Dalam ajaran Islam, kewajiban terhadap pemimpin kaum Muslimin adalah suatu hal yang sangat penting. Imam al-Hasan bin Ali al-Barbahary rahimahullah mengingatkan akan hal ini dengan menyatakan,
“Barang siapa yang menduduki tampuk kepemimpinan dengan kesepakatan dan keridhoan manusia atasnya, maka dia adalah seorang pemimpin kaum mukminin. Maka tidak halal bagi seorangpun yang tidur di malam harinya dalam keadaan dia tidak memandang ada yang memimpinnya, baik dia adalah pemimpin yang baik atau jahat.” Muamalatul Hukkam 19
Ini menegaskan bahwa setiap Muslim memiliki kewajiban untuk mengakui dan tunduk kepada pemimpin yang sah secara syariat. Hal ini berlaku baik pemimpin tersebut adalah sosok yang baik atau pun buruk. Karena keteraturan dalam masyarakat dan kedamaian merupakan nilai-nilai yang sangat dijunjung tinggi dalam Islam.
Kewajiban terhadap pemimpin tidak hanya sebatas tunduk dan patuh, tetapi juga mencakup doa dan nasihat. Menyokong pemimpin yang adil dan memberikan nasihat kepada pemimpin yang tidak adil adalah bagian dari tanggung jawab setiap Muslim. Tentu nasehat disampaikan dengan baik dan cara yang syar’i.
Yaitu disampaikan secara diam-diam dan tidak dihadapan umum atau tidak pula disebarkan dengan berbagai media cetak maupun elektronik. Namun, hal ini harus dilakukan dengan cara yang bijaksana dan bermartabat, sesuai dengan ajaran Islam.
Selain itu, penting untuk diingat bahwa jika pemimpin melakukan tindakan yang bertentangan dengan ajaran Islam atau melanggar hak rakyatnya , maka umat Islam hendaknya bersabar dan berusaha memberikan nasehat yang baik.
Maka kewajiban terhadap pemimpin kaum Muslimin adalah suatu hal yang tidak bisa diabaikan. Setiap Muslim memiliki tanggung jawab untuk mengakui otoritas pemimpin yang sah dan berusaha menjaga kedamaian serta keteraturan dalam masyarakat. Allahu a’lam