Tashfiyah
Tashfiyah

mendidik si tumpuan hati

7 tahun yang lalu
baca 3 menit
Mendidik si Tumpuan Hati

Sebagai investasi di masa tua dan di akhirat kelak, wajib bagi sebagai orang tua untuk mendidik anak sesuai koridor syariat. Bagaimana caranya?

Hadirnya buah hati di tengah-tengah keluarga tentu sangat dinanti. Bahkan, tak jarang orang rela mengeluarkan dana besar demi kerinduan ini. Anak yang sehat, cerdas, dan tumbuh dengan baik adalah harapan bagi setiap orang tua.
Anak adalah nikmat dan anugerah yang besar dari Allah. Di lain pihak, anak adalah amanah yang Allah titipkan untuk dijaga serta dibimbing menjadi anak shalih. Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Al-Bukhari dan Imam Muslim dari sahabat Abdullah bin Umar bin Al-Khattab  Radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda yang artinya,

“Masing-masing kalian adalah (ibarat) penggembala dan akan ditanya tentang gembalaanya. Seorang pemimpin adalah penggembala rakyatnya dan akan dimintai pertanggungjawaban terhadap gembalaanya. Setiap laki-laki adalah penggembala keluarganya, dan akan dimintai pertanggungjawaban terhadap gembalaannya. Setiap istri adalah penggembala rumah suami serta anak-anaknya dan akan dimintai pertanggungjawaban terhadap gembalaanya. Budak adalah penggembala harta tuannya, dan akan dimintai pertanggungjawaban terhadap gembalaanya. Maka masing-masing kalian adalah penggembala dan akan dimintai pertanggungjawaban terhadap gembalaannya.”

Allah subhanahu wa ta’ala juga telah mengamanahi kita untuk menjaga keluarga kita dari api neraka. Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا قُوا أَنْفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَارًا وَقُودُهَا النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ عَلَيْهَا مَلَائِكَةٌ غِلَاظٌ شِدَادٌ لَا يَعْصُونَ اللَّهَ مَا أَمَرَهُمْ وَيَفْعَلُونَ مَا يُؤْمَرُونَ

“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah diri kalian dan keluarga kalian dari api neraka.”.(QS At Tahriim : 6 ).
Sahabat yang mulia, Ali bin Abi Thalib Radiyallahu ‘anhu, menafsirkan maksud menjaga dari api neraka, “Ajari mereka pendidikan Islami dan didiklah mereka dengan adab islami.”
Dalam makna yang sama, Hasan Al-Bashri mengatakan, “Perintahkan mereka untuk taat kepada Allah serta ajarkan kebajikan pada mereka.” [Tafsir Ibnu Katsir].

Imitasi Terhadap Orang Tua
Usia anak-anak adalah masa-masa emas untuk belajar. Pada usia ini mereka banyak belajar dari lingkungan dan sering meniru (meng-imitasi) perilaku orang lain. Oleh sebab itu, orang tua mempunyai peran yang sangat besar dalam pembentukan karakter anak. Tak heran Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

“Setiap anak terlahir di atas fitrah (Islam), maka kedua orang tuanya lah yang menjadikan anak tersebut Yahudi, Nasrani ataupun Majusi.” [H.R. Al-Bukhari dan Muslim].

Terjadinya proses imitasi anak terhadap orang tuanya ini dikarenakan hampir seluruh waktu anak berada di rumah. Mayoritas waktunya banyak dihabiskan dengan berinteraksi dengan orang tua.

Teladan Yang Baik
Melihat kenyataan di atas, sebagai orang tua kita harus menjadikan celah ini sebagai cara mendidik anak. Kita didik anak kita dengan perilaku. Kita beri teladan yang baik kepada anak, baik dalam bermuamalah dengan si anak, berbicara kepada suami/istri, adab makan dan minum, maupun dalam seluruh aspek kehidupan kita.
Dan yang terpenting, kondisikan rumah selalu hidup dengan nuansa ibadah. Perbanyak mengerjakan shalat sunnah di rumah, membaca Al-Qur`an, dzikir, ucapan doa seperti: ‘Barakallahufiik’ (semoga Allah memberkatimu), ‘jazakumullahukhaira’ (semoga Allah membalasmu dengan kebaikan), ‘ashlahakallah’ (semoga Allah memperbaikimu), dan yang lainnya.
Metode pemberian teladan semacam ini adalah metode yang paling efektif dalam pendidikan anak dari sejak usia bayi. Karena ini adalah kebiasaan bagi anak. Allahu a’lam. (Ustadz Farhan)