Sakit merupakan pelebur dosa bila ia mampu bersabar. Sakit juga merupakan alarm pengingat agar selalu kembali kepada Allah.
Semua orang diuji dengan rasa sakit. Namun, setiap manusia berbeda dalam menghadapi musibah ini.
Seorang muslim sejati akan mulia bila ia menunaikan 4 nasihat berikut ini ketika menjalani masa-masa sakitnya:
Hal ini ia lakukan karena ia yakin atas sabda Nabi ﷺ yang berbunyi,
“Sungguh menakjubkan kehidupan seorang yang beriman. Karena, segala urusannya adalah baik. Hal itu tidak akan diraih kecuali oleh mukmin saja.
Bila ia mendapatkan perkara yang membahagiakan, ia akan bersyukur. Itu akan baik baginya.
Bila ia tertimpa musibah, ia akan bersabar. Itu pun merupakan perkara terbaik untuknya.” (HR. Muslim no. 5318)
Dalam hadits lain, Nabi ﷺ juga bersabda,
“Janganlah salah seorang di antara kalian mati kecuali dalam keadaan berbaik sangka kepada Allah”. (HR. Muslim no.2877)
Ia hadirkan rasa takut dalam hati terhadap hukuman Allah atas dosa-dosanya. Namun, ia juga harus mengimbanginya dengan penuh harap akan kasing sayang Allah.
Ini semua berdasarkan hadits Nabi ﷺ :
“Bahwasanya nabi bertemu seorang pemuda yang sedang sekarat. Beliau bertanya kepadanya,
‘Bagaimana kondisimu?’ Dia menjawab, ‘Aku mengharapkan (rahmat) Allah dan aku takut dari dosa-dosaku.’
Maka, Nabi ﷺ pun bersabda,
‘Tidaklah keduanya (rasa penuh harap dan rasa takut) berkumpul pada kalbu seorang hamba pada kondisi seperti ini melainkan Allah pasti akan memberinya semua yang ia harapkan dan melindunginya dari semua kekhawatiran”. (HR. Ibnu Majah).
Sampaipun saat ia sudah tidak kuat lagi menahan derita, hendaknya ia berdoa seperti ini,
“Ya Allah hidupkanlah aku selama kehidupan itu terbaik bagiku. Dan wafatkanlah diriku, selama kematian itu baik untukku”.
Namun, bila ia belum mampu, hendaknya ia menulis wasiat.
Demikianlah 4 nasihat penting bagi orang yang sedang sakit. Siapapun itu, semoga Allah lekas memberikan kesembuhan dan balasan pahala atas kesabarannya.
Referensi: Kitab Talkhis Ahkam Al-Janaiz karya Asy-Syaikh Al-Albani rahimahullah —hal. 7
Sebagai santri, kami yakin Anda memiliki kitab favorit yang pernah dipelajari di pesantren. Nah, Anda pun bisa menulisnya di sini. Mulailah & dapatkan akun pribadi di SyababSalafy! Ketuk di sini