Qonitah
Qonitah

pengantar redaksi edisi 07

10 tahun yang lalu
baca 3 menit
Pengantar Redaksi Edisi 07

redaksiPESONA HAKIKI DAMBAAN HATI

Rumah perawatan tubuh dan wajah menjamur di berbagai kota. Meski harus mengeluarkan biaya besar, sebagian orang tetap saja rela datang ke sana. Mereka ingin mendapatkan penampilan tubuh dan wajah yang menarik walau harus menjalani operasi plastik. Wajah tampan atau cantik penuh pesona akan lebih mudah mendatangkan simpati dari pasangan atau atasan di kantor. Harapannya, cinta dari pasangan akan semakin melekat; karir semakin melesat.

Memiliki pribadi yang simpatik dan bahasa tubuh yang menarik juga menjadi impian banyak orang. Sekolah kepribadian pun tumbuh dan berkembang untuk mewujudkannya. Bermodalkan inner beauty, outer beauty, pribadi yang berkarakter, dan bahasa tubuh yang prima, mereka mengidamkan komunikasi yang lancar sehingga bisa memperbaiki dan menambah relasi.

Sebagian wanita berhias sedemikian rupa dan keluar rumah dengan riasan tersebut agar dikatakan cantik. Ada yang berusaha meniti karir atau jenjang pendidikan setinggi mungkin hingga hampir-hampir tidak ada lelaki yang berani melamarnya. Ada pula yang bergelut dengan bisnis hingga bertumpuk kekayaannya. Intinya, mereka ingin memesona dengan perantaraan urusan duniawi: kecantikan wajah, melimpahnya harta, kepribadian yang menawan, dan sebagainya.

Beberapa hal di atas jamak dilakukan oleh kaum wanita sekarang—termasuk sebagian muslimah—yang ingin mencari dan menumbuhkan pesona diri. Akan tetapi, sadarkah mereka bahwa semua itu keliru?

Alangkah baiknya apabila kita semua menyadari bahwa semua hal itu bersifat sementara, bahkan sebagiannya dilarang oleh agama. Ia akan terhenti ketika pemiliknya tutup usia. Ia akan dilupakan seiring berlalunya masa. Sebuah pesona yang layaknya fatamorgana. Dari tempatnya berdiri yang luas, datar, dan bercuaca panas, ia melihat air di kejauhan yang ternyata tidak ada hakikatnya. Demikian pula pesona yang timbul dari urusan dunia yang fana. Ketika berdiri di tengah panasnya Padang Mahsyar, sembari berharap bekalnya di dunia bisa menghilangkan dahaga keselamatan, dia tidak mendapati apa yang diharapkan.

Pesona hakiki tidak dilihat dari pakaian dan perhiasan yang gemerlapan, wajah yang cantik rupawan, pribadi yang menarik dan simpatik, atau harta benda yang berlimpah. Pesona hakiki terletak pada ilmu agama, akhlak, dan perilaku (baca: amalan). Inilah pesona yang tak akan lekang dimakan zaman. Pemiliknya akan tetap dikenang kebaikannya meski sudah mati menjadi isi perut bumi. Bahkan, di alam kubur hingga di akhirat kelak, ia masih akan mendapatkan manfaat dari ilmu agama yang telah dia amalkan. Jadi, pantaslah kalau kita menyebutnya sebagai pesona yang hakiki nan abadi.

Di samping itu, kita dapati bahwa Nabi shalalahu ‘alaihi wassalam membimbing para pemuda untuk menetapkan calon istri yang beragama bagus dan berakhlak mulia sebagai pilihan. Jika kriteria lain yang menjadi tumpuan, akhir ceritanya adalah kebinasaan.

Oleh karena itu, marilah kita berusaha mewujudkan pesona hakiki dengan mempelajari agama dan mengamalkannya. Wujudkanlah pesona pada diri kita sehingga pantas menjadi wanita pilihan sesuai kriteria Nabi shalalahu ‘alaihi wassalam.