Tashfiyah
Tashfiyah

berkenalan dengan tauhid

7 tahun yang lalu
baca 3 menit
Berkenalan dengan Tauhid

Tak kenal maka tak sayang. Peribahasa yang sudah umum terdengar di telinga. Sebagai inti dari dakwah nubuwwah dan asas utama seorang insan, harus bagi kita untuk mencintai tauhid. Maka, mari mengenalnya.

Tauhid adalah kewajiban utama dan pertama seluruh manusia. Karena, tauhid ini adalah salah satu syarat diterimanya amal shalih. Seberapa pun banyaknya kita beramal shalih, namun jika tidak dilandasi tauhid, maka amalan kita tidak teranggap. Nah, maka dari itu, wajib bagi kita untuk mempelajari tauhid agar tidak keliru dalam memahaminya.
Secara bahasa, tauhid adalah menjadikan sesuatu menjadi tunggal. Adapun dalam istilah syariat, maknanya adalah mengesakan Allah pada segala sesuatu yang khusus bagi-Nya.
Tauhid tidak akan teranggap tanpa memenuhi rukunnya. Rukun tauhid ada dua: nafi (peniadaan) dan itsbat (penetapan). Rukun tauhid ini tercermin dalam syahadat ‘Laa ilaaha illallah’. ‘Laa ilaah’ adalah nafi, meniadakan sesembahan dan ‘illallah’ adalah itsbat, menetapkan sesembahan yang benar hanya Allah. Jika seseorang hanya meyakini salah satu rukun tauhid, dia belum menjadi seorang yang bertauhid. Hanya meniadakan sesembahan artinya menolak semua sesembahan (atheis), sedangkan hanya menetapkan saja tidak menolak adanya sekutu (politheis).
Tauhid terbagi menjadi tiga bagian: tauhid rububiyah, tauhid uluhiyah, dan tauhid asma` wash shifat.

1.Tauhid rububiyah adalah kita meyakini bahwa Allah semata yang menciptakan, memberi rizki, menghidupkan, mengatur alam, dan seterusnya.

2.Tauhid uluhiyah atau tauhid ibadah adalah kita memberikan amalan-amalan ibadah hanya untuk Allah, tidak untuk selain-Nya.

3.Tauhid asma` was shifat (nama dan sifat Allah), adalah kita meyakini bahwa asma` dan sifat yang sempurna hanya milik Allah, menetapkan nama dan sifat yang Allah dan Rasul-Nya tetapkan dan menolak nama dan sifat yang Allah dan Rasul-Nya tiadakan, tanpa menyelewengkan maknanya, menyerupakannya dengan sifat makhluk, tidak mempertanyakan detail yang tidak dijelaskan dalam Al-Qur`an serta sunnah, dan tidak menolak apa yang Allah serta Rasul-Nya tetapkan. Kita tidak berbicara mengenai Allah tanpa landasan Al-Qur`an dan sunnah. Karena, hal tersebut tidak bisa diketahui kecuali dari wahyu: Al-Qur`an dan sunnah.

Orang yang bertauhid adalah orang yang memenuhi tiga perkara ini. Apabila salah satu dari tiga jenis tauhid ini tidak terpenuhi, dia bukanlah seorang muslim. Seseorang yang meyakini Allah esa dalam rububiyah-Nya saja, tapi tidak mentauhidkan-Nya dalam uluhiyah, maka dia belum bertauhid. Contoh konkretnya, apabila seseorang meyakini bahwa hanya Allah yang menciptakan, mengatur alam, dan memberi rizki, tetapi dia menyembah selain Allah dengan cara berdoa meminta-minta kepada selain Allah, meminta perlindungan, bahkan berkurban untuknya; maka orang ini belum bertauhid. Bahkan, ini merupakan keyakinan kaum musyrikin zaman Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Mereka mengakui bahwa Allah semata yang memberi rizki, menghidupkan, dan mematikan. Akan tetapi, mereka tetap saja menyembah selain Allah. Allah ta’ala berfirman:

قُلْ مَنْ يَرْزُقُكُمْ مِنَ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ أَمَّنْ يَمْلِكُ السَّمْعَ وَالْأَبْصَارَ وَمَنْ يُخْرِجُ الْحَيَّ مِنَ الْمَيِّتِ وَيُخْرِجُ الْمَيِّتَ مِنَ الْحَيِّ وَمَنْ يُدَبِّرُ الْأَمْرَ ۚ فَسَيَقُولُونَ اللَّهُ ۚ فَقُلْ أَفَلَا تَتَّقُونَ

“Katakanlah ‘Siapa yang memberi kalian rizki dari langit dan bumi, siapa yang kuasa menciptakan pendengaran dan penglihatan? Siapa yang mengeluarkan yang hidup dari yang mati dan mengeluarkan yang mati dari yang hidup? Serta siapa yang mengatur urusan?’ Niscaya mereka mengatakan, ‘Allah.’ Maka katakanlah, ‘Tidakkah kalian bertakwa?” [Q.S. Yunus:31].

Nah, demikianlah uraian ringkas mengenai tauhid. Meskipun mudah, bukan berarti tauhid adalah hal yang remeh. Ibnul Qayyim mengatakan bahwa Al-Qur`an semuanya berisi tauhid. Di mana, kandungan Al-Qur`an mencakup: tentang Allah, nama, dan sifat-Nya, tentang perintah untuk bertauhid dan larangan untuk berbuat syirik, tentang hukum syariat yang merupakan konsekuensi tauhid, tentang kisah umat yang dimuliakan karena mewujudkan tauhid, dan tentang kisah umat yang diadzab karena berbuat syirik. Hal ini menunjukkan pentingnya tauhid bagi kita. Allahu a’lam bish shawab. (Ustadz Abdurrahman)