Seseorang mungkin mengalami masa-masa kemiskinan, tetapi dengan usaha dan izin Allah Subhanahu wa Ta’ala, dia bisa menjadi kaya. Sebaliknya, kekayaan juga tidak menjamin keadaan yang tetap stabil, karena bisa saja seseorang yang kaya menjadi miskin kembali.
Imam Ibnul Jauzi rahimahullah mengatakan,
“Ketahuilah bahwa zaman tidaklah akan tetap pada satu keadaan sebagaimana Allah ‘Azza Wajalla firmankan, ‘Dan masa (kejayaan dan kehancuran) itu Kami pergilirkan diantara manusia (agar mereka mendapat pelajaran)’. Maka terkadang seseorang itu miskin, pada kesempatan yang lain dia menjadi kaya dan terkadang dia mulia kedudukannya namun pada saat yang lain dia menjadi hina.” (Shoidul Khothir 1/39)
Ayat dan pernyataan di atas mengajarkan kita bahwa kehidupan penuh dengan perubahan dan pergantian. Allah ﷻ berfirman bahwa masa kejayaan dan kehancuran dipergilirkan di antara manusia agar merekan mendapatkan pelajaran. Ini menunjukkan bahwa tidak ada keadaan yang kekal nan abadi di dunia ini.
Kedudukan seseorang dalam masyarakat juga bisa berubah. Terkadang seseorang dihormati dan dimuliakan, tetapi dalam situasi lain dia bisa saja mengalami penghinaan atau kehilangan kedudukannya.
Perubahan keadaan ini mengajarkan kita untuk bersikap sabar dan tawakal kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dalam menghadapi kesulitan serta bersyukur dan tidak sombong ketika berada dalam kemudahan. Karena semua kemudahan itu datangnya dari Allah Subhanahu wa Ta’ala. Kesadaran bahwa semua keadaan bisa berubah akan membuat kita lebih bijak dalam menyikapi hidup.
Ketika menghadapi masa-masa sulit, kita harus bersabar dan tetap bergantung kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Karena kita yakin hanya Allah Ta’ala yang mampu merubah segala sesuatu. Jangan mengandalkan kemampuan fisik atau kecerdasan. Semuanya adalah Taufik dan kemudahan dari Allah Ta’ala semata.
Kita percaya bahwa kesulitan ini hanya sementara dan cepat atau lambat Allah Ta’ala akan memberikan jalan keluar. Saat berada dalam masa kejayaan atau kemudahan, kita harus bersyukur kepada Allah ﷻ dan tidak sombong. Mengingat bahwa kemudahan ini bisa saja berubah, kita harus tetap rendah hati dan membantu sesama.
Kehidupan ini penuh dengan perubahan dan pergiliran masa. Itulah sunatullah (ketetapan Allah) yang terjadi pada manusia.
Tidak ada keadaan yang abadi, baik itu kemiskinan, kekayaan, kemuliaan, maupun kehinaan. Dengan menyadari dan memahami hal ini, kita diajarkan untuk bersikap sabar, tawakal, bersyukur, dan rendah hati. Allahu a’lam