Pembaca Tashfiyah, semoga Allah memberkahi kita semua, penggunaan bahasa adalah faktor yang sangat penting dalam berkomunikasi. Pemilihan bahasa yang tepat tentu akan sangat mendukung pemahaman para pendengar. Lebih dari itu, pemilihan kata juga bisa menunjukkan latar belakang dan kepribadian pembicara. Sebutlah seorang anak yang kesehariannya bergaul bebas di luar rumah, tentu bahasanya pun akan berbeda dengan anak yang lebih banyak menghabiskan waktunya di dalam rumah.
Dalam syariat ini pemilihan bahasa juga telah diatur. Dalam kesempatan kali ini, kita akan membahas tentang penggunaan kata kiasan dalam pendidikan terhadap putra-putri kita tercinta.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, beliau adalah manusia termulia akhlaknya. Beliau juga pendidik paling sukses yang pernah ada. Buktinya, para sahabat menjadi umat terbaik. Bila kita lihat bahasa yang beliau gunakan dalam memberikan bimbingan terhadap para sahabat, maka kita akan dapati beliau biasa menggunakan kata kiasan untuk menyebutkan hal-hal yang kurang bermoral.
Misalnya dalam kisah Juraij, seorang ahli ibadah pada masa Bani Israil. Dalam kisah tersebut ibunda Juraij mendoakan kejelekan baginya. Yaitu agar Juraij dipertemukan dengan seorang pelacur. Maka terkabullah doa sang ibu. Suatu hari datanglah seorang pelacur di hadapan Juraij. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda tentang wanita tersebut,
“Lalu wanita itu menawarkan dirinya (mengajak berzina) kepada Juraij dan mengajaknya berbicara namun Juraij menolak. Kemudian wanita itu mendatangi seorang penggembala kambing dan menyerahkan dirinya (berzina) lalu dia melahirkan seorang anak..” [Muttafaqun ‘alaih]
Beliau juga menggunakan kata kiasan untuk perkara yang bersifat sangat pribadi. Sebagaimana dalam kisah Asma’ radhiyallahu ‘anha saat bertanya kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam tentang tata cara bersuci dari haid. Dalam hadis tersebut, setelah menjelaskan tata cara mandi beliau bersabda,
“Kemudian (hendaknya) ia ambil kain atau kapas yang diberi misik lalu bersuci dengannya.” [H.R. Muslim no. 748]
Maksud sabda beliau ‘bersuci dengannya’ ialah mengusapkan kain atau kapas tersebut pada kemaluan dan sekitarnya yang terkena darah. Sebagaimana hal ini dijelaskan oleh ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha di akhir hadis tersebut.
Inilah di antara adab yang beliau ajarkan kepada kita. Semestinya kita juga menerapkan hal ini pada diri kita dan ketika mendidik anak-anak kita. Sehingga kita harapkan mereka menjadi manusia yang sopan dalam tingkah laku serta santun dalam bertutur kata. Allahu a’lam bish shawab.
[Ustadzah Ummu Umar]