Sesungguhnya tujuan diturunkan Al Quran adalah untuk dibaca, dipahami dan diamalkan. Berapa banyak kita dapatkan dalam Al-Quran perintah untuk memahaminya, untuk mengambil pelajaran dan mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari. Allah berfirman,
كِتَابٌ أَنْزَلْنَاهُ إِلَيْكَ مُبَارَكٌ لِيَدَّبَّرُوا آيَاتِهِ وَلِيَتَذَكَّرَ أُولُو الْأَلْبَابِ
“Ini adalah sebuah kitab yang Kami turunkan kepadamu, penuh dengan berkah, supaya mereka memperhatikan ayat-ayat-Nya dan supaya orang-orang yang mempunyai fikiran bisa mendapatkan pelajaran.” [Q.S. Shaad:29].
Termasuk metode pengajaran Al-Quran adalah penyebutan kisah-kisah. Di antaranya adalah kisah diturunkannya Adam dari surga dikarenakan muslihat dan tipu daya Iblis. Iblis, nenek moyang syaithan, sejak awal telah mengibarkan bendera peperangan dengan bersumpah untuk menyesatkan manusia dari jalan yang lurus. Allah mengisahkan ucapan Iblis:
قَالَ فَبِمَا أَغْوَيْتَنِي لَأَقْعُدَنَّ لَهُمْ صِرَاطَكَ الْمُسْتَقِيمَ * ثُمَّ لَآتِيَنَّهُمْ مِنْ بَيْنِ أَيْدِيهِمْ وَمِنْ خَلْفِهِمْ وَعَنْ أَيْمَانِهِمْ وَعَنْ شَمَائِلِهِمْ ۖ وَلَا تَجِدُ أَكْثَرَهُمْ شَاكِرِينَ
“Iblis mengatakan, ‘Karena Engkau telah menyesatkanku, aku benar-benar akan (menghalang-halangi) mereka dari jalan-Mu yang lurus,(*) kemudian aku akan datangi mereka dari muka dan dari belakang mereka, dari kanan dan dari kiri mereka. dan Engkau tidak akan mendapati kebanyakan mereka bersyukur (taat).” [Q.S. Al A’raf:16,17].
Allah menyebutkan kisah diturunkannya Adam ini di dalam beberapa tempat dalam Al-Quran. Hal ini menunjukkan penekanan atas pelajaran besar yang terkandung dalam kisah ini. Allah berfirman dalam surat Al-Baqarah:
فَأَزَلَّهُمَا الشَّيْطَانُ عَنْهَا فَأَخْرَجَهُمَا مِمَّا كَانَا فِيهِ ۖ وَقُلْنَا اهْبِطُوا بَعْضُكُمْ لِبَعْضٍ عَدُوٌّ ۖ وَلَكُمْ فِي الْأَرْضِ مُسْتَقَرٌّ وَمَتَاعٌ إِلَىٰ حِينٍ
“Lalu keduanya digelincirkan oleh syaithan dari surga itu, kemudian dikeluarkan dari keadaan semula. Dan Kami berfirman, ‘Turunlah kalian, sebagian kalian menjadi musuh bagi yang lain, dan bagi kalian ada tempat kediaman di bumi, dan kesenangan hidup sampai waktu yang ditentukan.” [Q.S. Al Baqarah:36].
Di antara hikmah dan pelajaran yang bisa kita ambil adalah:
1.Perbuatan dosa adalah penyebab terjadinya musibah. Adam yang sebelumnya bersama istri berada dalam kenikmatan dengan segala fasilitasnya di surga. Allah cabut kenikmatan tersebut karena melanggar larangan Allah, kemudian Allah turunkan ke bumi. Allah berfirman menegaskan hal ini dalam ayat yang lain,
مَا أَصَابَكُمْ مِنْ مُصِيبَةٍ فَبِمَا كَسَبَتْ أَيْدِيكُمْ وَيَعْفُو عَنْ كَثِيرٍ
“Dan apa saja musibah yang menimpa kalian adalah disebabkan oleh perbuatan tangan kalian sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahan kalian).” [Q.S. Asy Syura 30].
2.Diturunkannya Adam ke dunia sebenarnya justru menunjukkan kesempurnaan Adam sebagai makhluk. Agar ia bisa kembali ke surga dalam keadaan yang lebih baik, Allah berkehendak untuk menempa Adam beserta anak cucunya untuk merasakan kepada mereka kepayahan, keletihan, dan kesempitan hidup di dunia. Yang ini semua akan menjadikan mereka lebih menghargai dan merasakan tak ternilainya negeri akhirat.
3.Allah hendak memberikan pahala yang besar kepada anak Adam. Hal ini harus ditempuh dengan memberikan beban syariat kepada manusia, berupa perintah, larangan, dan ujian. Karenanya, Allah turunkan ke dunia sebagai tempat untuk menanggung beban dan menjalankan beban syariat yang dengannya Allah berikan balasan pahala yang berlipat-lipat.
4.Allah berkehendak untuk menjadikan sebagian manusia: nabi, rasul, para wali, dan syuhada sebagai orang yang Allah cintai dan mereka pun mencintai Allah. Kemudian Allah uji mereka dengan musuh-musuh Allah, syahwat, serta berbagai cobaan yang lainya. Tatkala mereka lebih mendahulukan kecintaan kepada Allah, berjuang menundukkan nafsu, mengorbankan harta, jiwa, dan raga untuk menggapai keridhaan dan kecintaan-Nya, maka mereka akan mendapatkan kedudukan yang mulia dengan kerasulan, kenabian, kewalian, atau kesyahidan. Jadilah derajat kerasulan, kenabian, kewalian dan kesyahidan adalah kedudukan yang paling mulia.
5.Allah berkehendak untuk memisahkan antara manusia yang baik kemudian Allah karuniakan kepada mereka surga, murni karena kemurahan dan kasih sayang-Nya, dengan manusia-manusia buruk, yang pantas ditempatkan di neraka sebagai bentuk keadilan dan kebijaksanan Allah. Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman,
لِيَمِيزَ اللَّهُ الْخَبِيثَ مِنَ الطَّيِّبِ وَيَجْعَلَ الْخَبِيثَ بَعْضَهُ عَلَىٰ بَعْضٍ فَيَرْكُمَهُ جَمِيعًا فَيَجْعَلَهُ فِي جَهَنَّمَ ۚ أُولَٰئِكَ هُمُ الْخَاسِرُونَ
“Supaya Allah memisahkan (golongan) yang buruk dari yang baik dan menjadikan (golongan) yang buruk itu sebagiannya di atas sebagian yang lain, lalu kesemuanya ditumpukkan dan dimasukkan oleh-Nya ke dalam neraka Jahannam. Mereka itulah orang-orang yang merugi.” [Q.S. Al Anfal:37]. Allahu a’lam. (Ustadz Farhan).
(disarikan dari Miftah Daris Sa’adah karya Imam Ibnul Qayyim Rahimahullah).