▶ Perintah untuk mencari ilmu telah jelas ada dalam Al-Qur’an dan As-Sunnah.
Allah telah memerintahkannya dengan kalimat:
{فَاعْلَمْ أَنَّهُ لَا إِلَٰهَ إِلَّا اللَّهُ وَاسْتَغْرْ لِفِذَنبِكَ}
“Maka ketahuilah, bahwa sesungguhnya tidak ada Ilah (Yang berhaq) disembah melainkan Allah dan mohonlah ampunan bagi dosamu”. (Muhammad : 19)
Bahkan Allah tidak memerintahkan kita untuk meminta tambahan sesuatu di dunia ini kecuali tambahan ilmu :
( وَقُلْ رَبِّ زِدْنِي عِلْمًا ( طه: ١١٤
“Dan katakanlah: “Wahai Rabbku, tambahkanlah ilmu kepadaku”.(Thaaha:114)Rasulullah -shallallahu’alaihi wa sallam- pun telah mewajibkan kaum mulimin untuk mencari ilmu dengan ucapannya :
طَلَبُ الْعِلْمِ فَرِيضَةٌ عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍ
“Menuntut ilmu merupakan kewajiban bagi setiap muslim”. (H.R. Ibnu Majah dan dishahihkan oleh Syaikh Al-Albani dalam Shahih wa dhaif Sunan ibnu Majah 1/296)
Beliau menjelaskan keutamaan pahala menuntut ilmu dengan mengatakan :
إِذَا مَاتَ الْإِنْسَانُ انْقَطَعَ عَمَلُهُ إِلَّا مِنْ ثَلَاثَةٍ مِنْ صَدَقَةٍ جَارِيَةٍ وَعِلْمٍ يُنْتَفَعُ بِهِ وَوَلَدٍ صَالِحٍ يَدْعُو لَهُ
“Jika seorang manusia meninggal dunia, maka terputuslah amalnya kecuali tiga perkara; Shadaqah jariyah, ilmu yang bermanfaat dan anak shalih yang mendo’akannya”.(H.R. Muslim, Bukhari dalam Adabul Mufrad dan lainnya )
Dan masih banyak lagi ayat-ayat dan hadits-hadits yang mewajibkan, memerintahkan, dan mendorong kaum muslimin untuk mencari ilmu.
Maka para ulama sejak para Shahabat, para Tabi’in dan para Tabi’it-Tabiin dan seluruh para Imam-Imam Ahlus-Sunnah selalu mengajak dan menganjurkan kaum muslimin untuk mencari ilmu.
? Berkata Muadz bin Jabal -radhiallahu ‘anhu-: “Atas kalian untuk mencari ilmu karena sesungguhnya mencarinya adalah ibadah, mempelajarinya karena Allah adalah suatu kebaikan, usahanya kepada para ulama adalah taqorub, mengajarkannya kepada yang tidak mengetahuinya adalah shadaqoh, meneliti dan membahasnya adalah jihad, mengingat ayat-ayat-Nya adalah tasbih (dzikir)”. (Majmu Fatawa 4/42 melalui penukilan Kitab Lamuduril Mantsur hal. 67)
? Berkata Ibnu Mas’ud -radhiallahu ‘anhu-: “Atas kalian untuk mencari ilmu sebelum dicabutnya ilmu, dicabutnya ilmu adalah dengan hilangnya para Ulama. Atas kalian untuk mencari ilmu karena sesungguhnya salah seorang kalian tidak tahu kapan dia butuh pada apa yang ada pada para Ulama tersebut. Sebentar lagi kalian akan dapati orang-orang yang mengaku berdakwah kepada Kitabullah padahal ia telah melemparkannya di belakang punggung-punggung mereka. Maka atas kalian untuk mencari ilmu”. (Ushul I’tiqad oleh Al-Laalika’i 1/87 melalui penukilan Kitab Lamuduril Mantsur hal. 68)
? Berkata Abu Dzar dan juga Abu Hurairah -radhiallahu’anhuma-: “Satu bab dari ilmu yang kami pelajari lebih kami sukai daripada seribu rakaat Shalat Sunnah. Satu bab dari ilmu yang kami ketahui -telah diamalkan atau belum diamalkan- lebih kami sukai daripada seratus rakaat Shalat Sunnah”.(Jami Bayanil Ilmi hal.79 melalui penukilan Kitab Lamuduril Mantsur hal. 68)
