✍ Al-Ustadz Muhammad bin ‘Umar As-Sewed –hafidzahullah–
Saya tidak ingin menuduh pihak manapun. Tidak pula menghukumi pihak manapun. Tetapi saya hanya ingin menyampaikan nasihat. Dalam rangka tawashi bil haq wa tawashi bis shabr.
Agar yang menyelisihi kebenaran kembali kepada yang hak, sedangkan yang terdhalimi tetap bersabar dan tidak membalas kejelekan dengan kejelekan yang sama.
Kalimat saya “PERUSAK-PERUSAK SHULUH” hanya mengungkapkan kriteria yang harus kita tinggalkan. Bukan menta’yin “sifulan” atau “si ‘illan”.
Kalau memang kita menginginkan shuluh yang hakiki maka hendaklah kita mengindari perusak-perusak shulh diantaranya:
Pertama, bergerilya menjelekkan Asatidzah di majelis-majelis khusus. Dengan alasan “mengungkap hakikat”.
Padahal diantara point shulh adalah untuk tidak menjelekkan dan menjatuhkan pihak lain.
Kedua, memaksakan kehendak tanpa musyawarah dengan pihak yang lain.
Padahal Allah berfirman:
وَأَمْرُهُمْ شُورَىٰ بَيْنَهُمْ
“.. Sedang urusan mereka (diputuskan) dengan musyawarah diantara mereka.” (Asy-Syura : 39)
Ketiga, taklid dengan satu Syaikh sedangkan yang lain menyelisihi.
قال في نصيحة لدور الحديث في المغرب بتأريخ ٢٨صفر(ألا يتابعوا شيخا واحدا بقية المشايخ يخالفونه)
Syaikh Rabie’ –hafidzahullah– berkata dalam nasihatnya kepada Daarul Hadits di Maroko tgl 28 Shafar: “…agar mereka jangan mengikuti satu Syaikh saja, sedangkan Masyayikh yang lain menyelisihinya”.
Sumber: http://rsalafs.com/?p=4225
Keempat, mengungkit perkara yang sudah lewat dalam keadaan pelakunya sudah bertaubat daripadanya.
Kalau mau diungkit semua perkara yang seorang sudah bertaubat daripadanya, niscaya tidak akan ada yang selamat.
Apalagi berkait dengan kehormatan seseorang, maka kita diperintah untuk saling menjaga kehormatan dan tidak saling membongkar aib seseorang. Apalagi yang dia sudah bertaubat daripadanya.
ودليل ذلك ما أخرجه الإمام أحمد، وأبو داود من حديث أبي برزة الأسلمي رضي الله عنه، عن النبي صلى الله عليه وسلم قال: ((يَا مَعْشَرَ مَنْ آمَنَ بِلِسَانِهِ وَلَمْ يَدْخُلْ الْإِيمَانُ قَلْبَهُ لَا تَغْتَابُوا الْمُسْلِمِينَ وَلَا تَتَّبِعُوا عَوْرَاتِهِمْ فَإِنَّهُ مَنْ اتَّبَعَ عَوْرَاتِهِمْ يَتَّبِعُ اللَّهُ عَوْرَتَهُ وَمَنْ يَتَّبِعْ اللَّهُ عَوْرَتَهُ يَفْضَحْهُ فِي بَيْتِهِ)). ( رواه أحمد و أبو داود ) و قال الشيخ الألباني: حسن صحيح (المشكاة ( 5044 / التحقيق الثاني ) ، التعليق الرغيب ( 3 / 177 )
Diantara dalilnya adalah apa yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad dan Abu Dawud dari Hadits Abi Barzah Al-Aslami –Radhiyallahu ‘anhu-, dari Nabi –shalallahu alaihi wa sallam-, bahwa beliau bersabda: “Wahai orang-orang yang beriman dengan lidahnya dan belum masuk iman dalam hatinya, jangan kalian menghibahi kaum Muslimin! Dan jangan mencari-cari/mengungkit aib-aib mereka. Karena siapa yang mencari-cari/mengungkit aib saudaranya sesama muslim, Allahpun akan mengungkit aibnya. Dan siapa yang diungkit aibnya oleh Allah maka akan dipermalukan dia walaupun ditengah rumahnya.” (HR Ahmad dan Abu Dawud)
Berkata Asy-Syaikh Al-Albani -rahimahullah- : Hasan Shahih (Al-Misykah 5044) dan Shahih At-Targhib wa Tarhib (3/177)
Kelima, berdusta dan membuat cerita dusta dalam rangka menjatuhkan pihak yang lain.
Yang sering terjadi biasanya karena prasangka-prasangka yang diyakini kebenarannya. Padahal prasangka dan tuduhan tanpa bukti adalah sejelek-jelek kedustaan.
Rasulullah –Shallallahu ‘alaihi wa sallam– bersabda-:
إِيَّا كُمْ وَالظَّنَّ فَإِنَّ الظَّنَّ أَكْذَبُ الْحَدِيْثِ وَلاَ تَحَسَّسُوا وَلاَ تَجَسَّسُوا وَلاَ تَحَاسَدُوا وَلاَتَدَابَرُوا وَلاَتَبَاغَضُوا وَكُوْنُواعِبَادَاللَّهِ إحْوَانًا
“Berhati-hatilah kalian dari tindakan berprasangka buruk, karena prasangka buruk adalah sedusta-dusta ucapan. Janganlah kalian saling mencari berita kejelekan orang lain, saling memata-matai, saling mendengki, saling membelakangi, dan saling membenci. Jadilah kalian hamba-hamba Allah yang bersaudara.” (H.R Bukhori)
Keenam, mengangkat satu ‘Ulama dan menjatuhkan para ‘Ulama yang lain tanpa hujjah yang jelas dan bukti-bukti.
قال الشيخ ربيع حفظه الله للأخ الفاضل عبد الواحد المغربي في اليوم الثاني من ربيع الآخر : ( هذا الذي تقلدونه ما عنده ولا حجة ، يطعن في السلفيين بلا حجة ، والذي يرد على السلفي ينبغي أن يكون صاحب حجة وأدلة وبراهين ، وهذا الذي يطعن لم يأت بشيء ) وهذا الكلام كان موجها لأهل المغرب بل قال الشيخ لعبد الواحد: ( بلغهم وأكد عليهم هذا الذي قلت ).
Berkata syaikh Rabie’ –hafidzahullah– kepada akhil fadhil Abdul Wahid Al-Maghribi, dihari kedua bulan Rabie’ul Akhir : “Orang yang kalian taklid kepadanya, dia tidak punya hujjah. Mereka mencerca salafiyyin tanpa hujjah. Siapa yang membantah seorang Salafi semestinya dia membawa hujjah, dalil-dalil dan bukti-bukti. Sedangkan mereka yang mencerca tidak membawa apapun”
Ucapan beliau ini kepada ikhwan Maroko, kemudian beliau berkata kepada Abdul Wahid Al-Maghribi:“Sampaikan pada mereka dan tegaskanlah apa yang aku katakan!”
Kalau kita benar-benar ingin shulh dan kembali merajut ukhuwwah, maka hendaklah kita meninggalkan perusak-perusak ukhuwwah dan perusak-perusak shulh. Hendaklah kita mengakui kesalahan kita masing-masing, beristighfar kepada Allah, kemudian meminta maaf satu-sama-lain.
Setelah itu kita membuka lembaran baru dengan musyawarah diatas Kitab dan Sunnah.
Wallahu A’lam.