أَلَمْ تَرَ كَيْفَ ضَرَبَ اللَّهُ مَثَلًا كَلِمَةً طَيِّبَةً كَشَجَرَةٍ طَيِّبَةٍ أَصْلُهَا ثَابِتٌ وَفَرْعُهَا فِي السَّمَاءِ تُؤْتِي أُكُلَهَا كُلَّ حِينٍ بِإِذْنِ رَبِّهَا ۗ وَيَضْرِبُ اللَّهُ الْأَمْثَالَ لِلنَّاسِ لَعَلَّهُمْ يَتَذَكَّرُونَ
“Tidakkah kamu perhatikan bagaimana Allah telah membuat perumpamaan kalimat yang baik seperti pohon yang baik, akarnya teguh dan cabangnya (menjulang) ke langit. Pohon itu memberikan buahnya pada setiap musim dengan seizin Rab-nya. Allah membuat perumpamaan-perumpamaan itu untuk manusia supaya mereka selalu ingat. (Ibrahim: 24-25).
Maka mari kita simak pembahasan tentang keimanan berikut ini…semoga bermanfaat, barakallahu fiikum.
Keimanan
? Iman yang secara bahasa bermakna percaya, di dalam syariat bermakna sangat luas sekali. Mencakup kepercayaan dan keyakinan tentang ke-esaan Allah -Subhanahu wa Ta’ala- dalam Uluhuiyah-Nya, Rububiyah-Nya serta nama-nama dan sifat-Nya.
✔ Termasuk juga kepercayaan kepada seorang yang diutus sebagai rasul yaitu Nabi kita Muhammad -shalallahu ‘alaihi wa sallam-. Dan juga mencakup kepercayaan kepada semua apa yang diberitakan oleh Allah dan Rasul-Nya di dalam Al-Qur’an dan Hadits-Hadits yang Shahih.
? Tentunya lawan dari keimanan adalah kekufuran yang bermakna pengingkaran dan ketidakpercayaan.
✅ Maka barangsiapa yang percaya dengan semua yang kita sebut diatas adalah mukmin dan barangsiapa yang tidak percaya dan mengingkarinya maka dia kafir. Namun tidak hanya hitam dan putih, disana ada abu-abu, dari yang mendekati keimanan sempurna sampai yang mendekati kekufuran.
?Yang demikian karena termasuk di dalam makna keimanan adalah pembenaran dan pembuktian dengan ucapan dan perbuatannya sehingga seorang yang hatinya telah percaya dengan ke-esaan Allah dan kerasulan Nabi-Nya, tetapi tidak mau mengikrarkan dua kalimat Syahadat dengan lisannya, dia tetap kafir dan tidak dikatakan Mukmin.
⛔ Demikian pula seorang yang katanya memiliki kepercayaan dalam hatinya dan mengucapkan ikrar dengan lisannya tetapi dalam prakteknya dia beribadah kepada selain Allah -Subhanahu wa Ta’ala- atau mengikuti nabi lain selain Rasulullah -shalallahu ‘alaihi wa sallam-, maka dia tetap kafir. Sehingga yang dikatakan iman adalah mencakup keyakinan dalam hati, ikrar dengan lisan dan pembuktian dengan amal.
〽 Semakin sempurna pembuktian tersebut semakin sempurna keimanan seseorang, jika berkurang maka berkurang pula keimanannya.
?Karena itulah iman seseorang tidak sama dengan orang lainnya; ada yang tinggi, ada yang lemah, ada yang yakin dan ada pula yang setengah-setengah. Yang demikian karena perbedaan amalan-amalan mereka, dan juga perbedaan tingkat kepercayaan mereka kepada Allah dan Rasul-Nya dan berita-berita yang tersebut dalam Al-Quran dan As-Sunnah.
⚖ Iman akan bertambah dengan amalan shalih; apakah amalan anggota badan, amalan lisan ataupun amalan hati.
? Risalah Dakwah Manhaj Salaf Edisi 16/th.IV 27 Robiul awwal 1429 H/24 April 2008 M