Neraka, cukuplah namanya sebagai perlambang yang menakutkan. Gambaran kesengsaraan dengan beragam siksa dalam selubung nyala kobaran api. Sebagaimana asal kata bahasa Arab dari lafazh An Nar (النار) yang berarti api. Api yang menyala-nyala. Dinyalakan dengan manusia dan batu sebagai bahan bakarnya. Penjara azab dalam jurang yang sangat dalam, bagi manusia dan jin yang membangkang dari syariat Allah subhanahu wata’ala.
Sebuah kata yang sangat sering disebutkan dalam Al Quran, karena dahsyatnya azab. Memiliki sekian nama, seperti Jahannam, Hawiyah, Jahim, Saqar, Lazha, Huthamah, Sa’ir. Setiap nama memiliki makna yang menunjukkan kengerian tersendiri, semakin mengambarkan dahsyatnya. Dahsyat yang tidak bisa dilukiskan dalam rangkaian kata. Abdullah bin Masud radhiyallahu ‘anhu pernah ditanya, “Sampaikan kepada kami tentang neraka, bagaimanakah ia?” Beliau radhiyallahu ‘anhu menjawab, “Seandainya engkau melihatnya, akan hilang kalbumu dari tempatnya.” [Mausu’ah Ibni Abid Dunya rahimahullah].
Berbagai azab ada dalam neraka. Bahkan, azab dengan hawa dingin yang dahsyat pun ada. Dingin yang bukan hanya menusuk tulang. Bahkan kulit dan daging akan mengelupas hancur. Itulah Zamharir. Allah l berfirman yang artinya, “Inilah (azab neraka), biarlah mereka merasakannya, (minuman mereka) air yang sangat panas dan air yang sangat dingin. Dan azab yang lain yang serupa itu berbagai macam.” [Q.S. Shaad:57-58]. Azab yang beragam. Berkisar antara dahsyat dan sangat dahsyat. Bagaimana tidak, paling ringannya adalah otak yang mendidih karena sandal neraka yang dipakai. Itulah azab teringan, ‘hanya’ dipakaikan sandal dari neraka, dan tidak merasakan azab yang lain. Dalam riwayat yang lain, ‘hanya’ karena sepotong bara yang diletakkan di bagian cekungan telapak kaki, maka mendidihlah otaknya.
Sudah cukup peringatan. Telah tegak hujah dan penjelasan. Kitab telah diturunkan. Dengan terang para rasul telah menyampaikan.
Malamnya ibarat siangnya, tidak ada kesamaran dan keraguan. Allah subhanahu wata’ala bangkitkan para ulama, generasi demi generasi untuk membimbing dan menuntun manusia. Namun, manusia memang terlalu sombong. Tidak mau mendengar nasihat dan peringatan kecuali minoritas. Selebihnya, menolak dan membangkang. Berbagai dosa dan pelanggaran, setiap saat berganti waktu. Namun, Allah subhanahu wata’ala Mahakasih dan sayang. Pintu tobat senantiasa lebar terbuka. Ampunan pun selalu terlimpahkan. Hanya saja manusia terlalu besar penentangannya. Sangat angkuh seolah tidak butuh terhadap rahmat-Nya.
Untuk manusia-manusia yang sombong itu Allah l sediakan balasan yang setimpal. Kezaliman dan kemaksiatan itu Allah l ancam dengan siksaan. Agar manusia tahu diri, tidak berlaku lalim dan semena-mena. Demikianlah hikmah dan keadilan-Nya. Setelah manusia dicipta, setelah dilimpahkan nikmat tak terhingga, tentu tidak akan dibiarkan mereka hidup semaunya. Apalagi bila berlaku aniaya terhadap sesama. Maka setelah peringatan, bagi pendosa terancam dengan siksa.
