Salafy Temanggung
Salafy Temanggung oleh Abu Ubay Afa

menyambut bulan ramadhan

2 tahun yang lalu
baca 8 menit
Menyambut Bulan Ramadhan
السَّلامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللَّهِ وَبَرَكاتُهُ
إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِينُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوذُ بِاللَّهِ مِنْ شُرُورِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِهِ اللَّهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ .وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ
يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالًا كَثِيرًا وَنِسَاءً وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ وَالْأَرْحَامَ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًايَا
أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلًا صَدِيدًا يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا. أَمَّا بَعْدُ
فَإِنَّ خَيْرَ الْكَلَامِ كَلَامُ اللَّهِ، وَخَيْرُ الْهُدَى هُدَى مُحَمَّدٍ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، وَشَرُّ الْأُمُورِ مُحْدَثَاتُهَا، وَكُلُّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ، وَكُلُّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ، وَكُلُّ ضَلاَلَةٍ فِي النَّارِ. أَعَاذَنِي اللَّهُ وَإِيَّاكُمْ مِنَ النَّارِ

Ikhwanil kirom , Jama’ah Jumat rahimani wa rahimakumullah.
Marilah kita tingkatkan ketaatan dan taqwa kita kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala , bahwa tujuan dari kehidupan kita tidak lain adalah untuk beribadah kepada Allah subhanahu wa ta’ala.

Allah subhanahu wa ta’ala berfirman di dalam Alquran

وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإنسَ إِلَّا لِيَعْبُدُون

“Dan tidaklah aku, Allah Azza wa Jal, menciptakan jin dan manusia kecuali akan mereka beribadah kepadaku”

Tidaklah manusia diciptakan untuk sekedar memenuhi kebutuhan-kebutuhan dunianya. Tidaklah manusia tercipta hanya untuk bekerja, memenuhi kebutuhan makan dan minumnya. Namun manusia diciptakan untuk suatu tujuan yang mulia yaitu beribadah, menundukkan diri di hadapan PenciptaNya Allah Subhanahu wa Ta’ala

Berfirman Allah عز وجل

إِنَّ فِي خَلْقِ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَاخْتِلَافِ اللَّيْلِ وَالنَّهَارِ لَآيَاتٍ لِأُولِي الْأَلْبَابِ الَّذِينَ يَذْكُرُونَ اللَّهَ قِيَامًا وَقُعُودًا وَعَلَىٰ جُنُوبِهِمْ وَيَتَفَكَّرُونَ فِي خَلْقِ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ رَبَّنَا مَا خَلَقْتَ هَٰذَا بَاطِلًا سُبْحَانَكَ فَقِنَا عَذَابَ النَّارِ

“Sesungguhnya di dalam penciptaan langit-langit dan bumi dan bergantinya malam serta siang. Terdapat tanda-tanda kebesaran Allah, bagi hamba-hamba yang berakal.
yang mana mereka, hamba Allah tersebut terus mengingat Allah Subhanahu wa Ta’ala dalam keadaan berdiri, dalam keadaan duduk, dan di atas tempat-tempat pembaringan mereka. Mereka memikirkan penciptaan seluruh alam ini dan mereka mengatakan, “Rabb kami wahai Tuhan kami tentu tidaklah Engkau menciptakan ini semua dengan sia-sia, tanpa tujuan apa-apa. Maha suci Engkau ya Allah, lindungilah kami dari siksa api neraka.”

Sehingga Saudaraku jama’ah Jum’at rahimani wa rahimakumullah, kita harus menyadari bahwa ibadah adalah kewajiban setiap hamba tanpa ada batasan waktu.

Ibadah adalah kewajiban setiap manusia tanpa ada batasan sama sekali, kecuali kematian.
Allah عز وجل berfirman:

وَاعْبُدْ رَبَّكَ حَتَّى يَأْتِيَكَ الْيَقِيْنُ

“Sembahlah Rabbmu, beribadah kepada Allah hingga datang kepadamu al-yaqin, yakni al-maut/kematian.”

Dikatakan oleh sebagian ulama rahimahumullah yang menjadi teguran bagi kita semua yang sering kali lemah dalam ibadah yang seringkali futur/bosan dalam melakukan ketaatan, mereka mengatakan:

لَيْسَ لِعَمَلِ الْمُسْلِمِ غَايَةٌ دُوْنَ الْمَوْتِ

“Tidak ada waktu berhenti untuk beribadah sampai ajal menjemput kita.”

Jama’ah Jum’at rahimani wa rahimakumullah, maka kita hendaknya betul-betul menyadari itu dan kita memanfaatkan waktu-waktu yang Allah Subhaana wa Ta’alaa berikan kepada kita. Terlebih lagi waktu-waktu yang Allah Azza wa Jal berikan tambahan keberkahan didalamnya, di antara waktu tersebut adalah bulan Ramadhan. Bulan yang mana Allah Azza wa Jal membuka lebar-lebar pintu surga, menutup rapat-rapat pintu-pintu neraka dan Allah Azza wa Jal memudahkan kita untuk melakukan berbagai amalan-amalan soleh dan pada bulan itu juga Allah Azza WA Jal menghalangi umat muslim dari berbagai kemaksiatan.

