Oleh :
? Al Ustadz Muhammad bin Umar As-Sewed -hafidzahullah-
▶ Termasuk iman kepada Allah adalah iman kepada nama dan sifat-sifat-Nya yang Allah kenalkan di dalam Al-Quran dan yang dijelaskan oleh Rasulullah -shalallahu ‘alaihi wa sallam- dalam hadits-hadits yang shahih.
❗Dalam berimanan terhadap nama dan sifat-sifat Allah kita harus ingat beberapa dasar penting sebagai pijakan :
1. Al-Quran diturunkan dengan bahasa Arab, maka jangan memahami atau mena’wilkan makna-makna kalimat dalam Al-Quran dengan sesuatu yang keluar dari kaidah-kaidah bahasa Arab atau makna-makna bahasa Arab, sehingga semua nama dan sifat-sifat yang Allah sebutkan dalam Al-Quran atau hadits Rasulullah -shalallahu ‘alaihi wa sallam- harus dipahami sesuai dengan makna dan kaidah – kaidah bahasa Arab.
? Allah berfirman :إِنَّا أَنْزَلْنَاهُ قُرْآنًا عَرَبِيًّا لَعَلَّكُمْ تَعْقِلُونَ
“Sesungguhnya Kami menurunkannya berupa Al-Qur’an dengan berbahasa Arab, agar kamu memahaminya”. (Yusuf:2)
كِتَابٌ فُصِّلَتْ آيَاتُهُ قُرْآنًا عَرَبِيًّا لِقَوْمٍ يَعْلَمُونَ
“Kitab yang dijelaskan ayat-ayatnya, yakni bacaan dalam bahasa Arab, untuk kaum yang mengetahui”. (Fushilat : 3)
إِنَّا جَعَلْنَاهُ قُرْآنًا عَرَبِيًّا لَعَلَّكُمْ تَعْقِلُونَ
“Sesungguhnya Kami menjadikan Al-Qur’an dalam bahasa Arab supaya kamu memahami (nya)”. (Az-Zukhruf : 3)
وَكَذَٰلِكَ أَنْزَلْنَاهُ قُرْآنًا عَرَبِيًّا وَصَرَّفْنَا فِيهِ مِنَ الْوَعِيدِ لَعَلَّهُمْ يَتَّقُونَ أَوْ يُحْدِثُ لَهُمْ ذِكْرًا
“Dan demikianlah Kami menurunkan Al- Qur’an dalam bahasa Arab, dan Kami telah menerangkan dengan berulang kali di dalamnya sebahagian dari ancaman, agar mereka bertakwa atau (agar) Al- Qur’an itu menimbulkan pengajaran bagi mereka”. (Thoha : 113)
2. Allah -Subbhanahu wa Ta’ala- adalah Dzat yang ghaib tidak bisa dikenali dengan panca indera manusia. Sehingga kita tidak bisa mengenali Allah kecuali dengan apa yang Allah dan Rasul-Nya sampaikan. Maka jangan terlalu berani / lancang menebak-nebak sifat Allah dengan akal pikirannya sendiri. Allah berfirman :
الَّذِينَ يُؤْمِنُونَ بِالْغَيْبِ
“(Yaitu) mereka yang beriman kepada yang ghaib…”(Al-Baqoroh : 3)
? Maka kita tidak perlu membayangkan seperti apa dan bagaimana, karena yang ada di benak kita hanyalah apa yang pernah kita lihat, yang pernah kita dengar, yang kita rasakan dan yang telah kita raba dengan panca indera kita. Sedangkan Allah ghaib, tidak pernah didengar suaranya oleh telinga, tidak pernah dilihat oleh mata dan tidak bisa diraba oleh panca indera.
3. Allah -Subhanahu wa Ta’ala- tidak sama dengan makhluk-Nya sehingga walaupun kita memahami secara dhohir dari nama dan sifat-sifat tersebut, kita tetap meyakini tidak sama dengan makhluknya. Dengan kata lain walaupun sama lafadznya dengan apa yang ada pada makhluk seperti tangan Allah, pendengaran Allah, pengelihatan Allah, wajah Allah dan lain-lain. Kita tetap meyakini bahwa tangan Allah tidak sama dengan tangan makhluk-Nya, pendengaran-Nya tidak sama dengan pendengaran makhluk-Nya, pengelihatan-Nya tidak sama dengan pengelihatan makhluk-Nya, wajah-Nya tidak sama dengan wajah makhluk-Nya dan seterusnya.
لَيْسَ كَمِثْلِهِ شَيْءٌ ۖ وَهُوَ السَّمِيعُ الْبَصِيرُ
“Tidak ada sesuatupun yang serupa dengan Dia, dan Dia-lah Yang Maha Mendengar lagi Maha Melihat”. (Asy-Syuraa:11)
? Maka semua nama-nama dan sifat-sifat Allah kita imani sesuai dengan maknanya secara dhahir, tidak menyelewengkan kepada makna lain, tidak menolaknya, tidak pula mempertanyakan dan membayang-bayangkan seperti apa dan tetap meyakini bahwa nama-nama dan sifat-sifat-Nya tidak sama dengan makhluk-Nya.
? Risalah Dakwah Manhaj Salaf Edisi 19/th.IV 03 Jumadil Ula 1429 H / 09 M e i 2008 M