السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
?ULAMA KITA BUKAN BERHALA
Ada saja tuduhan dari orang-orang yang asal bunyi (asbun) dalam menentang dakwah tauhid ini. Caci-maki, hujatan, hingga fitnah sudah menjadi menu keseharian bagi “Ahlul Asbun”. Yang paling asbun adalah tuduhan bahwa sejumlah ulama dituding sebagai berhala kaum Wahabi. Na’udzubillah.
Memahami apa itu Wahabi saja masih belepotan, bisa-bisanya tudingan keji itu terlontar oleh mereka yang mengaku sebagai “Ahlus Sunnah wal Jamaah”. Sebagai “Ahlus Sunnah”, semestinya mereka mengagungkan sunnah. Tetapi, alih-alih mengagungkan sunnah, mereka acap berada di barisan terdepan dalam mengolok-olok sunnah dan gandrung dengan ritual-ritual bid’ah (dan syirik), termasuk ritual-ritual yang bersumber dari agama Hindu, na’udzubillah.
Dalam menyikapi ulama, Ahlus Sunnah bukanlah orang yang membabi buta, bukan orang yang membebek alias taklid seperti orang-orang “asbun” tadi. Berfatwa nyeleneh bahkan menjurus kufur justru diikuti, dibela mati-matian, dianggap wali, dan kuburannya dikeramatkan. Kalau begitu, siapa yang lebih pantas disebut memberhalakan❓
Ahlus Sunnah juga bukan orang yang gemar mengultuskan. Percaya diri menggelari tokoh tertentu dengan “asy-Syahid”, menganggap imam seorang tokoh hanya karena tokoh itu meletup-letup kebenciannya terhadap Amerika Serikat dan mengampanyekan terorisme, atau menyematkan gelar ahli fatwa terhadap tokoh yang hanya tahu soal “politik”. Kapasitas keilmuan, seperti ilmu hadits, akidah, tafsir, fikih, dll., menjadi tidak penting lagi.
Yang dipegangi Ahlus Sunnah sejatinya adalah kebenaran, bukan individunya. Jadi ia bersikap dengan tarjih, memilih dalil mana yang paling sahih. Jadi sangat mungkin dalam amaliah tertentu seperti gerakan shalat, ia mengikuti pendapat ulama A, namun dalam gerakan shalat yang lain, ia memegangi pendapat ulama B.
Sikap ini juga yang dipegangi asy- Syaikh bin Baz, salah satu ulama masa kini yang dimiliki umat ini. Walaupun dalam memahami fikih beliau memakai thariqah (mazhab) Ahmad bin Hanbal رحمه الله (mazhab secara istilah, bukan mazhab syakhshi, yaitu mengambil semua pendapatnya), namun dalam menghadapi ikhtilaf ulama, beliau tetap memakai metodologi tarjih, dengan mengambil pendapat yang didukung oleh dalil yang paling sahih. Demikian pula ketika mengeluarkan fatwa, karena sebagaimana kata beliau, al-haq itulah yang pantas diikuti.
Kebutaan total yang dialami beliau sejak usia dua puluh tahun, tak menyurutkan semangat beliau dalam menggali banyak ilmu. Alhasil, kealiman ulama yang bernama lengkap Abdul ‘Aziz bin Abdillah bin Muhammad bin Abdillah Ali Baz* ini tidak diragukan lagi. Penjelasan dan fatwa beliau sangat dicari dan dibutuhkan oleh umat. Semangat ibadah, kesungguhan, kedermawanan, dan kasih sayang beliau menjadi teladan bagi kaum muslimin.
Akidah dan manhaj dakwah beliau tercermin dari tulisan atau karya-karyanya. Aqidah Shahihah dan at-Tahdzir minal Bida’ adalah di antara karya beliau yang menunjukkan pembelaan beliau kepada sunnah dan kebenciannya terhadap kebid’ahan, serta komitmennya yang kuat dalam menegakkan tauhid dan membersihkan sekaligus memerangi kesyirikan dan pelakunya.
Jabatan Rektor Universitas Islam Madinah, Ketua Hai’ah Kibaril ‘Ulama (Majelis Ulama Besar), Ketua al-Lajnah ad-Da’imah lil Buhutsil ‘Ilmiyyah wal Ifta’ (Komisi Tetap untuk Riset Ilmiah dan Fatwa) Kerajaan Saudi Arabia, dan pimpinan Majelis Tinggi Rabithah ‘Alam Islami yang pernah disandangnya, setidaknya menunjukkan kapasitas beliau, sekaligus kepercayaan dan keridhaan umat terhadapnya.
Maka dari itu, kala menyikapi ulama, yang terpenting, kita tidak terperangkap dalam jeruji taklid. Menutup seluruh dinding hati dari menerima kebenaran, hanya karena ulama tersebut berfatwa yang tidak sesuai dengan hawa nafsu kita. Hanya karena dia berasal dari Arab Saudi kemudian aroma kebencian kita tersulut, sedikit-sedikit langsung berkomentar, Ini ajaran Wahabi, tanpa melihat bahwa dalil yang beliau bawa demikian gamblang dari al-Qur’an dan as-Sunnah. Jangan sampai fanatisme melilit mati hati kita, sehingga kita justru memberhalakan kesesatan.
والسلام عليكم ورحمة الله وبركاته
? Sumber
https://asysyariah.com/pengantar-redaksi-ulama-kita-bukan-berhala/
? Sumber
Majalah Asy Syariah Edisi 88