Agama tidak boleh diukur berdasarkan pada perasaan. Syaikh Muhammad bin Saleh al-Utsaimin rahimahullah menyatakan,
“Seandainya agama itu berlandaskan kepada perasaan, niscaya semua ahli bid’ah berada di atas kebenaran.”
(Silsilah Al-Liqo asy-Syahri 33)
Pernyataan ini mengingatkan kita akan pentingnya memahami agama dengan landasan yang kuat dan benar.
Dalam agama, ketetapan berdasarkan dalil-dalil yang jelas dan shahih dari Al-Qur’an dan hadis.
Kita tidak boleh hanya mengikuti perasaan pribadi atau keyakinan yang tidak didukung oleh dalil-dalil yang benar. Agama Islam memiliki pedoman yang jelas dalam Al-Quran dan Sunnah, serta ijma (kesepakatan para ulama) sebagai sumber hukum. Ini mengingatkan kita untuk selalu merujuk kepada sumber-sumber yang sahih dalam memahami ajaran agama.
Syaikh Muhammad bin Saleh al-Utsaimin juga memberikan peringatan penting bahwa ahli bid’ah, atau orang-orang yang mengikuti ajaran yang menyimpang dari ajaran asli agama, seringkali melakukan hal tersebut berdasarkan perasaan dan interpretasi pribadi mereka. Hal ini dapat mengarah pada pemahaman agama yang salah dan menyimpang.
Oleh karena itu, penting bagi setiap muslim untuk memahami al-Qur’an dan hadis dengan pemahaman para shahabat.
Tidak hanya mengikuti perasaan atau pandangan pribadi semata. Dengan cara ini, kita dapat menjaga kebenaran dan kemurnian ajaran agama Islam. Allahu a’lam