penduduk surga telah masuk ke dalam surga, penduduk neraka pun telah memasukinya, maka didatangkanlah maut (kematian) di antara surga dan neraka, kemudian disembelih. Setelah itu penyeru menyeru, ‘Wahai penduduk surga tidak ada lagi kematian. Wahai penduduk neraka tidak ada lagi kematian.’ Bertambahlah kebahagiaan penduduk surga, sementara penduduk neraka semakin sedih.” [H.R. Al Bukhari dan Muslim dari sahabat Abdullah bin Umar radhiyallahu ‘anhuma]. Dalam riwayat At Tirmidzi dan dishahihkan oleh Al Albani rahimahullah dalam Shahihul Jami, dari sahabat Abu Said Al Khudri radhiyallahu ‘anhu disebutkan bahwa kematian diwujudkan dalam bentuk domba.

Sesal, keluh kesah, hanya akan menambah kesengsaraan mereka. “Dan apabila mereka dilemparkan ke tempat yang sempit di neraka itu dengan dibelenggu, mereka di sana mengharapkan kebinasaan.” [Q.S. Al Furqan:13]. Mereka mengharapkan kebinasaan, agar terlepas dari siksaan yang amat besar itu. Yaitu azab di neraka yang amat panas dengan dibelenggu, di tempat yang sempit menyesakkan, dalam lingkupan bara neraka, beserta bau busuk yang tak tertahankan. “Dan, jika sekiranya kamu melihat mereka ketika orang-orang yang berdosa itu menundukkan kepalanya di hadapan Tuhannya, (mereka berkata), ‘Ya Tuhan kami, kami telah melihat dan mendengar, maka kembalikanlah kami (ke dunia). Kami akan mengerjakan amal saleh. Sesungguhnya kami adalah orang-orang yang yakin.’Dan kalau Kami menghendaki niscaya Kami akan berikan kepada tiap- tiap jiwa petunjuk, akan tetapi telah tetaplah perkataan daripada-Ku, ‘Sesungguhnya akan Aku penuhi neraka Jahannam itu dengan jin dan manusia bersama-sama. Maka rasakanlah olehmu (siksa ini) disebabkan kamu melupakan akan pertemuan dengan harimu ini. Sesungguhnya Kami telah melupakan kamu (pula) dan rasakanlah siksa yang kekal, disebabkan apa yang selalu kamu kerjakan.’” [Q.S. As Sajdah:12-14].

Jurang neraka menganga, menyala siap melumat siapa saja yang durhaka. Di atas jahannam, terbentang shirath, yaitu jembatan menuju surga. Sementara pengait-pengait runcing dan tajam dari besi bara neraka menyambar-nyambar setiap pendosa yang lewat di atasnya. Kemudian mencampakkannya ke dalam jurang neraka.

Pembaca, tahukah Anda seberapa dalam jurang neraka? Renungi dan bayangkan hadis berikut! Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda yang artinya, “Sungguh batu yang sangat besar dilemparkan dari tepi Jahannam, melayang selama 70 tahun belum mencapai dasarnya.” [H.R. At Tirmidzi dari sahabat Utbah bin Ghazwan radhiyallahu ‘anhu, dishahihkan oleh Asy Syaikh Al Albani rahimahullah dalam Shahih At Targhib].

Bukan hanya dalam, sempit, pengap, panas membara, jurang itu juga gelap pekat. Pekat karena dahsyatnya panas. Ya, bukan sekadar merah. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pernah bertanya, “Apakah kalian memerhatikan merahnya api kalian ini? Sungguh api neraka lebih hitam daripada bagian bawah panci.” [H.R. Malik dari sahabat Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu dishahihkan oleh Asy Syaikh Al Albani rahimahullah dalam Shahih At Targhib]. Merah bertambah merah, semakin panas, semakin gelap. Akhirnya pada puncaknya, api itu berwarna hitam. Siapakah manusia yang api dunia tidak mampu membakarnya? Tidak ada! Jangankan manusia, benda-benda kokoh dan kuat pun akan meluruh menjadi abu terjilat api dunia. Lalu, bagaimana kiranya dengan api neraka? Yang membakar hidup-hidup penghuninya sampai ke hati. Terus hidup tidak akan mati. Tidak akan bisa lari, layaknya terpasung dalam bui.

