Imam Ibnul Qayyim rahimahullah berkata,
Ilmu bagi hati itu seperti air bagi ikan. Jika ikan kehilangan air, maka pasti ia akan mati. [Miftahu Daris Sa’adah 1/307]
Perumpamaan yang luar biasa ini menggambarkan betapa eratnya hubungan antara ilmu agama dengan kehidupan hati manusia. Sebagaimana ikan tidak akan pernah mampu bertahan hidup tanpa air, demikian pula hati seorang mukmin tidak akan mampu hidup dengan baik tanpa ilmu agama yang benar.
Ilmu agama adalah cahaya yang menerangi jalan hidup hamba. Ia membimbing manusia untuk mengenal Rabb-nya, memahami tujuan hidupnya, serta mengatur setiap langkahnya agar sesuai dengan syariat Allah Subhanahu wa Ta’ala. Tanpa ilmu agama, seseorang bisa tersesat dalam gelapnya kebodohan, mengikuti hawa nafsu, atau terjerumus dalam kemaksiatan bahkan kesyirikan.
Hati yang kosong dari ilmu agama akan mudah diserang oleh syubhat (kerancuan dalam beragama) dan syahwat (keinginan hawa nafsu yang menyimpang). Ia menjadi lemah, kering, dan akhirnya mati. Sebaliknya, hati yang dipenuhi ilmu agama akan hidup, subur, dan kuat dalam menghadapi berbagai ujian kehidupan.
Maka dari itu, menuntut ilmu agama bukanlah perkara sekunder dalam hidup, melainkan kebutuhan primer bagi setiap Muslim, sebagaimana air bagi seekor ikan. Bahkan menegaskan bahwa manusia sangat kepada ilmu agama melebihi kebutuhannya kepada makanan dan minuman. Karena setiap saat manusia butuh kepada bimbingan agama tidak sebagaimana makan dan minum.
Mari kita renungkan perumpamaan ini dan jadikan ilmu agama sebagai kebutuhan utama dalam hidup kita. Sebab, dengan ilmu syar’i, hati akan hidup, iman akan tumbuh, dan kita akan senantiasa berada di jalan yang lurus menuju kebahagiaan dunia dan akhirat. Allahu a’lam.