Imam asy-Syafi’i rahimahullah pernah memberikan nasihat tentang pentingnya mengingat kematian. Dalam perkataannya yang ternukilkan di Manaqib asy-Syafi’i (2/295), beliau berkata,
“Bertakwalah kepada Allah dan jadikanlah akhirat selalu di dalam kalbumu. Jadikan kematian selalu berada dalam ingatanmu. Jangan lupakan tempat berdirimu di hadapan Allah. Hendaklah engkau selalu merasa takut kepada Allah, hindarilah hal-hal yang dilarang dan tunaikan kewajiban-kewajiban-Nya, dan teruslah bersama kebenaran di manapun berada.”
Mengingat kematian bukanlah untuk membuat seseorang merasa tertekan, melainkan agar dapat terus menjaga upayanya dalam melakukan amal saleh sebagai satu-satunya bekal yang akan dibawa menuju alam kubur. Dalam Islam, kematian adalah jembatan menuju kehidupan abadi di akhirat. Oleh karena itu, mengingat kematian memotivasi seseorang untuk memanfaatkan hidupnya sebaik mungkin dengan ketaatan dalam rangka mempersiapkan diri untuk kehidupan setelah kematian. Imam asy-Syafi’i rahimahullah menekankan bahwa kita harus selalu mengingat posisi kita di hadapan Allah Ta’ala, dan selalu waspada menghadapi kehidupan akhirat.
Takwa merupakan bekal terbaik menghadap kematian. Oleh sebab itu Allah Ta’ala berfirman,
“Berbekallah dan sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa dan bertakwalah kepada-Ku hai orang-orang yang berakal.” (Al-Baqarah : 197)
Dengan takwa, yaitu melaksanakan perintah Allah Ta’ala dan menjauhi larangan-Nya, seseorang akan senantiasa menjaga hubungannya dengan Allah Ta’ala, menghindari maksiat, dan melaksanakan perintah-Nya. Takwa juga menjadi pemandu dalam setiap keputusan hidup, sehingga apa yang dilakukan selalu berlandaskan niat mencari ridha Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Menjadikan kematian sebagai sesuatu yang selalu diingat mendorong seseorang untuk selalu introspeksi diri. Kematian tidak bisa diprediksi, dan karena itu, manusia harus selalu siap kapan pun ajal menjemputnya. Mengingat kematian akan membuat kita lebih berhati-hati dalam bertindak dan tidak mudah terjebak dalam dosa.
Imam asy-Syafi’i rahimahullah mengingatkan kita agar senantiasa berada di pihak kebenaran, di mana pun dan dalam kondisi apa pun. Kebenaran tidak selalu populer atau mudah, namun itu adalah bagian dari komitmen iman seorang muslim. Selalu berusaha melakukan kebenaran adalah salah satu cara untuk mempersiapkan diri menghadapi kematian dengan husnul khatimah (akhir yang baik).
Mengingat kematian seharusnya membuat kita lebih produktif dalam hal kebaikan. Sebagaimana yang disampaikan oleh Imam asy-Syafi’i, kita harus menghindari hal-hal yang dilarang oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala dan menunaikan semua kewajiban kita. Setiap hari harus diisi dengan amal yang akan bermanfaat di akhirat, seperti ibadah, shalat, sedekah, menolong sesama, dan berbuat kebaikan.
Rasulullah ﷺ pun menekankan pentingnya mengingat kematian dalam banyak hadisnya, salah satunya,
“Perbanyaklah mengingat pemutus kenikmatan (yaitu kematian)” HR. Tirmidzi
Ini bukan berarti umat Islam tidak boleh menikmati dunia, tetapi dunia hanyalah sarana untuk mencapai akhirat.Nasihat Imam asy-Syafi’i tentang pentingnya mengingat kematian adalah sebuah panggilan bagi kita untuk merenung dan introspeksi. Kematian adalah kepastian yang akan dihadapi setiap orang, dan hanya mereka yang mengingatnya dengan benar yang akan mempersiapkan diri dengan baik. Sudahkah kita ingat mati hari ini? Allahu a’lam