Setiap pernikahan dihadapkan pada tantangan dan dinamika yang berbeda. Namun, dalam perjalanan hidup ini, terkadang kita terjebak dalam perilaku yang tidak sejalan dengan ajaran Islam. Dalam hal ini, Syaikh Muhammad bin Shalih al-Utsaimin rahimahullah menegaskan,
Seorang lelaki yang menjadikan istrinya layaknya seorang pembantu yang dia hinakan dan memvorsir (tenaganya). Dan bahkan terkadang mengoyak kehormatannya disebabkan karena bapaknya atau ibunya. Maka perbuatan seperti ini bertentangan dengan petunjuk Abul Qasim Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam baik ucapan atau perbuatan beliau.
[Fathu Dzi al-Jalal wa al-Ikram 4/543]
Dalam tuntunan Islam yang sempurna, kita diberikan pedoman tentang bagaimana seharusnya kita memperlakukan istri kita. Istri Anda bukanlah pembantu atau pelayan pribadi. Dia adalah mitra hidup Anda, pasangan Anda, dan ibu bagi anak-anak Anda.
Berbuat baik kepada istri adalah kewajiban yang harus kita junjung tinggi. Ini berarti mengakui dan menghargai peran serta kontribusinya dalam keluarga dan rumah tangga. Jangan biarkan perilaku kita menghinakan atau memvorsir tenaganya. Alih-alih memerintahkan dengan kasar, marilah kita berkomunikasi dengan lembut dan berempati. Jadilah pendengar yang baik, berikan dukungan, dan berbagi tanggung jawab dalam mengurus rumah tangga dan mendidik anak-anak. Ingatlah pesan Allah Ta’ala dalam firman-Nya
Dan pergaulilah istri-istri kalian dengan baik.
Lebih jauh lagi, jangan pernah mengoyak kehormatan istri dengan menghina keluarganya. Bapak dan ibu istri adalah bagian penting dari kehidupan dan identitasnya. Jika kita mencintai istri kita, maka mari kita hargai juga keluarganya. Dalam Islam, hubungan antara suami dan istri harus didasarkan pada sikap saling pengertian dan keberadaban. Berusaha menunaikan hak dan kewajiban masing-masing.
Dalam membangun hubungan suami-istri yang sejalan, marilah kita mengambil contoh dari petunjuk Nabi Muhammad shallallahu alaihi wa sallam. Beliau adalah teladan yang sempurna dalam memperlakukan istri-istrinya dengan penuh kebaikan dan kelembutan. Beliau mengajarkan kita untuk saling menghargai, memuliakan, dan menjaga martabat pasangan hidup kita.
Mari kita bersama-sama mengubah paradigma dan membangun hubungan suami-istri yang saling mencintai, berbagi tanggung jawab, dan tumbuh di atas prinsip bimbingan agama yang kuat. Dengan melakukan ini, kita menciptakan lingkungan keluarga yang penuh kebahagiaan, kedamaian, dan keberkahan.