Akal merupakan nikmat yang diberikan oleh Allah Subhanahu Wa Ta’ala kepada manusia. Dengan akal, manusia dapat membedakan antara yang baik dan buruk, benar dan salah, serta dapat berpikir secara logis dan rasional. Keberadaan akal pada manusia membedakannya dari hewan dan makhluk lainnya. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Imam Ibnul Qayyim rahimahullah,
“Sesuatu yang paling mulia pada manusia adalah akalnya. Dengannya manusia terbedakan dari hewan. Jika akalnya hilang, maka manusia dikategorikan sebagai hewan ternak. Bahkan boleh jadi hewan mempunyai kondisi yang lebih baik darinya.” [Al-Jawab al-Kafi 214]
Kata-kata ini menggambarkan betapa pentingnya keberadaan akal pada manusia. Akal memungkinkan manusia untuk mengambil keputusan yang tepat dan memilih jalan hidup yang baik. Namun, terkadang manusia tidak menggunakan akalnya secara bijaksana. Banyak orang yang melakukan tindakan yang merugikan diri sendiri dan orang lain, bahkan hingga merusak lingkungan hidup, hanya karena keinginan dan hawa nafsunya yang tidak terkendali.
Sementara itu, hewan yang tidak memiliki akal tetap berperan dalam menjaga keseimbangan ekosistem. Mereka mematuhi insting mereka dan tidak melakukan tindakan yang merugikan diri sendiri atau lingkungan sekitarnya. Hal ini menunjukkan bahwa keberadaan akal pada manusia harus diimbangi dengan sikap bijaksana dan bertanggung jawab dalam memanfaatkannya.
Oleh karena itu, mari kita jadikan keberadaan akal sebagai anugerah yang harus dijaga dan dimanfaatkan secara bijaksana sesuai dengan bimbingan syariat Islam. Jadilah manusia yang tidak hanya berpikir tentang kepentingan diri sendiri, tetapi juga mempertimbangkan kepentingan orang lain dan lingkungan sekitar. Sebagai manusia yang mulia, kita harus menghargai nikmat yang diberikan oleh Allah Subhanahu Wa Ta’ala dan menjadikannya sebagai alat untuk meraih kebaikan serta kebahagiaan di dunia dan akhirat. Jadikanlah akal senantiasa tunduk kepada tuntutan agama Islam. Allahu a’lam