Tashfiyah
Tashfiyah

abu said al khudry

9 tahun yang lalu
baca 5 menit
Abu Said al Khudry

Abu Said Saad bin Malik bin Sinan bin Ubaid bin Tsa’labah bin Ubaid bin Al Abjar (khudrah bin Auf) Al Khazraji al Anshari al Khudry. Beliau lebih dikenal dengan sebutan Abu Said Al Khudry. Sosok shahabat dari kalangan al Anshar yang sering kita dengar dalam periwayatan hadits-hadits Nabi. Masuk Islam saat beliau masih berumur 10 tahun. Ibu beliau adalah Anisah bintu Abi Haritsah dari Bani Ady .

Malik bin Sinan, ayah beliau adalah seorang shahabat Anshar yang gugur dimedan perang Uhud. Saat terjadi perang Uhud beliau masih terhitung sebagai anak-anak sehingga tidak diperbolehkan oleh Rasulullah untuk mengikuti peperangan bersama ayahnya dan para shahabat senior. Kendatipun ayahnya telah melobi Rasulullah agar memasukkan anaknya dalam barisan pejuang uhud. Dan kendatipun Saad begitu bersemangat untuk menjadi bagian dari pasukan Rasulullah . Yaa, bersemangat untuk menjadi bagian tentara Allah dibawah panji Rasulullah. Namun, beliau adalah anak yang baru berumur 13 tahun saat itu.

Saat peperangan Uhud berakhir Allah takdirkan ayah beliau gugur di medan Uhud bersama syuhada lainnya. Ayahnya gugur dengan tanpa meninggalkan banyak harta untuk keluarganya. Sungguh kematian ayahnya ini menjadikan beban tersendiri bagi Saad beserta keluarganya. Maka Abu Said Saad bin Sinan beserta beberapa shahabat Al Ansharpun berinisiatif untuk mendatangi Rasulullah demi menyebutkan keadaan mereka beserta keluarga mereka kepada Rasulullah. Boleh jadi Rasulullah akan berkenan meringankan beban tersebut atau membantu mereka dalam hal ini. Namun, justru Rasulullah mengajari dengan suatu pelajaran yang bisa beliau petik darinya berbagai faedah-faedah. Pengajaran dari seorang utusan Allah kepada para hamba-hamba Allah yang tegar nan kuat. Rasulullah bersabda:

مَنْ يَسْتَغْنِ يُغْنِهِ اللَّهُ وَمَنْ يَسْتَعْفِفْ يُعِفَّهُ اللَّهُ وَمَنْ يَتَصَبَّرْ يُصَبِّرْهُ اللَّهُ

“Barangsiapa yang merasa cukup, maka Allah akan berikan kecukupan kepadanya, dan barangsiapa menjaga kehormatan dirinya, maka Allah akan menjaga kehormatannya, dan barangsiapa yang berusaha bersabar, maka Allah akan jadikan kesabaran untuk dirinya”.

Hmm, pelajaran yang begitu berharga. Berisi pengajaran untuk hidup dengan sikap ‘afif, menjaga kehormatan diri, tidak meminta-minta kepada manusia. Juga berisi tentang bentuk tawakal yang sempurna kepada Allah dan bersabar dari kepayahan yang menimpa. Bagi anak seumuran 13 tahun dijaman ini, barangkali mereka tidak akan paham makna ucapan ini, boleh jadi menggerutu bahkan menjadi marah bila permintaan yang diajukan justru dijawab dengan jawaban seperti ini. Aneh betul. Tapi tidak untuk Abu Said Al Khudry. Anak berumur 13 tahun ini mampu mencerna makna pesan Rasulullah kepadanya. Lalu setelah itu ia dapat memilih keputusan yang terbaik untuk dirinya dan keluarganya. iapun putuskan untuk pulang. Memilih sikap ‘afif, disertai bertawakal kepada Allah dan bersabar. Sungguh sikap yang luar biasa untuk anak seumuran itu.