Bukan seperti penjara dunia, bahkan tawanan neraka itu pun dibelenggu, dirantai dengan rantai bara. Di samping merasakan berbagai azab yang ditimpakan, gerak mereka juga dibatasi. Allah subhanahu wata’ala berfirman yang artinya, “Sesungguhnya Kami menyediakan bagi orang-orang kafir rantai, belenggu, dan neraka yang menyala-nyala.” [Q.S. Al Insan:4]. “Ketika belenggu dan rantai dipasang di leher mereka, seraya mereka diseret.” [Q.S. Ghafir:71]. Diseret di atas wajah mereka. “Sesungguhnya orang-orang yang berdosa berada dalam kesesatan (di dunia) dan dalam neraka. (Ingatlah) pada hari mereka diseret ke neraka atas muka mereka. (Dikatakan kepada mereka), “Rasakanlah sentuhan api neraka!” [Terjemah Q.S. Al Qamar:47-48]. Rantai itu, disentuhkan saja sudah menyiksa tiada terkira. Belum diikatkan erat, belum pula ditarik untuk menyeret penghuninya. Pun diseret di atas bara neraka. Perih kulit mengelupas terbakar, langsung gosong saking panasnya. Belum lagi ketika harus berhadapan dengan ular dan kalajengking.

Bagaimanakah ular dan kalajengkingnya? Yang pasti lebih ganas daripada yang ada di dunia. Bukan lagi lebih ganas, karena memang tidak bisa dibandingkan. Simak sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam berikut ini yang artinya, “Di dalam neraka ada ular seukuran leher-leher unta. Yang akan menggigit dengan bisanya, maka panasnya akan terasa selama 70 tahun. Di neraka pun ada kalajengking pula, layaknya bighal berpelana. Apabila menyengat, panasnya akan terasa selama 40 tahun.” [H.R. Ahmad dari sahabat Abdullah bin Al Harits radhiyallahu ‘anhu, dihasankan oleh Asy Syaikh Al Albani rahimahullah dalam Shahih At Targhib].

Di dalam Jahannam juga terdapat sumur-sumur yang luas. Masing-masing memiliki layaknya seperti pantai karena luasnya. Di sana terdapat bermacam binatang berbisa, ular seperti leher unta yang panjang, serta kalajengking seukuran bighal berwarna hitam. Apabila penduduk neraka meminta diringankan azabnya, dikatakan kepadanya, ‘Keluarlah ke bagian pinggirannya!’ Di pinggiran, segera diserang oleh serangga-serangga berbisa dengan mulut dan bagian sisi badannya atau sebagaimana yang Allah kehendaki. Maka ia kembali ke tengah dalam kobaran api, dikepung api dari segala sisi. Panas yang hebat itu pernah digambarkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dalam sabda beliau yang artinya, “Seandainya dalam masjid ini ada seratus ribu orang atau lebih, kemudian ada seorang penduduk neraka yang bernafas, kemudian udara yang keluar dari nafas itu mengenai mereka, pasti akan membakar seluruh masjid beserta isinya.” [H.R. Abu Ya’la dari sahabat Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, dishahihkan oleh Asy Syaikh Al Albani rahimahullah dalam Shahih At Targhib]. Perhatikan! Itu baru nafas penduduk neraka.

Pembaca, kiranya telah tiba saatnya untuk kita segera bertobat kepada Allah subhanahu wa ta’ala. Banyak-banyaklah beristighfar atas segala dosa yang setiap waktu kita kerjakan. Tinggalkan berbagai dosa dan maksiat itu, sebelum ajal datang menjemput. Ingat, kematian datang bukan hanya kepada orang yang telah bertobat. Bukan pula hanya kepada orang yang telah siap. Namun, ajal datang tiba-tiba. Maka persiapkan segalanya. Ingat di hadapan kita ada Jahannam yang terus bergejolak api dan baranya. Dijaga oleh para malaikat yang kaku lagi kasar. Sahabat Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu meriwayatkan, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pernah bersabda yang artinya, “Didatangkan Jahannam pada hari itu, dan Jahannam memiliki tujuh puluh ribu tali. Setiap tali ditarik oleh tujuh puluh ribu malaikat.” [H.R. Muslim].

Tidak bisa dibayangkan besar dan dalamnya Jahannam. Tidak bisa dikirakan panas dan dahsyat azabnya. Allah subhanahu wa ta’ala akan memenuhinya dengan jin dan manusia pendosa. Hanya rahmat Allah l yang bisa kita harapkan. Melalui amal saleh, harapan jujur itu akan terwujud. Bukan harapan dengan pangku tangan, bukan pula angan-angan yang kosong. Takut neraka namun tidak berupaya menjauhinya adalah takutnya pendusta. Atau takutnya orang yang pura-pura. Segera, selamatkan jiwa kita! Sebelum terlambat. Sebelum menjadi penyesalan yang tidak berguna. Ingat, kehidupan di akhirat nanti adalah kekal tidak akan berakhir!

[Ustadz Farhan]