Perkembangan zaman yang semakin modern dan digitalisasi informasi membuat manusia tersibukkan dengan urusan duniawi, hingga Al-Qur’an pun terabaikan. Banyak orang kini memiliki mushaf Al-Qur’an di rumahnya, bahkan dalam bentuk mushaf yang indah dan mahal.
Namun, yang menjadi persoalan adalah bagaimana sikap mereka terhadap Al-Qur’an sebagai pedoman hidup setiap hamba. Sebuah peringatan datang dari ulama terdahulu, Dhohak bin Muzahim rahimahullah, yang mengatakan,
“Akan datang suatu zaman di mana manusia akan menggantungkan mushaf, sampai-sampai laba-laba membuat sarang pada mushaf tersebut dan tidak dimanfaatkan lagi apa yang ada di dalamnya” Jami’ Bayanil Ilmi 2/1023
Pernyataan ini mencerminkan fenomena yang kita saksikan saat ini, dimana banyak dari kita menjadikan Al-Qur’an hanya sebagai pajangan tanpa dihayati isinya. Mushaf Al-Qur’an yang indah menghiasi rak-rak buku atau dinding rumah, namun jarang dibaca, dipelajari, atau apalagi diamalkan sebagai pedoman hidup. Padahal, Al-Qur’an adalah petunjuk bagi umat manusia, berisi petunjuk, ilmu agama, hikmah, hukum, dan tuntunan dalam menjalani kehidupan sehari-hari.
Al-Qur’an diturunkan untuk menjadi petunjuk hidup bagi umat manusia. Ia bukan hanya sekadar kitab bacaan yang dibaca saat waktu-waktu tertentu, namun harus menjadi pedoman dalam semua aspek kehidupan, mulai dari ibadah, muamalah, hingga akhlak dan etika. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,
“Kitab (Al-Qur’an) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertakwa” (QS. Al-Baqarah: 2)
Ketika Al-Qur’an dibiarkan hanya sebagai pajangan, kita kehilangan kesempatan untuk memetik pahala dan pelajaran berharga dari firman Allah Subhanahu wa Ta’ala yang seharusnya membimbing kita dalam menghadapi berbagai persoalan hidup ini. Pengabaian ini bukan hanya soal meninggalkan bacaan, tapi juga meninggalkan tuntunan dan petunjuk yang Allah Ta’ala telah berikan melalui Al-Qur’an.
Mengabaikan Al-Qur’an bisa membawa dampak buruk yang sangat besar bagi kehidupan individu muslim maupun masyarakat secara umum. Ketika petunjuk yang diberikan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala dalam Al-Qur’an tidak lagi dipraktekkan, maka kita akan melihat banyak masalah moral, sosial, dan spiritual muncul di tengah-tengah masyarakat. Kurangnya pemahaman yang benar dan pengamalannya terhadap Al-Qur’an dapat menyebabkan krisis identitas di kalangan umat Islam sendiri, dimana mereka hidup tanpa prinsip yang baik lagi kokoh.
Sebaliknya, mereka yang senantiasa membaca, merenungkan, mempelajari dan mengamalkan Al-Qur’an akan merasakan manfaat yang luar biasa dalam hidup mereka. Nabi Muhammad ﷺ bersabda,
“Sebaik-baik kalian adalah yang belajar Al-Qur’an dan mengajarkannya.” HR. Bukhari
Hal ini menekankan pentingnya untuk selalu mempelajari dan mengajarkan Al-Qur’an kepada orang lain agar ajarannya terus hidup dalam masyarakat. Pernyataan Dhohak bin Muzahim rahimahullah menjadi pengingat bagi kita semua bahwa ada ancaman nyata ketika Al-Qur’an hanya dijadikan pajangan.
Kita harus kembali kepada Al-Qur’an, tidak hanya sebagai kitab yang dihormati dan dimuliakan, tetapi juga sebagai pedoman hidup yang haris kita baca, pelajari, renungi, dan amalkan. Semoga Allah Ta’ala memberi kita kekuatan untuk menghidupkan kembali ajaran-ajaran Al-Qur’an dalam kehidupan kita sehari-hari. Allahu a’lam