Jika kalbu dibiarkan tersibukkan oleh urusan dunia dan mengabaikan akhirat, maka kalbu itu menjadi kering dan mati. Menyia-nyiakan kalbu berarti lebih memilih kesenangan dunia yang sementara daripada mengejar kehidupan akhirat yang abadi. Ini adalah bentuk kegagalan terbesar dalam perjalanan hidup seorang hamba.
Imam Ibnul Qayyim rahimahullah berkata,
“Sikap penyia-nyiaan yang terbesar ada 2 macam dan keduanya adalah induk setiap sikap penyia-nyiaan. Keduanya adalah penyia-nyiaan hati dan penyia-nyiaan waktu. Maka bentuk dari sikap menyia-nyiakan hati adalah dengan lebih mementingkan kehidupan dunia daripada kehidupan akhirat. Adapun bentuk sikap menyia-nyiakan waktu adalah dengan panjangnya angan-angan.” Al-Fawaid 112
Ibnul Qayyim rahimahullah dalam ungkapan di atas mengingatkan kita tentang dua perkara yang paling sering disia-siakan oleh manusia: yaitu kalbu dan waktu. Kedua hal ini sangat berharga dalam hidup, namun sering kali dilalaikan karena kecenderungan manusia terhadap hal-hal yang fana.
Allah Subhanahu wa Ta’ala telah mengingatkan dalam sekian ayat-Nya bahwa dunia hanyalah tempat sementara dan akhiratlah yang kekal. Namun, banyak dari kita yang lebih memilih kemewahan dunia dan melupakan tujuan akhir kita, yakni bertemu dengan Allah Subhanahu wa Ta’ala dan meraih ridha-Nya.
Penyia-nyiaan kalbu ini sering kali terjadi ketika kita mencintai dunia melebihi kecintaan terhadap akhirat, mengabaikan ibadah, dan menomorduakan kepentingan akhirat. Padahal kalbu adalah anggota tubuh manusia yang paling mulia dan agung. Semestinya setiap hamba memberikan perhatian lebih terhadap kalbunya melebihi perhatian terhadap anggota tubuh yang lain. Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda,
“Ketahuilah bahwa di dalam jasad terdapat segumpal daging, jika dia baik maka baik pula seluruh jasadnya namun jika dia buruk maka buruk pula seluruh jasadnya. Segumpal daging itu adalah kalbu.” HR. Muslim
Waktu adalah salah satu anugerah terbesar yang Allah Ta’ala berikan kepada manusia. Bahkan Allah Subhanahu wa Ta’ala bersumbah dengan waktu di dalam Al-Qur’an. Ini menunjukkan betapa pentingnya waktu. Allah Ta’ala berfirman,
“Demi masa, sesungguhnya manusia dalam keadaan merugi.” (QS. Al-Ashr : 1-2)
Setiap detik yang berlalu tidak akan pernah kembali. Namun, banyak manusia yang menyia-nyiakan waktunya dengan panjang angan-angan, terbuai oleh rencana masa depan tanpa usaha nyata, dan membiarkan waktu berlalu tanpa diisi dengan kebaikan. Padahal kematian selalu mengintainya. Sedang asyik-asyiknya mencari dan memperbanyak dunia tiba- ajak menjemput. Kita berlindung kepada Allah Ta’ala darinya.
Panjang angan-angan sering kali membuat seseorang terlena. Ia merasa memiliki banyak waktu dan berumur panjang sehingga menunda-nunda amal baik. Padahal, waktu terus berjalan, dan kematian bisa datang kapan saja. Menyia-nyiakan waktu berarti melewatkan kesempatan untuk berbuat kebaikan dan memperbaiki diri sebelum datangnya hari akhir.
Penting bagi kita untuk menjaga kalbu dari kecintaan dunia yang berlebihan dan memanfaatkan waktu sebaik-baiknya untuk ketaatan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Kedua hal ini adalah amanah yang harus dijaga agar kita tidak terperosok dalam kelalaian yang berujung pada penyesalan di dunia dan akhirat. Gunakan waktu untuk meningkatkan ketakwaan dan perbanyaklah mengingat akhirat agar hati tetap hidup dan terjaga dari kecenderungan kepada dunia. Allahu a’lam