Tashfiyah
Tashfiyah

jahanamiyun, penghuni neraka yang diselamatkan

8 tahun yang lalu
baca 7 menit
Jahanamiyun, Penghuni Neraka Yang Diselamatkan

لَيُصِيبَنَّ أَقْوَامًا سَفْعٌ مِنْ النَّارِ بِذُنُوبٍ أَصَابُوهَا عُقُوبَةً ثُمَّ يُدْخِلُهُمْ اللهُ الْجَنَّةَ بِفَضْلِ رَحْمَتِهِ يُقَالُ لَهُمْ الْجَهَنَّمِيُّونَ

“Bara neraka akan menghanguskan sekelompok orang karena sebab dosa yang mereka kerjakan. Kemudian Allah akan memasukkan mereka ke dalam surga karena kemurahan dan rahmat-Nya. Mereka itulah Jahannamiyun.”

[H.R. Al Bukhari dari sahabat Anas bin Malik z].

Suatu hari, Yazid Al Faqir mengisahkan, bahwa ia pernah singgah di Madinah dalam sebuah perjalanan bersama serombongan. Ketika itu, Jabir bin Abdillah radhiyallahu ‘anhuma sedang duduk bersandar di sebuah tiang, menyampaikan suatu masalah dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam kepada jamaah yang hadir. Jabir bin Abdillah radhiyallahu ‘anhuma menyebutkan tentang Jahannamiyun. Maka aku langsung bertanya, “Wahai sahabat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, apa yang sedang kalian bicarakan ini. Sementara Allah l berfirman (yang artinya), “Ya Tuhan kami, sesungguhnya barang siapa yang Engkau masukkan ke dalam neraka, maka sungguh telah Engkau hinakan ia, dan tidak ada bagi orang-orang yang zalim seorang penolong pun.” [Q.S. Ali Imran:192]. “Setiap kali mereka hendak keluar daripadanya, mereka dikembalikan ke dalamnya.” [Q.S. As Sajdah:20]. Bagaimana penjelasan kalian ini?” Jabir bin Abdillah radhiyallahu ‘anhuma menjawab, “Apakah engkau membaca Al Quran.” “Tentu” jawabku. “Apakah engkau mendengar tentang maqam (derajat) Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam yang akan Allah subhanahu wata’ala karuniakan untuk beliau?” “Ya” jawabku. “Sesungguhnya itu adalah maqam Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam Al Mahmud (yang terpuji), dengannya Allah subhanahu wata’ala akan mengeluarkan siapa yang Ia subhanahu wata’ala kehendaki dari neraka.” Kemudian Jabir radhiyallahu ‘anhuma menyebutkan tentang dibentangkannya Shirath, juga manusia yang melewatinya. Beliau mengatakan, “Hanya saja aku khawatir, aku tidak hafal tentang hadis itu (secara utuh). Namun, aku yakin, bahwa ada sekelompok manusia yang akan dikeluarkan dari neraka, setelah sebelumnya memasukinya. Ya, mereka keluar dari neraka. Dalam keadaan seperti layaknya simsim (sejenis biji-bijian) yang hitam gosong, kemudian dimasukkan ke dalam sebuah sungai dari sungai surga, dimandikan di sana, kemudian keluar seperti kertas putih bersih.” [Makna Riwayat ini dikeluarkan oleh Muslim].

Neraka adalah kekal. Penghuninya pun kekal. Namun, tidak semua penghuninya kekal di sana, dalam kungkungan azab yang dahsyat mengerikan. Azab neraka yang kekal hanya untuk orang-orang kafir. Mati dalam kekafiran, pembangkangan kepada Dzat yang telah mencipta, memberi karunia, dan melimpahkan segala yang dibutuhkannya. Ya, kebaikan dibalas dengan kejahatan. Bahkan kejahatan yang paling jahat, kekafiran! Maka pantas bagi mereka, karena keadilan dan hikmah Allah l yang Mahaagung, untuk mendapatkan yang setimpal, kekal dalam siksa.

Kekal dalam neraka bukan untuk pendosa dari kalangan kaum muslimin yang pantas dibakar di sana. Yaitu seorang muslim yang memandang remeh dosa dan kemaksiatan. Berkubang dalam dosa-dosa besar. Mati tidak sempat bertobat darinya. Sementara Allah l tidak mengampuninya, dan berkehendak membakarnya dalam neraka. Sekali lagi, karena keadilan dan hikmah-Nya, bukan kezaliman. Pun mereka tinggal di neraka dalam batas waktu. Tidak kekal sebagaimana orang kafir. Setelah waktu yang Allah subhanahu wata’ala kehendaki, bersih dosa-dosa mereka dengan api neraka, Allah subhanahu wata’ala selamatkan mereka dari neraka. Allah subhanahu wata’ala angkat ke surga. Bahkan sebelum itu, Allah subhanahu wata’ala selamatkan sebagian mereka dengan syafaat ahli tauhid. Dalam sebuah hadis, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda yang artinya, “Allah benar-benar akan mengeluarkan sekelompok orang dari Jahannam, telah busuk bau menyengat karena gosong terbakar neraka. Mereka masuk surga dengan syafaat pemberi syafaat. Merekalah yang dinamakan Jahannamiyun.” [H.R. Ahmad dari sahabat Hudzaifah bin Yaman radhiyallahu ‘anhu, dishahihkan oleh Asy Syaikh Al Albani dalam Zhilalul Jannah].