Diwaktu selanjutnya, beliau tidak menyia-nyiakan kesempatan untuk turut serta mengikuti peperangan berserta Rasulullah, seperti perang Khandaq dan peperangan berikutnya. beliau berperang sebanyak 12 kali bersama Rasulullah .

Kehidupan Abu Said Al Khudry bukanlah sekedar memperjuangkan dien Islam dengan mengangkat senjata saja bahkan beliau juga berjuang menegakkannya dari sisi ilmu dan pengajaran. Lihatlah, walaupun beliau tergolong sebagai seorang shahabat yang muda, namun beliau memiliki banyak riwayat hadis-hadis Rasulullah. Beliau memiliki kemampuan menghapalkan banyak hadis- hadis Rasulullah . beliau juga meriwayatkan hadis dari Abu Bakar, Umar, Utsman, Ali, Zaid bin Tsabit dan shahabat-shahabat selain mereka. sehingga dikemudian hari, Abu Said Al Khudry termasuk dalam jajaran orang pilihan dan ulama yang luas pengetahuannya tentang agama. Banyak dari kalangan shahabat dan tabiin yang mengambil hadits dari beliau. diantara shahabat Rasulullah yang meriwatkan darinya adalah Ibnu Abbas, Ibnu Umar, Jabir bin Abdillah, Mahmud bin Labid, Abu Umamah bin Sahl, dan Abu At Thufail. Dikalangan generasi setelahnya dari para tabiin ada  Said bin Musayyib, Abu Utsman bin An Nahdy, Thariq bin Syihab, dan banyak lagi.

Dikarenakan kemampuan dan ilmu beliau yang begitu luas tentang hadits Rasullah , banyak dikalangan shahabat dan ulama yang memuji beliau. Handhalah, putra dari Abu Sufyan menyebutkan bahwa kakek-kakeknya mengatakan tentang Abu Said Al Khudry : “dahulu beliau (Abu Said) termasuk seorang yang paling faqih tentang hadits dari para shahabat.  Al khatb juga menyatakan bahwa Abu Said termasuk dalam jajaran sahabat yang utama dan memiliki banyak hapalan hadits. Ya, Abu Sa’id Al-Khudri adalah orang ke tujuh yang banyak meriwayatkan hadits dari Rasulullah. Beliau telah meriwayatkan sebanyak 1.170 hadits. Orang- orang pernah memintanya agar mengizinkan mereka menulis hadits-hadits yang mereka dengar darinya. Ia menjawab “ Jangan sekali kali kalian menulisnya dan jangan kalian menjadikan sebagai bacaan, tetapi hapalkan sebagaimana aku menghapalnya”.

Abu Sa’id al-Khudri adalah salah seorang diantara para sahabat yang melakukan bai’at kepada Rasulullah mereka berikrar tidak akan tergoyahkan oleh cercaan orang dalam memperjuangkan agama Allah, mereka tergabung dalam kelompok Abu Dzarr al-Ghifari, Sahl bin Sa’ad, Ubaidah bin ash Shamit dan Muhammad bin Muslimah. Beliau terkenal sebagai seorang yang berani dalam menyampaikan nasihat, walaupun kepada penguasa. Hal tersebut karena beliau pernah mendengar hadis dari Rasulullah yang berbunyi ;

 “Janganlah sekali-kali rasa takut kalian kepada manusia menghalangi kalian untuk mengatakan yang haq saat melihat atau mengetahuinya”

Tentu saja nasihat yang diutarakan bukanlah nasehat yang diutarakan melalui podium-podium terbuka dihadapan khalayak ramai sehingga dapat memprovokasi umat untuk menentang penguasa. Namun sebuah nasihat yang membangun yang berguna untuk yang dinasehati didunia dan akhiratnya.

Beliau meninggal di masa Daulah Umayyah, yakni pada pemerintahan Khalifah Abdul Malik bin Marwan pada tahun 74 hijriyah. Semoga Allah meridhainya. Amin.

Sumber Tulisan:
Abu Said al Khudry