oleh: Ustadz Zubair
Manusia diciptakan Allah subhanahu wata’ala sebagai makhluk yang cerdas. Menurut ilmu kedokteran otak manusia merupakan pusat kecerdasan. Dengan kecerdasannya, manusia dapat menerima informasi, memahami, menghafal, menganalisa, menghipotesa, dan mensintesa kesimpulan darinya. Karena kecerdasannya inilah manusia selalu berusaha membuat sarana yang dapat menolongnya mempermudah melaksanakan kegiatan sehari-hari (teknologi).
Dari sekian banyak teknologi ciptaan manusia di berbagai bidang, Handphone-HP- (telepon genggam) boleh dibilang adalah teknologi tercanggih yang ada saat ini. Teknologinya yang berbasis seluler yang memanfaatkan media gelombang elektromagnet yang bersistem kerja dari sel ke sel ini merupakan ‘pembaruan teknologi’ yang sangat fenomenal. Dari teknologi ini tercipta teknologi-teknologi lain yang dari hari ke hari terus diperbarui dan bertambah canggih.
Sudah dimaklumi bahwa semua teknologi buah karya manusia adalah merupakan barang baru bagi peradaban mereka di dunia. Yang dahulu tidak ada kini ada. Dan ‘sesuatu yang baru’ ini terbukti sangat bermanfaat dalam membantu kegiatan mereka sehari-hari. Sehingga dalam syariat agama, pengembangan teknologi untuk urusan dunia bukanlah sesuatu yang bermasalah, bahkan dalam bidang tertentu terkadang wajib dikembangkan.
Berbeda halnya dengan sesuatu yang termasuk dalam urusan agama. Mengadakan pembaruan dalam bidang agama termasuk perbuatan yang dilarang. Mengapa demikian? Karena agama ini turun di muka bumi dalam keadaan sudah sempurna, sehingga tidak memerlukan perbaikan maupun pengembangan. Berbeda dengan teknologi dunia, ajaran agama jika terus dikembangkan justru akan terkoyak kesempurnaannya.
Mengapa demikian? Iya, karena agama ditetapkan oleh Allah subhanahu wata’ala Yang Maha Sempurna. Apabila yang sempurna itu diubah oleh tangan-tangan yang tidak sempurna (manusia) justru akan menjadi sesuatu yang tidak sempurna dan bahkan rusak. Oleh karena itu perbuatan membuat-buat sesuatu yang baru dalam urusan agama (bid’ah) adalah perbuatan yang haram dilakukan.
Sebuah hadis yang masyhur dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menegaskan hal ini,
“Sesungguhnya sebenar-benar kalam adalah Kalam Allah subhanahu wata’ala dan sebaik-baik petunjuk adalah petunjuk Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam . Sedangkan seburuk-buruk suatu perkara adalah perkara yang mengada-ada (muhdats) dan tiap-tiap muhdats itu bid’ah dan tiap kebid’ahan itu neraka tempatnya.” [H.R. Muslim]