Beragam azab Allah subhanahu wata’ala sediakan bagi durjana pendosa. Agar mereka takut, hingga hidup dalam batas norma dan agama. Tidak mengumbar nafsu dan syahwat, tidak menebar kemarahan dan angkara murka. Di antara bentuk azab itu adalah yang disebutkan oleh At Tirmidzi dalam sunannya, dishahihkan oleh Asy Syaikh Al Albani rahimahullah dalam Shahih Al Jami’, dari sahabat Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhubahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda yang artinya, “Ketika Allah subhanahu wata’ala menaikkanku ke langit, (diperlihatkan kepadaku neraka), aku melihat sekelompok orang yang memiliki kuku-kuku tajam dari tembaga. Mereka mencakar-cakar wajah dan dada mereka sendiri. Aku bertanya, ‘Siapakah mereka wahai Jibril?’ Jibril menjawab, ‘Mereka adalah orang-orang yang memakan bangkai saudaranya (mengghibahi) dan menjatuhkan kehormatan mereka’.” Perhatikan pembaca! Ghibah adalah dosa besar. Buktinya ada ancaman dan hukuman khusus di neraka. Sekarang lihatlah diri kita! Betapa sering membicarakan orang lain, menceritakan aib mereka? Limpahkanlah rahmat-Mu kepada kami ya Allah…!
Masih dalam rangkaian peristiwa Mi’raj, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam juga diperlihatkan jenis azab yang lain. Beliau shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda yang artinya, “Tiba-tiba aku melihat sekelompok orang yang dipegang oleh orang lain. Mereka dipaksa membuka mulut, kemudian didatangkan batu-batu bara neraka dan dilemparkan ke mulut orang-orang itu, hingga keluar dari dubur mereka. Aku bertanya kepada Jibril, ‘Siapakah mereka wahai Jibril?’ ‘Orang-orang yang memakan harta anak yatim dengan cara yang zalim, tidak lain hanyalah mereka memenuhi perut mereka dengan api neraka.’ Jawab Jibril.” [H.R. Muslim dari sahabat Abu Said Al Khudri radhiyallahu ‘anhu].
Azab lain bagi orang yang makan dari penghasilan haram adalah firman Allah subhanahu wata’ala berikut ini. “Orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan setan lantaran (tekanan) penyakit gila. Keadaan mereka yang demikian itu, adalah disebabkan mereka berkata (berpendapat), ‘Sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba’. Padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. Orang-orang yang telah sampai kepadanya larangan dari Tuhannya, lalu terus berhenti (dari mengambil riba), maka baginya apa yang telah diambilnya dahulu (sebelum datang larangan); dan urusannya (terserah) kepada Allah. Orang yang kembali (mengambil riba), maka orang itu adalah penghuni-penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya.” [Q.S. Al Baqarah:275]. Ya, riba adalah haram, bahkan dosa besar. Kalau kita melihat sekeliling kita, riba telah menjadi biasa. Merajalela. Terjadi di mana-mana, hampir dalam seluruh jenis transaksi. Apakah mereka belum pernah mendengar ayat ini? Atau mendengar terjemah ayat ini? Betapa jauhnya kaum muslimin dari agama mereka.
Orang yang bakhil, tidak mau mengeluarkan zakat dari harta mereka, pun telah disiapkan azabnya. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda yang artinya, “Seorang yang telah Allah karuniakan kepadanya harta, kemudian tidak mau membayarkan zakatnya, maka pada hari kiamat, hartanya akan menjadi ular besar penuh bisa dengan dua taring yang besar. Ular itu akan melilit dua rahang orang tersebut, sambil mengatakan, ‘Aku adalah hartamu, akulah simpananmu.’ Kemudian beliau membaca ayat yang artinya, ‘Sekali-kali janganlah orang-orang yang bakhil dengan harta yang Allah berikan kepada mereka dari karunia-Nya menyangka, bahwa kebakhilan itu baik bagi mereka. Sebenarnya kebakhilan itu adalah buruk bagi mereka. Harta yang mereka bakhilkan itu akan dikalungkan kelak di lehernya di hari kiamat. dan kepunyaan Allah-lah segala warisan (yang ada) di langit dan di bumi. Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.’” [H.R. Al Bukhari dari sahabat Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu].
Bagi para teroris, silakan baca dan renungi makna hadis berikut! Kemudian segeralah bertobat! Dalam riwayat Al Bukhari dan Muslim, dari sahabat Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda yang artinya, ”Siapa yang bunuh diri dengan besi, besinya ada di tangannya dan akan menikam-nikam perutnya sendiri dalam kobaran api neraka Jahannam kekal selama-lamanya. Siapa yang meminum racun untuk bunuh diri, maka racun itu di tangannya, ia meminumnya di neraka Jahannam kekal selama-lamanya. Dan siapa yang melemparkan dirinya dari jurang untuk bunuh diri, maka ia akan melemparkan dirinya di neraka Jahannam kekal selama-lamanya.” Bagaimana yang meledakkan dirinya? Bagaimana pula yang membunuh orang lain? “Dan barang siapa yang membunuh seorang mukmin dengan sengaja, maka balasannya ialah Jahannam, kekal ia di dalamnya, dan Allah murka kepadanya, dan mengutukinya serta menyediakan azab yang besar baginya.” [Q.S. An Nisa’:93]. Azab berlapis bagi yang membunuh seorang mukmin dengan sengaja. Lalu, apa yang telah dilakukan oleh para teroris itu?!