? Berkata Ibnu Mas’ud -radhiallahu ‘anhu-: “Sungguh aku duduk di majelis fiqih (yakni majelis ilmu) sesaat saja, lebih aku sukai daripada puasa sehari dan shalat semalaman”. (Al-Adabus-Syariah 2/41 melalui penukilan Kitab Lamuduril Mantsur hal. 68)
? Berkata Ibnu Abbas -radhiallahu ‘anhuma-: “Mengakaji ilmu sesaat saja lebih aku sukai daripada menghidupkan semalaman dengan ibadah”. (Al-Adabus-Syariah 2/41 melalui penukilan Kitab Lamuduril Mantsur hal. 68)
? Berkata Said Bin Jubair -rahimahullah-: “Seseorang akan tetap dikatakan berilmu selama dia belajar, ketika dia meninggalkan belajar dan merasa sudah cukup dengan apa yang dia punyai, maka dia menjadi sebodoh-bodoh manusia”.(Al-Fawaidul-Muntaqoh hal.29 melalui penukilan Kitab Lamuduril Mantsur hal. 69)
? Berkata Abul Aswad Ad-Duali -rahimahullah-: “Tidak ada sesuatu yang lebih tinggi daripada ilmu, para penguasa adalah pengatur masyarakat, sedangkan para ulama menghukumi para penguasa “. (Tadzkiratus-Saami’ hal.34 melalui penukilan Kitab Lamuduril Mantsur hal. 69)
? Berkata Yahya bin Muadz Ar-Raazi -rahimahullah-: “Orang-orang yang berilmu adalah orang yang paling sayang terhadap ummat Nabi Muhammad -shallallahu’alaihi wa sallam- lebih daripada bapak-bapak dan ibu-ibu mereka. Ditanyakan kepadanya :”Bagaimana bisa begitu?”. “Karena bapak-bapak dan ibu-ibu mereka melindung mereka dari api dunia (bahaya dunia), sedangkan para ulama menjaga mereka dari bahaya api akhirat”. (Mukhtashar Nashihah Ahlul-Hadits hal.167 melalui penukilan Kitab Lamuduril Mantsur hal. 69)
? Berkata Wahb ibnu Munabbih -rahimahullah-: “Ilmu akan membuahkan kemuliaan walaupun pemiliknya orang yang rendah, membuahkan kehormatan walaupun pemiliknya dari kalangan terhina, membuahkan kedekatan (dengan Allah) walaupun dia hidup menyendiri, kekayaan walaupun dia miskin, membuahkan kewibawaan walaupun dia orang yang rendah hati”. (Tadzkiratus-Saami’ hal.34 melalui penukilan Kitab Lamuduril Mantsur hal. 70)
? Berkata Imam Muhammad bin Idris Asy-Syafi’i dan juga Sufyan bin Said Ats-Tsauri -rahimahumallah-: “Tidak ada sesuatu setelah kewajiban-kewajiban yang lebih utama dari ilmu”. (Tadzkiratus-Saami’ hal.36 melalui penukilan Kitab Lamuduril Mantsur hal. 70)
Berkata Imam Asy-Syafi’i -rahimahullah-: “Mencari ilmu lebih utama daripada Shalat-Shalat Sunnah”. (Musnad Asy-Syafi’i hal.249 melalui penukilan Kitab Lamuduril Mantsur hal.70)
? Berkata Sufyan Ats-Tsauri -rahimahullah-: “Celaka kalian! Carilah ilmu! Sungguh aku khawatir ilmu akan pergi dari kalian kepada selain kalian, maka kalian akan menjadi terhina. Carilah ilmu! sesungguhnya ilmu merupakan kemuliaan di dunia dan kemuliaan di akhirat”. (Jami’ Bayanil-Ilmi hal.96 melalui penukilan Kitab Lamuduril Mantsur hal. 71)
? Sumber : Risalah Dakwah Manhaj Salaf Edisi 34/th.IV 21 Djulhijjah 1429 H/19 Desember 2008 M