Oleh :
? Al Ustadz Muhammad bin Umar As-Sewed –hafidzahullah–
MENERIMA KEPUTUSAN HUKUM NABI -shallallahu’alaihi wa sallam-
Termasuk taat kepada Rasulullah -shallallahu’alaihi wa sallam- adalah menerima keputusan-keputusan hukum Rasulullah -shallallahu’alaihi wa sallam- dengan lapang dada, tidak ada rasa berat apalagi menolak. Allah berfirman :
“Maka demi Rabbmu, mereka (pada hakekatnya) tidak beriman hingga mereka menjadikan kamu hakim dalam perkara yang mereka perselisihkan, kemudian mereka tidak merasa keberatan dalam hati mereka terhadap putusan yang kamu berikan, dan mereka menerima dengan sepenuhnya”.(An-Nisa’:65)
Dalam ayat diatas Allah bersumpah dengan namanya bahwa seseorang tidak dikatakan beriman hingga dia menjadikan Rasulullah sebagai hakim yang memutuskan keputusan-keputusan hukum diantara mereka, kemudian menerimanya sepenuh hati.
Allah juga berfirman:
“Sesungguhnya jawaban orang-orang mu’min, bila mereka dipanggil kepada Allah dan rasul-Nya agar rasul menghukum (mengadili) di antara mereka ialah ucapan.” “Kami mendengar dan kami patuh.” Dan mereka itulah orang-orang yang beruntung”. (An-Nuur:51)
HIKMAH TAAT KEPADA RASULULLAH –shallallahu’alaihi wa sallam–
Allah -Ta’ala- berfirman :
“Jika kamu ta`at kepadanya, niscaya kamu mendapat petunjuk. Dan tidak lain kewajiban rasul itu melainkan menyampaikan (amanat Allah) dengan terang”.(An-Nuur:54)
Allah -Ta’ala- berfirman :
“Hai orang-orang yang beriman, penuhilah seruan Allah dan seruan Rasul apabila Rasul menyeru kamu kepada suatu yang memberi kehidupan kepada kamu, dan ketahuilah bahwa sesungguhnya Allah membatasi antara manusia dan hatinya”.(Al-Anfal:24)
Allah -Ta’ala- berfirman :
“Dan barangsiapa menta`ati Allah dan Rasul-Nya, maka sesungguhnya ia telah mendapat kemenangan yang besar”.(Al-ahzab:71)
Allah -Ta’ala- berfirman :
“Dan dirikanlah sembahyang, tunaikanlah zakat, dan ta`atlah kepada rasul, supaya kamu diberi rahmat”.(An-Nuur:56)
Allah -Ta’ala- berfirman :
“Dan barangsiapa yang menta`ati Allah dan Rasul (Nya), mereka itu akan bersama-sama dengan orang-orang yang dianugerahi ni`mat oleh Allah, yaitu: Nabi-nabi, para shiddiiqiin, orang-orang yang mati syahid dan orang-orang saleh. Dan mereka itulah teman yang sebaik-baiknya”.(An-Nisaa’:69)
ANCAMAN BAGI YANG TIDAK MENTAATI NABI –shallallahu’alaihi wa sallam–
Dalam ayat-ayat lain Allah -Subhanahu wa Ta’ala- mengancam orang-orang yang tidak mau tunduk dan taat kepada Rasul-Nya, diantaranya berupa :
Allah -Ta’ala- berfirman :
“Dan barangsiapa yang berpaling niscaya akan diazab-Nya dengan azab yang pedih”.(Al-Fath:17)
Allah -Ta’ala- berfirman :
“Barangsiapa bermaksiat kepada Allah dan Rasul-Nya maka sungguhlah dia telah sesat, sesat yang nyata”.(Al-Ahzab:36)
Allah -Ta’ala- berfirman :
“Katakanlah: “Ta`atilah Allah dan Rasul-Nya; jika kamu berpaling, maka sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang kafir”.(Ali Imran :32 )
“Dan barangsiapa yang mendurhakai Allah dan Rasul-Nya dan melanggar ketentuan-ketentuan-Nya, niscaya Allah memasukkannya ke dalam api neraka sedang ia kekal di dalamnya; dan baginya siksa yang menghinakan”.(An-Nisaa’:14)
Allah -Ta’ala- berfirman :
“Hai orang-orang yang beriman, ta`atlah kepada Allah dan ta`atlah kepada rasul dan janganlah kamu menggugurkan amal-amalmu”.(Muhammad:33)
Allah -Ta’ala- berfirman :
“Maka hendaklah orang-orang yang menyalahi perintah Rasul takut akan ditimpa fitnah”.( An-Nuur:63)
Berkata Imam Ahmad -rahimahullah- : “Tahukah kalian apa itu fitnah? fitnah itu adalah kesyirikan“.(Fathul-Majid)
Ancaman pada ayat diatas adalah kesesatan di dunia dan adzab di akhirat. Apakah ada yang lebih mengerikan dari kesesatan di dunia ini? Musibah sebesar apapun jika agama masih lurus niscaya berakhir dengan kebahagiaan, dimulai dengan husnul khotimah, kemudian kebahagiaan di alam Barzakh, lalu ketentraman dan kebahagiaan di dalam Jannah dengan keridhoan Allah -Subhanahu wa Ta’ala-. Namun sebaliknya jika musibah itu dalam agama berupa kesesatan dan kekufuran maka semakin sehat badannya, maka semakin semangat dalam kesesatannya, dan semakin kaya, maka semakin mudah mendapatkan fasilitas untuk kesesatannya, sampai berakhir dengan su’ul khotimah dan adzab di akhirat.
Karena itulah kita diperintahkan untuk berlindung dari musibah pada agama.
“…Janganlah Engkau jadikan musibah pada agama kami…”.( H.R. Tirmidzi)
Sedangkan adzab yang paling mengerikan di akhirat adalah nereka jahannam. Berarti ancaman-ancaman di atas adalah ancaman dengan musibah yang paling mengerikan di dunia dan yang paling mengerikan di akhirat.
Sumber :
? Risalah Dakwah Manhaj Salaf Edisi 27 / th.IV –20 Sya’ban 1429 H / 22 Agustus 2008 M