Akhlak mulia adalah perhiasan yang begitu berharga pada diri seseorang. Dalam pergaulan dengan siapapun, seseorang yang memiliki akhlak mulia akan selalu dimuliakan. Dia bisa diterima oleh setiap orang. Dan ini pula yang ada pada suri teladan kita Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Beliau sangat dihormati oleh siapapun, sampaipun oleh musuh-musuh Islam karena akhlak luhur yang ada pada beliau.
Ini pula yang beliau wasiatkan kepada umat Islam. Yaitu agar masing-masing kita berusaha berhias dengannya. Karena itu sangat penting bagi para orang tua untuk menanamkannya kepada anak-anak sedini mungkin.
Berkaitan dengan hal itu, kali ini kami bawakan bimbingan bagi orang tua dari Ibnul Qayyim rahimahullah dalam kitab Tuhfatul Maudud fi Ahkamil Maulud. Berikut ini penjelasan yang kami ambil dari satu pasal dalam kitab tersebut.
Dan di antara perkara yang sangat dibutuhkan oleh seorang anak adalah perhatian orang tua terhadap akhlaknya. Karena dia akan tumbuh sesuai akhlak yang ia dapatkan dari pendidiknya. Seperti sifat pemarah, keras hati, tidak berpikir panjang, gegabah, mudah naik pitam dan serakah. Akan sulit baginya untuk menghilangkan sifat-sifat tersebut ketika sudah dewasa. Sehingga menjadi tabiat yang mengakar dalam diri pribadinya. Seandainya dia berusaha untuk menyembunyikan tabiat tersebut, maka suatu hari pasti akan tersingkap dan tampak pada dirinya. Kita dapati kebanyakan manusia memiliki akhlak yang buruk, hal itu karena pendidikan keliru yang ia dapatkan semasa pertumbuhannya.
Oleh karena itu wajib bagi kita untuk menjauhkan anak-anak dari perkara-perkara yang sia-sia, kebatilan, nyanyian, perkataan kotor, kebid’ahan serta kata-kata yang buruk. Karena apabila mereka sudah terbiasa mendengar kata-kata seperti itu, maka akan sulit menghindarkannya ketika dewasa. Sehingga orang tua merasa berat untuk menyelamatkan mereka dari perbuatan demikian. Karena mengubah kebiasaan adalah sesuatu yang sulit. Bagaikan membentuk pribadi yang baru.
Semestinya pula orang tua menjauhkan anak dari kebiasaan meminta sesuatu dari orang lain. Karena apabila mereka dibiarkan melakukannya, bisa jadi hal itu akan menjadi sebuah tabiat. Sehingga mereka terbiasa untuk meminta bukan memberi. Oleh karena itu kita mesti membiasakan mereka untuk memberi. Di saat kita hendak memberikan sesuatu kepada orang lain, maka mintalah anak-anak yang melakukannya, supaya mereka merasakan nikmatnya memberikan sesuatu kepada orang lain.
Kita juga harus melarang mereka dari dusta dan khianat melebihi larangan kita kepada mereka terhadap racun yang mematikan. Karena bila mereka diberi kelonggaran untuk melakukannya, maka rusaklah dunia dan akhirat mereka. Dan akan tertutup seluruh kebaikan bagi mereka.
Selain perkara di atas, yang perlu kita hindarkan dari anak-anak adalah berlebih-lebihan dalam hal makan, bicara, tidur, terlalu banyak bergaul dengan manusia, karena tidak baik bagi mereka berlebih-lebihan dalam hal ini. Yakni akan terluputkan kebaikan dunia dan akhirat bagi mereka. Kita juga hindarkan mereka dari syahwat dan hawa nafsu. Karena apabila mereka terbiasa memperturuti keduanya, maka kerusakanlah yang didapatkan. Akan sulit bagi mereka untuk melepaskan diri. Betapa banyak orang tua yang ‘mencelakakan’ anaknya di dunia dan akhirat karena meremehkan dalam mendidik serta membiarkan mereka menuruti hawa nafsu. Orang tua yang seperti ini menyangka bahwa hal itu adalah bentuk pemuliaan terhadap anak, padahal sejatinya mereka sedang merendahkan anak. Mereka menyangka telah menyayangi anak namun ternyata mereka menzalimi dan menghalangi anak dari kebaikan. Sehingga orang tua ini pun tidak bisa mengambil manfaat dari anak-anak mereka. Dan ketika kita dapati kenyataan seperti ini terjadi, kita bisa lihat bahwa kesalahan muncul dari orang tua (karena salah dalam mendidik, pen).
Pembaca, dengan melihat penjelasan beliau ini, kita tahu pentingnya akhlak baik orang tua dalam mendidik anak-anak. Sehingga nantinya anakpun akan terbiasa untuk menirunya seiring pertumbuhan mereka. Semoga Allah senantiasa memperbaiki akhlak kita beserta anak keturunan kita, amin. Allahu a’lam bish shawab.
[Ustadzah Ummu Umar]