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, imam ahli tauhid, juga akan memberikan syafaat kepada umat beliau. Memang, beliau shallallahu ‘alaihi wasallam sangat kasih sayang terhadap umat. Dalam riwayat Al Bukhari dari sahabat Imran bin Hushain radhiyallahu ‘anhu, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda yang artinya, “Akan keluar sekelompok orang dari neraka, karena syafaat Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam kemudian masuk surga, merekalah Jahannamiyun.” Salah satu bukti kemurahan dan rahmat Allah subhanahu wata’ala yang mahaluas tidak terbatas. Allah subhanahu wata’ala membebaskan kaum muslimin dari neraka. Yaitu para ahli tauhid, yang terjatuh dalam dosa karena sikap meremehkan dosa. Kemudian Allah l mengkaruniakan mereka dengan surga.

Sebenarnya kalau kita mau berpikir, merenungi berbagai curahan nikmat dan limpahan karunia Allah subhanahu wata’ala, semuanya yang tak terhitung itu tidaklah sebanding dengan amal ibadah kita yang sangat sedikit. Seandainya itu sebagai timbal balik tidak akan seimbang. Apalagi ibadah yang sedikit itu masih penuh kekurangan di sana sini. Dalam kata lain, kita masih belum mampu menunaikan kewajiban syukur. Belum lagi berbagai dosa dan kemaksiatan, sama seperti dengan nikmat Allah subhanahu wata’ala yang terlimpahkan kepada kita, sama-sama tidak bisa dihitung.

Keutamaan Allah subhanahu wata’ala turun kepada kita, sementara kedurhakaan yang naik kepada Allah subhanahu wata’ala dari kita. Jujur saja, walaupun kita juga tidak bisa berbohong bahwa kita sangat takut dari neraka, kita malu untuk mengharap surga kepada Allah subhanahu wata’ala. Malu kalau sekadar melihat dari amalan kita. Rasanya pantas masuk neraka. Kita berlindung kepada Allah subhanahu wata’ala dari neraka. Maka apabila Allah subhanahu wata’ala menyelamatkan kita dari neraka, tidak lain karena keutamaan dan rahmat-Nya semata. Semoga Allah subhanahu wata’ala selalu melimpahkan rahmat-Nya kepada kita semua, di dunia dan akhirat. Amin.

Penamaan mereka dengan jahannamiyun bukanlah dalam rangka pencelaan dan merendahkan mereka. Namun sebagai pengingat bahwa mereka pernah diazab dalam neraka. Sehingga mereka akan bertambah bahagia. Suasana hati akan semakin terpancar menjadi gembira. Sekaligus sebagai tanda, bahwa mereka adalah orang-orang yang Allah subhanahu wata’ala bebaskan dari neraka. Makna penjelasan ini disampaikan oleh Asy Syaikh Al Mula Ali Al Qari dalam Mirqatul Mafatih Syarh Misykatil Mashabih. Mereka inilah orang-orang terakhir yang keluar dari neraka menuju surga. Sebagaimana hadis yang diriwayatkan dari sahabat Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu. Sekaligus, merekalah manusia-manusia terakhir yang masuk ke dalam surga.

Pembaca, hadis jahannamiyun ini menunjukkan batilnya pendapat Khawarij dan Mu’tazilah tentang penduduk neraka dan syafaat. Mereka menyakini tidak ada syafaat bagi penduduk neraka. Meyakini pula bahwa orang yang sudah masuk neraka tidak akan bisa keluar selama-lamanya. Kekal di sana. Persis seperti keyakinan awal Yazid Al Faqir yang diluruskan oleh sahabat Jabir bin Abdullah radhiyallahu ‘anhuma, yang kita sebutkan di awal tulisan ini. Maka betapa pantasnya para teroris dan kaum mu’tazilah itu untuk tidak mendapatkan syafaat dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam kelak di akhirat.

Orang yang paling berbahagia dengan syafaat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam adalah Ahlu Sunnah wal Jamaah. Bukan hanya karena mereka mengimani adanya syafaat beliau, bahkan mereka adalah para ahli tauhid. Karena, syafaat beliau khusus untuk ahli tauhid saja. Merekalah orang-orang yang Allah l ridhai. Allah subhanahu wata’ala berfirman yang artinya, “Pada hari itu tidak berguna syafa’at, kecuali (syafa’at) orang yang Allah Maha Pemurah telah memberi izin kepadanya, dan Dia telah meridhai perkataannya.” [Q.S. Thaha:109].

Dalam sebuah hadis, Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu bertanya kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, “Wahai Rasulullah, siapakah orang yang paling berbahagia dengan syafaat Anda?” Beliau shallallahu ‘alaihi wasallam menjawab yang artinya, “Siapa saja yang mengucapkan laa ilaha illallah, ikhlas dari kalbunya.” [H.R. Al Bukhari]. Merekalah ahlu tauhid. Mengikrarkan kalimat tauhid laa ilaha illallah, meyakini, dan mengamalkan berbagai konsekuensinya.

Semoga Allah subhanahu wata’ala menjaga keistiqamahan kita agar kita bisa mewujudkan tauhid dengan sesungguhnya, lalu meninggal sebagai pemeluk tauhid. Semoga Allah subhanahu wata’ala limpahkan rahmat-Nya kepada kita semua, sehingga selamat dalam kehidupan dunia dan akhirat kelak. Selamat dari berbagai ujian dunia, selamat pula dari neraka. Amin, ya Rabbal’alamin.

[Ustadz Farhan]