Tashfiyah
Tashfiyah

memetik buah muraqabah

8 tahun yang lalu
baca 4 menit
Memetik Buah Muraqabah

Meyakini bahwa Allah selalu bersama dan menyertai seorang hamba merupakan asas dari muraqabatullah (merasa selalu diawasi Allah). Seseorang yang mengimani dan meyakini bahwa Allah selalu bersamanya, akan membuahkan sifat muraqabatullah.

Dari sifat ini akan tumbuh di hatinya rasa malu yang menghalanginya untuk melakukan hal-hal yang tidak diridhai oleh Allah. Bagaimana mungkin ia akan berbuat dosa dan kemaksiatan, sementara ia sadar bahwa Allah selalu bersamanya, mengetahui apa yang ia lakukan dan melihat tingkah polahnya.

Bahkan, sikap ini justru akan mengobarkan semangat untuk menjalankan ketaatan dan ibadah. Ketika ia merasa Allah selalu bersamanya, tentunya ia ingin agar Allah senantiasa mendapatinya dalam ketaatan. Dengan ini, ia menjadi pihak yang terdepan dalam menjalankan perintah Allah dan berlomba menyegerakan kebaikan dan amal saleh. Seperti yang Allah firmankan yang artinya, “Dan bersegeralah kalian menuju ampunan dari Rabb kalian dan surga-Nya yang seluas langit dan bumi yang dipersiapkan bagi orang-orang yang bertakwa.” [Q.S Ali Imran: 133]

Sebaliknya, bila ia terjatuh dalam kesalahan dan dosa, ia ingat bahwa Allah mengawasinya. Ia pun bergegas untuk beristighfar dan memohon ampun kepada-Nya. Ia tidak ingin menunda taubatnya dikarenakan ia khawatir Allah akan menyegerakan hukumannya. Atau mungkin ia tidak diberi kesempatan lagi untuk bisa bertaubat dengan disegerakan kematiannya.

Hal ini sebagaimana yang terjadi pada diri Nabi Musa. Ketika dengan tanpa sengaja beliau membunuh seseorang, maka beliau segera menyadari bahwa perbuatan itu adalah perbuatan yang tidak dibenarkan. Beliau pun segera dan bergegas bertaubat memohon ampun kepada Allah. ia juga bertekad untuk tidak akan mengulangi lagi kesalahan yang telah ia perbuat.

“Musa berkata, ‘Duhai Rabbku, sungguh aku telah menzalimi diriku sendiri, maka ampunilah aku. Maka Allah pun mengampuninya, sungguh Dia adalah Dzat yang Maha Mengampuni lagi Maha Kasih Sayang. Musa berkata, ‘Duhai Rabbku dengan sebab nikmat yang Kau karuniakan kepadaku, maka aku tidak akan menjadi penolong orang-orang yang zalim” [Q.S. Al Qashash: 16-17]

Seseorang yang selalu merasa berada dalam pengawasan Allah akan membuatnya selalu berhati-hati dalam berucap dan bertindak. Ia akan selalu mempertimbangkan apa pun yang akan ia ucapkan dan ia lakukan. Bahkan ia akan berpikir dan melihat yang terbaik. Jika yang terbaik adalah diam atau tidak melakukan sesuatu, ia pun diam dan tidak melakukan keinginannya. Akan tetapi jika ia rasa itu sesuatu yang baik, maka ia ucapkan dan ia lakukan setelah melalui pertimbangan.

Seseorang yang selalu merasa Allah menyertainya, akan membuahkan sikap ketenangan di hatinya saat terjadi peristiwa dahsyat. Ia akan merasa tenang karena ia yakin bahwa Allah pasti akan membantunya. Ia akan bertawakkal penuh kepada Allah dan menyerahkan seluruhnya kepada-Nya.

Hal ini sebagaimana yang terjadi pada diri Rasulullah. Ketika beliau hijrah ke kota Madinah, beliau bersembunyi di Gua Tsur bersama Abu Bakar Ash Shidiq. Ketika itu, keduanya terancam dengan pembunuhan oleh orang-orang kafir. Hingga ada sebagian dari mereka yang sempat naik ke Bukit Tsur dan mendekati Gua Tsur. Bahkan kaki-kaki mereka sudah terlihat. Ketika itulah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam berkata, “Janganlah engkau bersedih, sesungguhnya Allah bersama kita.” [Q.S. At Taubah: 40] Suatu ucapan yang menunjukan ketenangan dan tawakkal penuh yang dimiliki oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam.

Seseorang yang selalu merasa bahwa Allah menyertainya, ketika ia mendapatkan musibah yang berat, ia akan segera ingat bahwa Allah menyertainya. Ia pun yakin bahwa musibah ini pun datang dari-Nya. Sehingga, ia pun berbaik sangka kepada Allah dan mengharapkan berbagai kebaikan dari Allah atas musibah yang menimpanya tersebut. Ia benar-benar ridha dengan ketetapan Allah tersebut.

Dalam hal ini Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

إنَّ عِظَمَ الجَزَاءِ مَعَ عِظَمِ البَلاَءِ، وَإنَّ اللهَ تَعَالَى إِذَا أَحَبَّ قَوْماً ابْتَلاَهُمْ ، فَمَنْ رَضِيَ فَلَهُ الرِّضَا، وَمَنْ سَخِطَ فَلَهُ السُّخْطُ

“Sesungguhnya besarnya balasan itu sesuai dengan besarnya ujian. Sesungguhnya jika Allah mencintai suatu kaum maka Allah akan menimpakan ujian kepadanya. Jika ia ridha maka Allah pun ridha dan jika ia murka maka Allah pun akan murka kepadanya.” [H.R. At Tirmidzi dan Ibnu Majah dan dishahihkan Syaikh Al Albani dalam Ash Shahihah no: 146]

Tentunya banyak sekali faedah yang akan didapat oleh orang-orang yang selalu meyakini bahwa Allah menyertainya. Maka kita memohon kepada Allah agar Allah memberikan taufik kepada kita untuk bisa terus mengingat-Nya kapan pun dan di mana pun kita berada. Wallahu a’lam.

[Ustadz Abu Ruhmaa Sufyan Alwi]

Sumber Tulisan:
Memetik Buah Muraqabah