Sungguh celaka bagi seorang muslim jika dia mendapati bulan Ramadhan namun dia mendapatkan ampunan Allah Azza WA Jal. Rasulullah ﷺ mengatakan ,

رَغِمَ أَنْفٌ

, sungguh celaka

رَغِمَ أَنْفٌ

, sungguh celaka

رَغِمَ أَنْفٌ

, sungguh celaka

مَنْ أَدْرَكَ رَمَضَانَ فَلَمْ يَغْفِرْ لَهُ

“orang yang masih mendapati bulan Ramadhan sementara dia tidak mendapatkan ampunan dari Allah Subhanahu wa Ta’ala. “

Sungguh patut kita renungkan hadist di atas, jika di bulan Ramadhan ini kuta tidak bisa menjadi baik maka kapan lagi kita akan menjadi baik. Di bulan dimana pintu kebaikan dibuka seluas-luasnya namun dia tidak kunjung juga menjadi orang baik.

نَسْأَلُ اللَّهَ السَّلَامَةَ وَالْعَافِيَةَ

Ikhwanil kirom , Jama’ah Jumat rahimani wa rahimakumullah. Demikian mulianya Bulan Ramadhan, sampai-sampai Rasulullah ﷺ sering berdoa sebelum datang bulan Ramadhan, di saat beliau masuk bulan Rajab, dua bulan sebelum Ramadhan, Beliau ﷺ sering berdo’a:

اللَّهُمَّ بَارِكْ لَنَا فِي رَجَبٍ وَشَعْبَانَ، وَبَلِّغْنَا رَمَضَانَ

“Ya Allah, berikanlah keberkahan kepada kami di bulan Rajab serta bulan Sya’ban dan sampaikanlah umur-umur kami hingga bulan Ramadhan.”

Maka ikhwanil kirom rahimakumullah, kita seorang muslim hendaknya memanfaatkan bulan tersebut, yaitu melakukan ibadah-ibadah kepada Allah, untuk memperbanyak amalan-amalan kita baik yang wajib maupun yang sunnah. Sehingga seorang muslim bisa mencapai tujuan dari Disyariatkannya puasa di bulan ramadhan yaitu untuk meningkatkan ketaqwaan kita kepada Allah Azza WA jal. Yang mana Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ

“Wahai orang-orang yang beriman telah diwajibkan atas kalian untuk berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kalian, agar kalian bertakwa kepada Allah”

Dengan ayat di atas maka bulan Ramadhan adalah pembuktian bagi seorang muslim. Apakah dengan puasanya tersebut dia menjadi hamba yang lebih baik amalannya? Apakah menjadi tinggi tingkat keimanannya? Apakah bertambah kuat kualitas ketaqwaannya kepada Allah Azza WA jalla? Maka mari kita renungkan bersama momentum datangnya bulan Ramadhan ini sebagai tolak ukur keberhasilan kita menjadi hamba yang bertaqwa kepada Allah Azza WA jalla.

أَقُولُ قَوْلِي هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللَّهَ لِي وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِينَ مِنْ كُلِّ ذَنْبٍ، فَاسْتَغْفِرُوهُ، إِنَّهُ هُوَ الْغَفُورُ الرَّحِيمُ

[Khutbah kedua]

الحمدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى أَشْرَفِ الْأَنْبِيَاءِ وَالْمُرْسَلِينَ، نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَجْمَعِينَ

Ikhwaniy, jama’ah Jumat rahimakumullah.

Rasulullah ﷺ pernah memperingatkan dan mengisyaratkan bahwa tidak semua orang yang berpuasa bisa mendapatkan pahala puasa, bahkan banyak di antara mereka berpuasa namun mereka tidak mendapatkan apa-apa selain hanya lapar dan dahaga saja. Sebagaimana sabda Rasulullah ﷺ:

رُبَّ صَائِمٍ حَظُّهُ مِنْ صِيَامِهِ الْجُوعِ وَالْعَطَشِ

“Begitu banyak orang-orang yang berpuasa, dan dia tidak mendapatkan bagian apa-apa dari puasanya kecuali, rasa lapar dan dahaga saja.”

Dia menahan perutnya dari makan dan minum dari terbitnya fajar hingga tenggelamnya matahari, menahan  lapar dan hausnya, namun dia tidak mendapatkan apa-apa di sisi Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Kenapa bisa demikian? Kenapa dia tidak mendapatkan pahala itu? Itu semua dikarenakan dia tidak menerapkan ketaqwaan kepada Allah di dalam puasanya. Berpuasa perutnya, namun matanya tidak berpuasa. Berpuasa perutnya namun mulutnya tidak berpuasa, begitu juga lisannya yang dia tidak menahannya dari kebohongan. Telinganya yang tidak berpuasa dari mendengarkan  hal-hal yang diharamkan dan anggota tubuh lainnya yang dia tidak jaga dari kemaksiatan. Sehingga puasanya tidak bernilai sama sekali di sisi Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Disisi lain sebagian orang berpuasa di bulan Ramadhan jatuh dalam perbuatan israf / berlebih-lebihan di dalam makan dan minumnya. Dia makan dan minum terlalu banyak baik di waktu sahur maupun berbukanya. Sehingga perbuatannya itu melemahkan tubuhnya, membuat badannya tidak giat dan justru membuat bermalas-malasan untuk melakukan ketaatan kepada Allah.

