Doa di bawah ini telah sangat sering didengar, bahkan dipanjatkan oleh kaum muslimin. Memang demikian kedudukan doa ini. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wassalam sendiri menjadikan doa ini sebagai doa yang paling sering beliau panjatkan. Doa yang dimaksud adalah:
رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً، وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً، وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ
“Wahai Rabb kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat, dan lindungilah kami dari siksa neraka.”
Doa ini termaktub dalam surat al-Baqarah ayat 201 dan diriwayatkan oleh al-Bukhari dan Muslim dalam Shahih keduanya.
Kisah Turunnya Ayat 201 Surat al-Baqarah
Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhu menuturkan, “Ada suatu kaum dari kalangan A’rab (Arab badui, -pen.) yang mendatangi mauqif (Padang Arafah pada musim haji, -pen.). Mereka lalu berdoa (kepada Allah subhanahu wa ta’ala), ‘Ya Allah, jadikanlah tahun ini tahun yang banyak hujan, tahun yang subur, dan tahun dilahirkannya banyak anak laki-laki yang bagus.’ Mereka tidak menyebutkan urusan akhirat sedikit pun dalam doa mereka. Allah subhanahu wa ta’ala pun menurunkan ayat tentang mereka,
فَمِنَ ٱلنَّاسِ مَن يَقُولُ رَبَّنَآ ءَاتِنَا فِي ٱلدُّنۡيَا وَمَا لَهُۥ فِي ٱلۡأٓخِرَةِ مِنۡ خَلَٰقٖ ٢٠٠
‘Ya Rabb kami, berilah kami (kebaikan) di dunia’, dan tiadalah baginya bagian (yang menyenangkan) di akhirat. (al-Baqarah: 200)
Setelah mereka ini, muncullah kaum lain dari kalangan mukminin. Kaum mukminin ini pun memanjatkan doa di atas.
رَبَّنَآ ءَاتِنَا فِي ٱلدُّنۡيَا حَسَنَةٗ وَفِي ٱلۡأٓخِرَةِ حَسَنَةٗ وَقِنَا عَذَابَ ٱلنَّارِ ٢٠١
Dan di antara mereka ada orang yang berdoa, ‘Ya Rabb kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat, dan peliharalah kami dari siksa neraka.’ (al-Baqarah: 201)
Kemudian, Allah subhanahu wa ta’ala menurunkan ayat 202,
أُوْلَٰٓئِكَ لَهُمۡ نَصِيبٞ مِّمَّا كَسَبُواْۚ وَٱللَّهُ سَرِيعُ ٱلۡحِسَابِ ٢٠٢
Mereka itulah orang-orang yang mendapat bagian dari yang mereka usahakan, dan Allah sangat cepat perhitungan-Nya. (al-Baqarah: 202)”
Ibnu Katsir rahimahullah menjelaskan, “Oleh karena itu, Allah memuji orang yang meminta kepada-Nya kebaikan di dunia dan di akhirat.”
Paling Sering Dipanjatkan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam
Dalam Shahih al-Bukhari diriwayatkan dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu,
كَانَ أَكْثَرُ دُعَاءِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: اللَّهُمَّ رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً، وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً، وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ
“Doa yang paling sering dibaca oleh Nabi n adalah, ‘Wahai Rabb kami, berikanlah kepada kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat, dan lindungilah kami dari siksa neraka’.” (Shahih al-Bukhari no. 5910, melalui Maktabah Syamilah)
Al-Qadhi ‘Iyadh rahimahullah menyatakan, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wassalam sering berdoa dengan ayat ini karena ayat ini mencakup makna semua doa, yaitu perkara dunia dan perkara akhirat. Makna hasanah dalam doa ini, menurut mereka, adalah nikmat. Oleh karena itu, dengan doa ini beliau meminta kenikmatan dunia dan akhirat serta perlindungan dari siksa. Kita memohon kepada Allah subhanahu wa ta’ala agar senantiasa memberi kita kenikmatan dan perlindungan tersebut.” (Dinukil dari Fathul Bari, melalui Maktabah Syamilah)
Kebaikan-kebaikan di Dunia dan di Akhirat
Tentang makna hasanah dalam doa ini, Ibnu Hajar rahimahullah menjelaskan bahwa para salaf berbeda-beda dalam mengungkapkannya. Ringkasannya sebagai berikut.
Tafsiran bahwa makna hasanah di akhirat adalah surga juga disampaikan oleh as-Suddi, Mujahid, Isma’il bin Abi Khalid, dan Muqatil bin Hayyan.
Tafsiran semisal ini juga disampaikan oleh Yazid bin Abu Khalid.
Ibnu Hajar mengutip—dari al-Kasysyaf—ucapan yang dinukilkan dari ‘Ali bahwa hasanah di dunia adalah istri yang salihah, (hasanah) di akhirat adalah bidadari, sedangkan siksa neraka adalah istri yang jelek.
Beliau juga mengutip ucapan ‘Imaduddin Ibnu Katsir (dalam Tafsirnya), “Hasanah di dunia mencakup semua perkara dunia yang dicari, seperti kesejahteraan, rumah yang damai, istri yang baik, anak yang berbakti, rezeki yang lapang, ilmu yang bermanfaat, amalan saleh, kendaraan yang nyaman, pujian yang baik, dan hal-hal lain yang terkandung dalam ungkapan tafsiran mereka. Sebab, semua ini termasuk hasanah di dunia.
Adapun hasanah di akhirat, yang tertinggi adalah masuk ke jannah dan semua hal yang menyertainya, yaitu rasa aman dari ketakutan yang besar ketika di ‘arashat (padang mahsyar), dimudahkannya hisab (perhitungan), dan semua perkara akhirat lainnya.
Adapun perlindungan dari neraka, hal ini berkonsekuensi dimudahkannya sebab-sebabnya di dunia, yaitu menjauhi perkara haram dan meninggalkan perkara syubhat.”
Ibnu Hajar menambahkan, “Atau semata-mata ampunan (atas dosa-dosa yang ia lakukan ketika di dunia, -pen.).”
Semoga Allah subhanahu wa ta’ala memberikan taufik kepada kita semua untuk senantiasa mengamalkan doa ini dan memahami kandungannya yang sangat agung. Amin.
Kesimpulan-kesimpulan Penting
Wallahu a’lam bish shawab.