Dalam kitabnya, “Iqtidha ash-Shirath al-Mustaqim Iqtidha ash-Shirath al-Mustaqim 89,” Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah membahas tentang penyebab kerasnya kalbu dan mengungkapkan bahwa kondisi ini merupakan hasil dari perbuatan dosa. Beliau menyatakan,
“Kerasnya hati termasuk akibat kemaksiatan, dan sungguh Allah Ta’ala telah mensifati kaum Yahudi dengannya tidak hanya pada satu tempat dalam Al-Qur’an.”
ernyataan ini membahas hubungan erat antara pelaku dosa dan kerasnya hati. Ibnu Taimiyah menekankan bahwa hati yang keras merupakan salah satu konsekuensi dari perbuatan maksiat yang dilakukan oleh seseorang.
Dalam konteks ini, beliau merujuk pada ayat-ayat Al-Qur’an yang menyebutkan sifat kerasnya hati kaum Yahudi sebagai contoh konkret.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman tentang mereka,
“Kemudian setelah itu kalbumu menjadi keras seperti batu, bahkan lebih keras lagi. Padahal diantara batu-batu itu sungguh ada yang mengalir sungai-sungai dari padanya dan diantaranya sungguh ada yang terbelah lalu keluarlah mata air dari padanya dan diantaranya sungguh ada yang meluncur jatuh, karena takut kepada Allah. Dan Allah sekali-sekali tidak lengah dari apa yang kamu kerjakan.” ( QS. al-Baqarah: 74)
Ini memberikan pelajaran bahwa setiap tindakan maksiat dapat merusak kondisi kalbu, membuatnya menjadi keras dan sulit menerima petunjuk.
Pesan yang ingin disampaikan oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah adalah pentingnya menjaga diri dari perbuatan dosa agar tidak mengeras. Kesadaran akan hubungan antara kemaksiatan dan kerasnya kalbu menjadi panggilan untuk merenungkan tindakan dan perilaku kita sehari-hari agar kalbu tetap lembut dan terbuka menerima petunjuk serta kebenaran dari Allah Subhanahu wa Ta’ala. Allahu a’lam