Tashfiyah
Tashfiyah

berbakti kepada orang tua setelah tiada

8 tahun yang lalu
baca 3 menit
Berbakti Kepada Orang Tua Setelah Tiada

Masalah ini sangat penting. Birrul walidain bukan hanya ketika keduanya masih hidup. Bahkan tetap berlanjut setelah keduanya tiada. Ada di antara kita yang mungkin dahulu kurang baik dalam bergaul dengan kedua orang tua, hingga ajal menjemput. Berbagai kesedihan mengganggu pikiran. Kenapa dahulu aku tidak berbakti? Adakah tersisa kesempatan untuk aku berbakti kepada keduanya? Satu pertanyaan penting yang harus terjawab.

Abu Dawud As-Sijistani meriwayatkan sebuah hadits dalam As-Sunan dari sahabat Abu Usaid Malik bin Rabi’ah As-Sa’idi radhiyallahu ‘anhu, beliau berkata, “Suatu saat ketika kami bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Datanglah seorang lelaki dari Bani Salamah bertanya, ‘Wahai Rasulullah, apakah masih tersisa bagiku bakti kepada kedua orang tuaku sesudah keduanya wafat?’

Rasulullah bersabda, ‘Ya, doakanlah keduanya, mohonkan ampun untuk keduanya, tunaikan janji-janji keduanya, sambunglah rahim yang tidak mungkin tersambung kecuali dengan keduanya dan muliakanlah teman karib keduanya.’”[H.R. Abu Dawud, Ibnu Majah, Ibnu Hibban dalam Shahihnya. Hadits ini dinyatakan lemah oleh Syaikh Al-Albani dalam Dha’if Al-Adab Al-Mufrad]

Betapa Indah Islam ini.

Ternyata, masih ada kesempatan bagi seorang anak untuk berbakti kepada kedua orang tuanya. Membalas sebagian kebaikan mereka meskipun keduanya telah tiada. Ternyata, masih ada kesempatan bagi sang durhaka untuk mencoba memperbaiki diri menggapai kasih sayang Rabbul ‘alamin.

Caranya, segeralah bertobat kepada Allah atas kedurhakaan yang dulu kamu lakukan kepada kedua orang tuamu di masa hidupnya. Kemudian banyaklah mendoakan kedua orang tuamu dan mohonkan ampun untuk keduanya. Sungguh, doa-doa dan istighfar sangat bermanfaat bagi seseorang di alam barzakh, alam kubur.

Dalam hadits Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mengabarkan di antara amalan yang tidak terputus setelah kematian adalah anak shalih yang selalu mendoakan kedua orang tuanya.

Berbaktilah kepada kedua orang tuamu yang telah meninggal dengan menunaikan janji-janji keduanya, menunaikan wasiat dan hutang-hutangnya. Ya.. barangkali ada hutang-hutang kedua orang tua yang belum terselesaikan, ada janji-janji dan wasiat yang harus ditunaikan, sungguh ketika sang anak berupaya menyelesaikannya hal itu sangat bermanfaat bagi keduanya.

Berbakti pula dengan engkau menyambung kerabat kedua orang tuamu, saudara-saudara kedua orang tuamu, yakni paman dan bibimu serta kerabat lain, sambunglah hubungan dengan mereka, berbuat baiklah dengan kerabat kedua orang tuamu. Termasuk yang dapat engkau lakukan, muliakanlah kawan karib kedua orang tuamu. Ini juga bentuk birrul walidain setelah keduanya meninggal.

Ada satu kisah yang patut kita renungkan. Suatu hari yang cukup panas, Abdullah bin Umar bin Al-Khaththab c menunggang seekor keledai di jalan-jalan Kota Makkah dengan serban di kepala.

Di tengah jalan, Ibnu Umar berpapasan dengan seorang Arab desa, sepertinya beliau mengenalnya. Beliau pun bertanya, “Bukankah engkau Fulan bin Fulan?”

“Iya.” jawab Badui tersebut.

Begitu mendengar jawaban, Ibnu Umar segera melepas serbannya, ia hadiahkan serban beserta keledai yang dikendarainya.

Kejadian yang cukup mengherankan. Hingga sahabat-sahabat Ibnu Umar berkata, “Semoga Allah mengampunimu wahai Ibnu Umar, kenapa engkau berikan segala hajatmu kepadanya?”

Ibnu Umar berkata, “Sungguh dia adalah teman ayahku.”

Demikianlah sahabat dalam mengamalkan ilmu yang mereka dapatkan dari Baginda Rasul n, demikian pula contoh generasi terbaik dalam berbakti kepada kedua orang tua.

[Al Ustadz Rijal bin Isnaini, Lc]