Orang yang sok pintar bicara masalah agama, namun ia sendiri tidak melakukannya, pun tidak lepas dari ancaman. Bahkan azab yang sangat pedih. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda yang artinya, “Pada hari kiamat akan didatangkan seseorang kemudian dilemparkan ke dalam neraka. Ususnya pun terburai keluar di neraka. Ia berputar-putar di neraka sebagaimana keledai berputar pada alat penggilingan. Maka berkumpullah penduduk neraka kepadanya, bertanya, ‘Wahai Fulan, kenapa engkau ini? Bukankah dahulu engkau memerintahkan kami pada perkara yang makruf, dan melarang kami dari kemungkaran?’ Ia menjawab, ‘Dahulu aku memerintahkan kalian pada perkara yang makruf, namun aku tidak melakukannya. Aku juga mencegah kalian dari kemungkaran, namun aku justru melanggarnya.” [H.R. Al Bukhari dan Muslim dari sahabat Usamah bin Zaid z]. Laa ilaha illallah, azab yang sangat mengerikan. Dalam masalah ilmu dunia, kita lebih banyak diam. Namun, ketika dalam perkara agama, justru seringnya berlagak tahu. Padahal agama tiada jalan kecuali dari wahyu, maksudnya sebatas dalil yang ada. Berbeda dengan ilmu dunia yang bisa dinalar. Semoga dengan membaca hadis ini kita menjadi sadar. Karuniakanlah ampunan-Mu kepada kami, ya Allah…!
Masih banyak ragam azab yang lain. Ya, dari yang dahsyat, sampai yang sangat dahsyat. Azab bagi pezina, peminum khamer, tukang judi, durhaka kepada orang tua, berpakaian namun telanjang (baca; tidak berjilbab syari), tidak mau belajar agama, dan seterusnya. Karena terbatasnya ruangan, yang penting pesan telah tersampaikan, yaitu waspada dan takut dari neraka. Lebih dari itu, menghadirkan takut itu dalam setiap sikap dan tindakan kita, sehingga akan mencerminkan kehati-hatian untuk selalu menepati kebenaran. Takut dalam iman yang kokoh, kemudian melahirkan amal saleh.
Abdullah bin Masud radhiyallahu ‘anhu pernah ditanya, “Sampaikan kepada kami tentang neraka, bagaimanakah ia?” Beliau radhiyallahu ‘anhu menjawab, “Seandainya engkau melihatnya, akan hilang kalbumu dari tempatnya.”
[Mausu’ah Ibni Abid Dunya rahimahullah]
Perlu ditegaskan dalam akhir tulisan ini, tentang firman Allah subhanahu wata’ala, “Sesungguhnya Allah tidak berbuat zalim kepada manusia sedikit pun, akan tetapi manusia itulah yang berbuat zalim kepada diri mereka sendiri.” [Q.S. Yunus:44]. Dalam ayat yang lain Allah subhanahu wata’ala berfirman yang artinya, “(Azab) yang demikian itu adalah disebabkan perbuatan tanganmu sendiri, dan bahwasanya Allah sekali-kali tidak menganiaya hamba-hamba-Nya.” [Q.S. Ali Imran:182]. Bahwa Allah subhanahu wata’ala telah mengharamkan kezaliman atas diri-Nya. Allah subhanahu wata’ala tidaklah mezalimi sedikitpun. Semuanya adalah keadilan dan hikmah Allah subhanahu wata’ala yang maha luas tidak terbatas. Sehingga bermacam azab itu tidak lain karena pembangkangan manusia sendiri. Itupun Allah subhanahu wata’ala telah mengampuni yang jauh lebih banyak dari apa yang telah dilakukan manusia. Maka, tidak ada jalan lain bagi manusia untuk menyadarinya. Sisihkan dan buang kesombongan, untuk bersegera menuju rahmat dan ampunan-Nya.
[Ustadz Farhan]