شَهْرُ رَمَضَانَ شَهْرُ الطَّاعَةِ

“Bulan Puasa, Bulan Ramadhan adalah bulan ketaqwaan dan ketaatan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.”

Sebagian orang lagi mereka menghabiskan waktu mereka siang maupun malam hari untuk bermain, melakukan hal yang sia-sia, disibukkan dengan media-media elektronik. Yang seharusnya mereka bisa memanfaatkan waktu tersebut untuk beramal shalih namun dia gunakan waktu tersebut untuk melakukan kemaksiatan dan semakin menjauhkannya dari Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Dan sebagian di antara mereka, tidak mendapatkan pahala puasa yang karena terlalu sibuk memikirkan apa yang akan dimakan nanti di hari ‘Idul Fitri, apa yang akan dimakan nanti di waktu berbuka puasa sehingga dia sibuk melakukan pekerjaan-pekerjaannya, dia sibuk melakukan kegiatan-kegiatannya, lalu dia meninggalkan ibadah kepada Allah dan mengingat Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Ikhwanul kiram rahimani wa rahimakumullah, tentu jika memang itu dibutuhkan, jika memang itu berkaitan dengan nafkah seorang kepala keluarga untuk keluarganya, maka tidak tercela, namun kebanyakan manusia mencari lebih dari itu, kebanyakan manusia mencari yang lebih dari sekedar yang dibutuhkan dan dia meninggalkan yang wajib atas dirinya, yaitu beribadah dan ingat kepada Allah Subhaana wa Ta’ala.

Lihat bagaimana Rasulullah ﷺ jika datang bulan Ramadhan maka beliau betul-betul bersungguh-sungguh dalam melakukan ibadah dan meninggalkan kegiatan-kegiatan lain yang biasa dilakukan.

Lihat bagaimana para Salaf rahimahumullah. Mereka mengatakan,

إِذَا دَخَلَ رَمَضَانُ فَإِنَّمَا هُوَ تِلَاوَةُ الْقُرْآنِ وَإِطْعَامُ الطَّعَامِ

“Jika datang bulan Ramadhan maka tidak ada kegiatan lain kecuali banyak membaca Qur’an dan banyak memberikan makanan bagi orang-orang yang membutuhkan, yakni untuk berbuka puasa.”

Para salaf Rahimahumullah, jika datang bulan Ramadhan mereka banyak tampak di masjid-masjid. Tidak terbatas waktu Mereka sering terlihat di masjid-masjid.

Demikian pula ikhwanil kirom rahimani wa rahimakumullah, kita harus senantiasa bersemangat dan bersungguh-sungguh melakukan shalat Tarawih. Para ulama rahimahumullah, mereka menghadiri masjid-masjid. Di saat shalat tarawih, mereka mengikutinya dari awal hingga akhir.

Kata Rasulullah ﷺ tentang fadhilah Dari Qiyamul-Lail,shalat tarawih:

مَنْ قَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ

“Bagi siapa yang menegakkan Shalat tarawih atas dasar keimanan dan ikhlas, maka akan diampuni segala dosa-dosa yang telah lalu.”

Demikian pula kata Rasulullah عليه الصلاة والسلام

مَنْ قَامَ مَعَ الإِمَامِ حَتَّى يَنْصَرِفَ كُتِبَ لَهُ قِيَامُ لَيْلَةِ السِّيَاقَةِ

“Bagi siapa yang berdiri Shalat bersama imam hingga selesai, maka dituliskan baginya Shalat sepanjang malamnya.”

Sehingga ikhwanil kiram rahimani wa rahimakumullah, kita harus saling mengingatkan untuk bersungguh-sungguh memanfaatkan bulab Ramadhan untuk beribadah dan beramal shalih. Kita terus selalu memohon kepada Allah Azza wa Jalla untuk memberikan umur yang panjang kepada kita, memudahkan kita melakukan ketaatan, dan meninggalkan kemaksiatan-kemaksiatan di bulan yang mulia tersebut sehingga kita meraih ketaqwaan yang sesungguhnya. Yang mana itu menjadi sebab ampunan Allah subhanahu wa ta’ala untuk kita di hari kiamat nanti.

صَلَّى اللهُ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَجْمَعِيْنَ، وَالْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ

Oleh Ustadz Abu Muhammad Fauzi

Sumber audio: channel KitaSatu (salafytemanggung)

Oleh:
Abu Ubay Afa