Syabab Salafy
Syabab Salafy oleh Admin

bolehkah memikirkan seseorang dan mencintainya diam-diam?

setahun yang lalu
baca 5 menit
Bolehkah Memikirkan Seseorang dan Mencintainya Diam-Diam?

Sebuah pertanyaan dari saudari berkebangsaan Suriah, Munirah Muhammad, dilayangkan kepada Syaikh Ibnu Baz rahimahullah.

Ia menanyakan sebuah persoalan dengan narasi sebagaimana berikut,

“Apakah mencintai dan memikirkan seseorang yang belum menikah diharamkan dalam Islam, meskipun orang tersebut tidak tahu?”.

Sementara itu, Saudari Maryam Muhammad juga memiliki pertanyaan yang serupa,

“Dalam beberapa waktu terakhir, sering kali terjadi bahwa para gadis bertukar pesan dengan para pemuda, dengan alasan cinta seperti yang dikatakan, yaitu “cinta yang suci”. Bagaimana sikap Islam dan kaum Muslimin tentang hal ini? Semoga Allah memberikan petunjuk kepada Anda.”

Maka, Syaikh Ibnu Baz rahimahullah menjawab,

التفكير في الأزواج، وتفكير الشباب في
الزوجات، حتى يلتمس الزوجة الصالحة، وحتى يلتمس البيت الصالح، والبيئة الصالحة هذا محق
Memikirkan calon pasangan, atau para pemuda memikirkan tentang calon istri mereka, agar dapat
  1. Menemukan istri yang shalihah
  2. Bisa membangun rumah tangga yang baik
  3. dan meraih lingkungan yang kondusif
adalah sesuatu yang diperlukan dan sah.
وإذا ظهر له أن فلانة صالحة تناسبه، وأحبها قلبه لا حرج عليه في هذا؛ لأن الحب أمر قهري
Jika seseorang merasa bahwa ada wanita shalihah yang cocok dengannya dan dia mencintainya secara tulus, maka tidak ada masalah dalam hal ini. Karena, rasa cinta adalah sesuatu yang tak terelakkan.
كذلك إذا عرفت بالمراسلة أو بالهاتف أن رجلاً يصلح لها لدينه واستقامته، وأحبت أن تتزوجه على الوجه الشرعي، فلا حرج في ذلك،
Begitu juga, jika ada wanita yang mengetahui melalui surat atau telepon bahwa ada pria yang saleh dan cocok dengannya secara agama dan mendukung keistiqamahannya, lalu dia ingin menikahinya secara syar’i, maka tidak ada masalah dalam hal ini.
لكن يجب الابتعاد عن أسباب الفساد، يجب الابتعاد عن أسباب اللقاء المشبوه، واللقاء المحرم، إنما يكون تعاطي أسباب شرعية
Namun, seseorang harus menjauhi segala jenis tindakan yang dapat menyebabkan kerusakan, seperti
  1. Bertemu secara rahasia dan melanggar aturan
  2. atau bertemu dalam situasi yang dilarang secara agama.
Sebaliknya, interaksi harus dilakukan melalui cara-cara yang sesuai dengan norma agama.
مثل: المكاتبة لوليها، والتحدث معه من طريق الهاتف أنه يريد فلانة
Seperti berkomunikasi dengan wali perempuan melalui surat atau telepon dan menyatakan keinginannya untuk menikahi wanita tersebut.
وكذلك هي بنفسها كونها تكتب لمن ترى من أقاربها، كأبيها أو وليها الآخر، يعني: يتسببون في النكاح هذا بالطريقة الشرعية فلا بأس
Demikian pula, seorang wanita boleh menulis surat kepada keluarganya sendiri; seperti ayah atau wali lainnya untuk membantu menjodohkan mereka secara halal.
الحاصل أن بذل الأسباب الشرعية في النكاح لا بأس به، سواء كان من طريق الهاتف، أو من طريق الكتابة مع الشاب، أو مع أبيه، أو مع من لهم يعني صلة به حتى يشفعوا

Kesimpulannya, mengerahkan segenap upaya yang sesuai dengan norma agama untuk menikah tidaklah mengapa.

Baik itu dilakukan melalui telepon, mengirimkan pesan (secara langsung) kepada lelaki, atau kepada ayahnya, maupun kepada kerabat dari lelaki tersebut yang dapat menjadi perantara mereka.

وهو كذلك يكتب إلى أبيها وإلى أخيها حتى يحصل الزواج
Demikian pula sebaliknya, seorang laki-laki dapat mengirimkan pesan kepada ayah si wanita atau saudaranya agar pernikahan tersebut berhasil terwujud.
ولكن لا يكون لقاء محرم، بل من بعيد إلى بعيد، فلا تخلو به ولا يخلو بها، ولا يتكلمان بالفحش في الهاتف ولا في الرسائل، وإنما بالكلام الطيب، وبيان رغبتها فيه، ورغبته فيها بالوجه الشرعي،

Namun, tidak boleh ada pertemuan yang haram, bahkan meskipun hanya dari kejauhan, mereka tidak boleh berduaan. Dilarang juga saling bercakap dengan bahasa yang tidak sopan baik melalui telepon ataupun pesan teks. Ia harus menggunakan tutur kata yang sopan, serta menyatakan keinginan untuk menikah secara syar’i.

تقول له: اخطبني من أبي، من أخي، من كذا، وهو يقول: أنا أريد يعني الزواج بك، فإذا كنت راغبة أن أكتب لأبيك أو أخيك ونحو ذلك،

Wanita tersebut dapat mengatakan kepadanya, “Lamarlah aku dengan meminta izin ayahku, saudaraku, atau orang lain,”.

Lelaki juga dapat mengatakan, “Aku ingin menikahimu, bila engkau bersedia, aku akan berkirim surat kepada ayah, saudaramu, dan semisalnya”.

المقصود أن هذا الشيء سواء من طريق الهاتف أو الرسائل إذا كان على وجه شرعي وبالطرق الشرعيةوليس يقصد أحدهما إلا هذا، فلا حرج فيه
Intinya, bila hal seperti ini dilakukan baik melalui telepon atau pesan teks dengan cara dan metode yang sesuai dengan norma agama, dan tidak ada tujuan lain selain untuk melangsungkan pernikahan, maka hal tersebut tidak mengapa.
أما إذا كان بالطرق الأخرى، بأن يتواعدا في الأماكن الخطيرة، أو يتكلمان بالرسائل أو بالهاتف بما لا ينبغي من الفحش، أو ما أشبه ذلك، فهذا لا يجوز
Namun, bila dilakukan dengan cara-cara yang melanggar norma agama, seperti berjanjian untuk bertemu di tempat-tempat yang mengkhawatirkan, atau keduanya saling berkirim pesan atau telepon dengan tutur kata yang tidak pantas, maka hal semisal ini tidak diperolehkan.

Referensi: Website resmi Syaikh Ibnu Bazrahimahullah